Launching
Minggu, 31 Mei 2009
Kamis, 14 Mei 2009
Jumat, 08 Mei 2009
TEOLOGI TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUA
RAHASIA TEOLOGI TRADISIONAL SUKU
MAYBRAT, IMIAN, SAWIAT PAPUA
WIYON – WOFLE DIPARALELKAN DENGAN ALKITAB
Setiap Suku bangsa telah mengenal Tuhan melalui pernyataan Tuhan kepada mereka yang disebut Agama Suku. Merupakan rahaasia dan cara Tuhan mendekatkan dirinya kepada setiap umat ciptaan-Nya di pelosok dunia sesuai dengan cara yang dimengerti oleh setiap suku bangsa itu tentang Tuhan yang abadi.
Banyaknya variasi ucapan bahasa dan budaya manusia membuat Tuhan yang satu dan utuh menjadi bervariasi dalam ucapan sebagaimana bahasa dan budaya masing-masing suku bangsa di bumi.
Tuhan Adalah Pribadi Yang Tidak Beragama. Ia
Dalam Sepuluh Taurat Kitab Injil,yg terdapat dalam kitab Kejadian pasal: 3-2, merupakan suatu larangan dan sebagai ketegasan dan ancamanNya terurai dalam pasal ; 5. Kitab Injil Kristiani meyakini ketidak bergunaan iman ilmiah sebagai sarana untuk mencapai keselamatan dan ketidakbergunaan spekulasi teisme suku maybrat,imian sawiat ( wyion / wofle ) sebagai suatu jalan untuk menuju surga. Sementara itu argument filosofis yang menentang teologi natural seringkali tidak diacuhkan dan dianggap tidak bermakna karena menunjuk kepada suatu entitas yang tidak bias di amati, transenden, seperti Tuhannya Teisme tradisional. Kedua jenis keberatan ini sebenarnya tidak menyerang kemungkinan adanya teologi natural itu sendiri, tetapi hanya menafsirkan kemungkinan adanya suatu teologi natural itu sendiri,tetapi hanya menafsirkan kemungkinana adanya suatu teologi natural yang positif dan berguna. Ini sangat beralasan karena jika kita menganggap teologi natural suku maybrat ,imian,sawiat sebagai suatu analisis kefilosofian tentang konsep-konsep pemikiran menyangkut Tuhan injili, maka adanya suatu pembatalan akan eksistensi Tuhan, atau suatu pembuktian bahwa ide dasar tentang Tuhan, atau suatu pembuktian bahwa ide dasar tentang Tuhan itu tidak koheren, dan akan menjadi salah satu ukuran keberhasilan dari teologi natural.
Pada bagian-bagian buku ini, saya akan membahas Teologi Natural suku Maybrat, imian, sawiat yang memuat mitos, legenda, dan adapt istiadat yang di sebut wyion / wofle yang di paralelkan dengan alkitab tentang sifat-sifat Tuhan ilmiah dan Tuhan injili dengan keimanan Agama Natural dan Agama Injili. Pernyataan-pernyataan tentang Tuhan itu bermakna dan koheren, merupakan keseluruhan tema buku ini. Namun tampaknya akan lebih baik jika dikatakan bahwa buku ini adalah suatu kajian khusus yang dilakukan ketika tantangan terhadap keberadaan Allah Ilmiah suku maybrta, imian, sawiat ( wyion / wofle ) yang konstuktif berada dalam kehidupan suku maybrat, imian, sawiat.
“Apa yang berada dalam pengalaman kita, seandainya Tuhan ada atau apa yang akan terjadi seandainya Tuhan tidak ada?” demikian itulah pertanyaan yang seringkali di kemukakan mereka yang terpengaruh oleh positivisme logis. Kitapun bias balik bertanya, “ Apakah ada bedanya antara dunia sebagaimana adanya dengan adanya Tuhan dan dunia sebagaimana adanya tanpa Tuhan? ”. Memang benar, para Teis biasanya merasa malu jika di ajukan pertanyaan ini kepada mereka, namun mereka tetap berusaha untuk menemukan jawabannya.
Berusaha menemukan jawaban pertanyaan ini, merukapakan suatua permainan yang tidak akan mungkin di menangkan oleh siapapun ; tetapi hal itu bukan berarti menunjukkan ketidak bermaknaan bahasa agama. Karena, misalnya ada proposisi P, lalu ada pertanyaan ’apakah bedanya antara dunia ini seperti adanya dan ada P?’, orang tidak bias akan menjawab. Kalau orang menjawab; perbedaannya adalah akan seperti ini, ketika ada P’ dan seperti itu ketika tidak ada P’, maka jawaban ini akan ditolak karena tidak informative. Hal yang sama terjadi jika seseorang memberikan jawaban suatu proposisi Q yang tidak sinonim dengan P, dan menyatakan bahwa perbedaannya adalah Q, maka , karena Q itu tidak sama dengan P maka orang akan bertanya ; “ lalu apa bedanya antara Q ketika P yang benar-benar ada?” dan permainan ini akan mulai dari awal.
Siasat ini biasa dipakai dengan tidak memperdulikan apa P itu ( sebagaimana kritik dari pendekatan positifis yang mengsubtitusikan P dengan proposisi bahwa ada sesuatu diluar pikiran ); demikian juga jika kita biasa menunjukkan bahwa bahasa agama itu tidak bermakna maka bisa juga ditunjukkan bahwa bahasa apapun bahasa yang lain diluar agama pasti tidak bermakna.
Dalam kasus tertentu ternyata sangat keliru jika memahami suatu kalimat injil Tuhan secara utuh dari bagian – bagian maknanya saja, demikian Tuhan teisme dan sifat– sifatnya. Bagi Teolog tradisional suku Maybrat imian sawiat, suatu ungkapan kalimat dalam theology Natural suku maybrat imian sawiat ( wyion / wofle ) tidak cukup untuk dipahami hanya dari kalimat utuhnya saja, namun dari bagian maknanya. Suatu ungkapan kalimat dalam Teologi natural orang Maybrat, Imian, Sawiat ( Wyion / Wofle ) selalu komplit, memiliki artikulasi dan tentu saja biasa melahirkan suatu ekspresi yang bermakna. Kita perlu tahu bahwa kalimat “ ide-ide hijau yang tidak berwarna itu tidur dengan sangat marah dan penuh berisyarat “ Ide-ide ilmiah sebagaimana pada kitab Injili mengandung 10 ide putih yang tidak berwaarna serta Ia tidur dengan sangat marah dan penuh berisyarat pula. Merupakan pernyataan yang bermakna karena kita tahu makna dari ekspresi yang di milikinya, bukan karena suatu penelitian terhadap kebenaran atau kesalahan kalimat yang di kandung secara keseluruhan.
Untuk itu,dalam ketertarikan terhadap pertanyaan tentang eksistesi Tuhan Injili dan Tuhan Ilmiah ( Wyion / Wofle ) maka dikaji semua sifat-sifat Tuhan Ilmiah suku Maybrat, Imian, Sawiat yang diparalelkan dengan sifat-sifat Tuhan Injil Kristiani dalam Bible. Jika dikatakan dalam ungkapan kajian bahwa Teisme orang Maybrat, Imian, Sawiat itu ada dan mempunyai sifat-sifat ketuhanan yang sesuai engan Tuhan Injil Kristiani, berarti Tuhan Ilmiah orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah benar-benar tidak bertentangan dengan sifat-sifat Tuhan Injil Kristen moderen dan benar-benar Tuhan ( Wiyon / Wofle ) itu ada. Dan kalau “ Tuhan ilmiah orang Maybrat, Imian, Sawiat itu ada “ maka itu adalah benar, maka sifat-sifat ketuhanan tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat setidaknya pasti koheren dan sesuai Injil Kristiani dalam Bible. Koherensi dari ide tentang Tuhan ( Wiyon / Wofle )sebagai pemilik sifat-sifat ketuhanan tradisional. Hal itu merupakan suatu syarat yang wajib bagi keeksistensian Tuhan (Wiyon / Wofle ) itu, meskipun tentu saja tidak cukup hanya dilihat dari sifat saja.
Kita akan mulai dengan mendiskusikan dua sifat tradisional Tuhan; Omniscience ( Kemahatahuan ) dan Omnipotence ( Kemahakuasaan ). Kedua sifat ini diberikan kepada Tuhan oleh sebagian besar Teolog Kristen Yahudi dan Muslim, dua sifat itu juga diberikan oleh Teolog Tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat. Sifat-sifat yang lain seperti keadilan, kasih saying dan cinta kasih memiliki signifikasi yang lebih jelas bagi kalangan beriman ( iman moderen dan iman alamiah ); tetapi sifat-sifat ini juga tidak begitu saja langsung di ssetujui berdasarkan investigasi dan analisis filosofis.
Pertama : Beberapa Teolog Kristiani dan Teolog Tradisional Maybrat, Imian, Sawiat akan mengatakan bahwa hanya wahyu yang tanpa bantuan akal yang bias memberi kita dasar untuk berpikir bahwa sifat-sifat seperti keadilan, kasih saying dan cinta tersebut dapaat di aplikasikan kepada Tuhan.
Kedua : Apapun signifikasi dari sifat-sifat tersebut ketika diaplikasikan kepada Tuhan Injili dan Tuhan Ilmiah,sifat-sifat ini tidak dipahami secara sederhana sebagaimana ketika diaplikasikan pada manusia. Disisi lain, intelek dan kekuatan disifatkan kepada kedua Tuhan dengan pemahaman yang sangat literal : yaitu,ketidak terbatasan kekuatan yang menjadi pembeda antara pencipta dan ciptaan. Omniscience dan Omnipotence bukan sifat-sifat yang dipakai untuk diaplikasikan pada manusia. Kedua sifat ini hanya digunakan untuk memahami Tuhan secara analogis. Ke-2 sifat ini mengekspresikan konsep-konsep yang dimaksudkan untuk menunjukkan kekhususan sifat-sifat Tuhan. Setiap konsep adalah hasil dari refleksi para filusuf atau para teolog injili dan tradisional yang berpikiran Filosofis terhadap unsure-unsur dalam tradisi keagamaan Kristiani dan keagamaan teisme Maybrat, Imian, Sawiat.
Pada Theolog tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat dalam kepercayaan Allah ilmiah mereka,telah menyatakakan bahwa tuhan Tradisional mereka secara literal ; pergerakan dan aktifitas theology natural suku Maybrat, Imian, Sawiat dan kisahnya sudah dikenal pada wilayah kekuasaannya.
Bagi orang-orang Maybrat, Imian, Sawiat tidak merasa aneh dan mengatakan kalau Tuhan injili itu maha tahu tentang segala sesuatu seperti tuhan ilmiah mereka. Semua yang dikatakan dan segala sesuatu yang dipikirkan oleh orang-orang Maybrat, Imian, Sawiat mengenai sifat kemahatahuan Allah injili dan allah ilmiah, menurut mereka tidak beda dan memiliki kesamaan-kesamaan yang signifikan. Dapat diakui bahwa kepercayaan akan theisme orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah sesuatu yang pantas,karena memiliki kesamaan-kesamaan yang signifikan dengan injil Kristen.
Dalam perjanjian lama, Tuhan dikatakan mengetahui masa depan, baik yang tersembunyi dalam Kausalitas natural ataupun yang terbebas dari tujuan dan rancangan manusia. Dapat dikatakan bahwa adanya pengetahuan Tuhan antara segala misteri alam, dan mazmur 139 menjelaskan bagaimana pikiran-pikiran manusia yang paling tersembunyi sekalipun tidak akan pernah disembunyikan dari pandangan Tuhan. Demikian dalam konsep theology natural suku Maybrat, Imian, Sawiat mengungkapkan bahwa segala bentuk apapun perlakuan daripada pemikiran manusia yang ada, dapat diketahui oleh allah ilmiah mereka. Berdasarkan penulis Isaiah pengetahuan Yahweh tentang masa depan,menjadikan Tuhan injili berbeda dengan tuhan-tuhan palsu para penyembah berhala. Ajaran-ajaran perjanjian lama ini kemudian diulangi oleh Yesus Kristus ( Matt
Bagian-bagian perjanjian lama dan baru yang menggambarkan pengetahuan Tuhan, ternyata sangat puitis dan teoritis untuk menentukan apa sebenarnya maksud para penulis akan kemahatahuan Tuhan atas segala sesuatu itu. Konsep pemikiran yang menyetujui tentang kemahatahuan Tuhan Injili dan tuhan ilmiah menurut orang Maybrat, Imian, Sawiat, berbeda dengan beberapa pemikir stoic yang mana agaknya percaya bahwa ; “ Banyak hal yang sangat tidak signifikan bagi Tuhan untuk mengetahuinya dan ada banyak hal yang akan merendahkan keagungan Tuhan kalau dia ikut campur untuk mengurusi. Dikalangan para pendeta gereja pandangan ini pernah dikatakan ileh St.Jerome yang suatu ketika pernah menyatakan bahwa ; merupakan sesuatu yang absurd untuk menganggap bahwa Tuhan tahu secara detail berapa banyak kutu yang lahir atau mati, beberapa banyak lalat di dunia ini dan berapa banyak ikan di laut. Namun ditekankan lagi bahwa Tuhan itu secara literal adalah omniscience .
Sejak zaman mula-mula, orang-orang Maybrat, Imian, Sawiat telah mengantisipasi dan menjaga secara rahasia terhadap problem-problem yang akan muncul dalam doktrin-doktrin kepercayaan lain tentang tuhan ilmiah mereka. Bagi para Theolog tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, menampilkan sebuah pengertian bahwa tuhan ilmiah mereka dapat dengan mampu mengetahui segala sesuatu dan tuhan mereka tidak bias keliru. Hal ini bila diparalelkan dengan Tuha injili kristiani maka merupakan suatu kesamaan yang telah dipercaya. Dengan demikian, kalau sejak zaman keabadian, Tuhan telah tahu sebelumnya tidak hanya tentang perilaku manusia, tetapi juga rencana dan keinginan mereka, maka bagi manusia, tidak ada kebebasan ( free weel ) kehendak yang bebas. Oleh karena itu, dapat diutarakan bahwa dari sudut pandang orang Maybrat, Imian, Sawiat, suatu tindakan tertentu mungkin termasuk masa depan; tetapi tidak demikian dari sudut pandang tuhan; demikian juga tindakan yang bagi penganut Agama Kristiani, masa depan itu tidak ditentukan oleh pengetahuan manusia sendiri tetapi segala sesuatu itu ditentukan oleh Tuhan dan manusia hanya mampu menjalani saja.
Demikian, sisimpulkan bahwa kepercayaan injilnatural orang Maybrat, Imian, Sawiat dan kepercayaan injil Kristen bersepakat dan menyetujui bahwa, Tuhan memiliki pengetahuan yang sangat detail dan tidak mungkin salah tentang masa depan, dan bahwa tindakan manusia itu tidak bebas dari Tuhan dan tidak ditentukan sebelumnya berdasarkan kemanusiaan sendiri.
Doktrin Theologis orang Maybrat, Imian, Sawiat dan Theologis injili tentang omnipotence ( kemahakuasaan ). Sebagaimana tentang omniscience didasarkan pada materi-materi injil kristiani dan injil natural orang Maybrat, Imian, Sawiat dan Yunani. Salah satu nama Tuhan dalam perjanjian lama adalah El-Shadday yang diterjemahkan menjadi oron dalam bahasa Maybrat, Imian, Sawiat dan dalam bahasa Yunani diterjemahkan menjadi pantokrator dan dalam injil bahasa latin omnipotence. Kekuatan Tuhan yang luar biasa itu tampak pada sejarah
Diantara kepercayaan injil Kristiani dan injil natural Maybrat, Imian, Sawiat, menunjukkan suatu ekspresi kepercayaan mereka terhadap omnipotence Tuhan. Hal ini merupakan Kredo Kepercayaan, yang dimulai dengan sutu ekspresi keimanan terhadap Tuhan sebagai mahabesar; kata-kata dalam bahasa Maybrat, Imian, Sawiat, dan Yunani serta latin, lebih berkonotasi kekuasaan Tuhan atas segala sesuatu dibandingkan kemampuan manusia untuk melakukan segala sesuatu. Omnipotence bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat dipandang secara terbatas, hal ini berkaitan dengan perkembangan hidup mereka, namun secara berkesinambungan dengan mengikuti pergeseran pola berpikir mereka yang semakin berkembang sesuai zaman, sehingga akan memberikan suatu pemahaman yang lebih luas.
Theolog tradisional Maybrat, Imian, Sawiat berpandangan bahwa Tuhan mampu melakukan segala sesuatu yang bertentangan dengan keinginan manusia, dalam arti kalau-perimpossible-dia menghendaki untuk melakukannya,dan tidak ada sesuatu yang bias menghalanginya. Orang-orang Maybrat, Imian, Sawiat memberi batasan yang besar kepada kekuatan Tuhan, ( baik tuhan ilmiah dan Tuhan injili : Bagi orang Maybtar, Imian, Sawiat, beranggapan bahwa mereka tidak meragukan lagi, mereka mengganggap Tuhan injili dan ilmiah memiliki segala sesuatu yang Esa yang tidak dimiliki oleh manusia. Dia bias membuat dunia lain yang lebih baik dan orang-orang Maybrat, Imian, Sawiat bersepakat bahwa Tuhan tidak berdosa atau melakukan sesuatu yang jahat.
Meskipun demikian, selanjutnya menurut Theolog tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, berpandangan bahwa tuhan mereka sebagaimana Tuhan injili dalam pengertian tertentu bias menjadikan yang salah menjadi benar dan bias memerintahkan manusia untuk membenci dirinya sendiri, dan Tuhan bias melakukan apapun bahkan apa yang kelihatannya tidak mungkin secara logis bagi kita manusia. Dapat disimpulakan bahwa terhadap sejumlah dunia yang mungkin secara absolute, Tuhan hanya melakukan hal yang terbaik karena itu merupakan keharusan dari kebijaksanaanNya dan memang benar bahwa dalam dunia yang actual, segala sesuatu itu dapat terjadi secara niscaya karena keharusan daripada kuasa Tuhan.
Dalam mendiskusikan Omniscience dan Omnipotence tentang tuhan ilmiah suku Maybrat, Imian, Sawiat yang diparalelkan dengan Omniscience dan Omnipotence dari Tuhan injili, dalam buku ini saya tetap akan mengikuti urutan histories dimana doktrin-doktrin kedua theology ini berkembang,yang mana akan memuat beberapa kesamaan dan controversial pengakuan tentang keeksistensian antara tuhan ilmiah dan Tuhan Injili serta modifikasi penyamanan pada kedua Tuhan yang diparalelkan.
SIFAT – SIFAT
TUHAN ILMIAH DIPARALELKAN
DENGAN SIFAT-SIFAT ALLAH INJILI
SIFAT – SIFAT WIYON – WOFLE
DIPARALELKAN DENGAN SIFAT – SIFAT ALLAH INJILI
A. SIFAT ILAHI : SESUATU YANG BENAR MENGENAI TUHAN
Apabila kita bertanya-tanya tentang nama Tuhan,Namanya merupakan rahasia Dia tersembunyi dibalik terang keilahiannya. Bagi Raa Wiyon – Na Wofle bukanlah sesuatu yang berat dalam mengenal sifat-sifat tuhan wiyon-wofle seperti ini, melainkan dikenal melalui pengalaman rohani yang manis dan menarik ketika berada didalam k’wiyon - bol wofle. Bagi Raain – Nain yang tidak mengenal wiyon – wofle, satu-satunya jalan untuk mengenalnya itu melalui mber wiyon didalam k’wiyon – bol wofle.
Sebelum kita melanjutkan, nampaknya perlu bagi kita untuk mendefinisikan kata sifat.
Disini, kata sifat, tidak dipergunakan menurut arti secara filsafat, tetapi juga tidak dengan ketat dibatasi pada arti secara teologia. Disini kata “sifat” itu berarti apa saja yang dapat dengan tepat dan benar dikatakan berasal dari Tuhan. Didalam ungkapan Raa wiyon – Na wiyon yang dimaksudkan dengan sifat wiyon-wofle ialah apa saja yang diungkapkan wiyon - wofle sebagai sesuatu yang tepat dan benar tentang dirinya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang berapa banyak sifat wiyon-wofle itu. Tokoh-tokoh agama wiyon mempunyai pendapat yang baik tentang hal ini. Raa wiyon - Na wofle berpendapat bahwa wiyon – wofle “Tuhan“ mempunyai sifat yang begitu banyak. Raa wiyon – Na wofle dalam hal ini mengaku sifat-sifat wiyon – wofle (Tuhan) sebagai sifat yang mulia dan tak terhitung.
Memang benar bahwa Raa wiyon – Na wofle telah mengikuti sifat-sifat wiyon – wofle ( Tuhan ) mereka. Jika suatu sifat itu merupakan sifat wiyon – wofle ( Tuhan ), maka dengan sifat itu orang Maybrat, Imian, Sawiat, dapat membayangkan wiyon – wofle ( Tuhan ), maka dengan sifat itu orang Maybrat, Imian, Sawiat, dapat membayangkan wiyon – wofle ( Tuhan ), karena wiyon – wofle senantiasa bersifat demikian. Karena wiyon – wofle juga tidak dapat diketahui secara spesifik oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat dan Raa wiyon – Na wofle, serta tidak pula dapat dimengerti oleh mereka. Sebagaimana kita perhatikan, bahwa atribut merupakan konsep mental, yaitu merupakan respon intelek terhadap pernyataan wiyon – wofle tentang dirinya. Itu merupakan jawaban terhadap suatu pertanyaan, jawaban wiyon – wofle terhadap Raa wiyon – Na wofle mengenai dirinya.
Raa wiyon – Na Wofle tidak pernah bertanya tentang wiyon – wofle ( Tuhan ) itu yang bagaimana? Karena mereka secara langsung telah mengenal wiyon – wofle dan berinteraksi dengannya secara langsung didalam k’wiyon – bol wofle. Pernyataan Raa wiyon – Na wofle bahwa wiyon – wofle menyatakan dirinya didalam k’wiyon – bol wofle dipegang terguh oleh Raa wiyon – Na wofle. Menurut orang Maybrat, Imian, Sawiat, wiyon wofle tidak dibuat, tidak diciptakan dan tidak dilahirkan. Doktrin mengenai wiyon – wofle yang diungkapkan orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Raa wiyon – Na wofle sebagai Tuhan mereka, bukan hanya berarti bahwa wiyon – wofle atau Tuhan hanya terbatasi sebagai Tuhan juga didalam agama lain yang sebutannya berbeda pula.
Jadi suatu sifat Tuhan bukan merupakan sebagian dari Tuhan, melainkan demikianlah Tuhan itu. Sifat- sifat Ilahi itu merupakan sifat yang kita tahu memang benar ada pada Tuhan. Tuhan tidak memiliki sifat-sifat itu sebagai suatu kecakapan ; sifat – sifat itu merupakan
Jadi suatu sifat Tuhan bukan merupakan sebagian dari Tuhan, melainkan demikianlah Tuhan itu. Sifat- sifat Ilahi yang dimiliki wiyon – wofle merupakan sifat yang orang Maybrat, Imian, Sawiat dan Raa wiyon – Na wofle tahu bahwa memang benar ada pada wiyon – wofle ( Tuhan ). Tuhan, Wiyon – Wofle, Yahweh, tidak memiliki sifat-sifat itu sebagai suatu kecakapan; sifat-sifat itu merupakan keadaan Tuhan sebagaimana yang dinyatakan Tuhan kepada kita. Umpamanya, kasih bukan merupakan sesuatu yang dimiliki Tuhan, sesuatu yang dapat bertumbuh dan berkurang atau lenyap sama sekali. Kasih Tuhan itu dapat dikatakan merupakan Tuhan sendiri dan apabila ia mengasihi, karena semata-mata karena Tuhan mengasihi. Demikian juga halnya dengan Tuhan yang dipercayai Agama yang lain.
Dalam kitab Suci Kristen, 1 Yohanes 4 : 8,
“ Barang siapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih”.
Dalam watum Raa wiyon – Naa Wofle ;
“ No boum mase Ne k’raa afo raa mhasu nyio; soh mfe oron yabi haberek kbor k’nyio ”.
“ Berbuat kasih kepada siapa saja supaya anda dikasihi, kalo tidak berbuat kasih, Tuhan ( wiyon – wofle ) tidak mengenal anda lagi “.
B. KEBERADAAN WIYON - WOFLE
Wiyon-Wofle ( Tuhan ) tidak mempunyai asal mula, dan tepatlah memang konsep tentang tidak mempunyai asal mula inilah yang membedakan mana yang Tuhan dan mana yang bukan Tuhan. Asal mula merupakan kata yang diterapkan hanya pada sesuatu yang diciptakan. Apabila kita memikirkan sesuatu yang mempunyai asal mula,maka kita bukan sedang memikirkan Tuhan. Tuhan itu sudah ada dengan sendirinya, sedangkan segala sesuatu yang diciptakan selalu mempunyai asal mula, entah dimana atau kapan, tetapi pasti mempunyai asal mula. Selain Tuhan, tidak ada sesuatu pun yang ada dengan sendirinya.
Wiyon-wofle ( Tuhan ) memiliki sifat-sifat keilahian, yang dipercayai sebagai Tuhan; yaitu:
a) Wiyon-Wofle tidak dapat dimengerti
b) Wiyon-Wofle tidak memerlukan apapun diluar dirinya sendiri
c) Wiyon-Wofle berada terlebih dahulu dan segala sesuatu bermula dari dia.
d) Wiyon-Wofle Kekal
e) Wiyon-Wofle Tidak terbatas
f) Wiyon-Wofle Tidak berubah
g) Wiyon-Wofle Maha tahu
h) Wiyon-Wofle Berhikmat
i) Wiyon-Wofle Maha Kuasa
j) Wiyon-Wofle Maha Tinggi
k) Wiyon-Wofle Maha hadir
l) Wiyon-Wofle Maha Setia
m) Wiyon-Wofle Maha baik
n) Wiyon-Wofle Maha adil
o) Wiyon-Wofle Maha kasih
p) Wiyon-Wofle Maha karunia
q) Wiyon-Wofle Maha Pengasih
r) Wiyon-Wofle Maha Kudus
s) Wiyon-Wofle Maha Daulat
t) Belas Kasihan
Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, Wiyon-Wofle dikonsepsikan sebagai Allah yang dipercaya.
C. MAHA KASIH
Dalam theisme Maybrat, Imian, Sawiat, theology natural mereka mengajarkan tentang hal mengasihi sesama mereka. Demikian diungkapkan bahwa, jangan menyakiti sesamanya, tetapi kita senantiasa memberi, menolong, dan melayani siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Sebagaimana yang diterjemahkan dari bahasa asli Maybrat.
Natmof raa, boum ro mase, Riof Ro mase nyio neon
Nesia raa awiya sei N’hasu ana, nayi gu awe ntos,
N’haha ana mam atiro mefe bo.
Boum mesyia riof reto yoh mno Nyio
Namos miyo tha Nehau sawro ro hame.
Bagi Theisme, Maybrat, Imian, Sawiat tentang religi ilmiah mereka, tersirat pesan-pesan suci yang menekankan tentang hal kasih,memberi dan melayani, karena menurut ajaran religi mereka, untuk memperoleh hidup yang abadi di kerajaan sorga ( sausro ), salah satu jalannya adalah mengasihi.
Allah tradisional orang-orang suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat adalah Allah yang memiliki kasih yang abadi. Meskipun secara religi Allah tradisional mereka tidak mencakup wilayah-wilayah yang luas hingga ujung dunia, namun bagi orang-orang suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, Allah mereka adalah Allah yang yang pertama memberikan suatu ajaran tenatang kebenaran-kebenaran abadi yang sangat dijunjung tinggi dalam kehidupan mereka. Tidak dapat disangkal bahwa dalam halangan iman suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, kepercayaan mereka terhadap pengajaran dari Tuhan tradisional adalah benar-benar sesuatu yang sentries dan logis. Mungkin alasan mendasar mengapa suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, sangat menghargai ajaran-ajaran tentang theology natural mereka adalah dalam kehidupan mula-mula mereka, Allah satu-satunya yang mereka sembah itu adalah Allah yang Esa, Allah yang cemburu, Allah yang mengasihi,Allah yang mengampuni, Allah yang memiliki kekuatan-kekuatan abadi, tidak hanya sekedar ungkapan tentang kepemilikan kuasa-kuasa tentang hal-hal diatas, akan tetapi Allah mereka telah mampu melakukan segala sesuatu tentang itu dan perbuatannya itu merupakan suatu mujizat yang menundukan semua orang Maybrat, Imian, Sawiat. Dengan demikian bahwa, melihat koherensi dari sifat-sifat Tuhan ilmiah suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat. Menunjukkan suatu sifat yang tidak sederhana. Adanya suatu entitas yang abadi dalam religi suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, yang cukup menarik dalam sub-sub aturan kereligiusannya.
Dalam bagian-bagian aturan dan hokum agama natural, suku bangsa maybrat, Imian, Sawiat, yang memiliki arti kereligiusan yang abadi menurut kepercayaan mereka. Tuhan ilmiah mereka diyakini mempunyai kuasa dalam hokum dan aturan-aturan yang telah Ia firmankan.
Pernyataan-pernyataan tentang hal kasih-mengasihi ini, mungkin saja merupakan suatu landasan keimanan suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, dalam religi mereka terhadap keeksistensian tuhan ilmiah, hal ini merupakan suatu pondasi kokoh yang mendasari keyakinan mereka terhadap tuhan ilmiah sesuai iman kepercayaan mereka.
Ungkapan yang dipaparkan dalam religi suku Maybrat, Imian, Sawiat, diatas merupakan ungkapan-ungkapan yang tepat dengan iman dan aturan dalam religi Kristiani. Demikian suatu kesimpulan berdasarkan theology natural suku bangsa maybrat, imian, sawiat, merupakan suatu wujud yang disebut Tuhan. Konsep tuhan yang diajukan menurut para teolog natural bukanlah suatu rasio, tetapi jelas-jelas koheren. Jika memang sifat tuhan tradisional suku bangsa maybrat, imian, sawiat, demikian, maka ia mungkin tuhan yang abadi. Jika tuhan tradisional suku bangsa maybrat, imian, sawiat, memiliki pengetahuan dan kekuatan yang abadi, maka ia adalah Tuhan yang abadi. Karena ia adalah tuhan yang mungkin dibenarkan dan memiliki kuasa keilahian yang supranatural. Tuhan ilmiah suku bangsa maybrat, imian, sawiat, dalam ungkapan bahwa ia memiliki suatu pengetahuan yang tidak mungkin salah tentang tindakan manusia yang sedang terjadi, dan yang akan dating. Demikian suatu determinisme tentang tuhan ilmiah suku bangsa maybrat, imian, sawiat, adalah benar. Tuhan ilmiah suku bangsa maybrat, imian, sawiat, tidak melepaskan dirinya dari kejahatan manusia, dan tuhan theisme suku bangsa maybrat, imian, sawiat, adalah tuhan yang membenci dosa atau perbuatan zinah setiap manusia.
Sebagaimana dalam religi suku bangsa maybrat, imian, sawiat yang mengungkapkan bahwa, bagi setiap manusia yang melakukan kesalahan atau dosa, ia diharuskan untuk mengakuinya di depan para imam besar dan berkomitmen kepada tuhan bahwa ia mengaku dosanya dan mau untuk diampuni oleh tuhan. Suatu kutipan dari ungkapan pernyataan tentang bagaimana seseorang melakukan pengakuan dosa ;
Awiya ro yeno iro, yeber safo, yame raa, saro raa, yese bofit.
Ka raa, yesif bo ro raa to, ait retait yaut giit mboh tna tane wrah,
Tra yegias IRO wait yeno weto Ka raa bam, afo ait yehau Riof.
Atutan-aturan hidup manusia sebagaimana yang dituliskan dalam bahasa ilmiah, disana menekankan bahwa adanya suatu larangan tentang perbuatan dosa, dan setiap manusia yang melakukan dosa-dosa itu diharuskan untuk mengaku dengan sungguh-sungguh tentang perbuatannya. Suatu keterbukaan dan ketulusan hati yang telah dilakukan oleh para theology tradisional suku bangsa maybrat, imian, sawiat, yang menggema kepada seluruh umat yang menganut kepercayaan theology natural mereka.
Manusia maybrat, imian, sawiat, dalam religi mereka, telah diajar dan dibentuk dalam aturan-aturan theology tradisional mereka yang bias saja dikatakan merupakan didikan yang menghidupkan. Dalam muatan-muatan/nilai-nilai agama ilmiah suku bangsa maybrat, imian, sawiat, bias disimpulkan bahwa suku bangsa maybrat, imian, sawiat, telah memiliki suatu kompleksitas dalam iman percaya dan pertobatan dalam religi mereka. Dalam kereligiusan suku bangsa maybrat, imian, sawiat, tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh tuhan mereka dan sangat jelas memuat suatu kontradiksi antara dosa dan kebenaran. Jika tuhan natural suku bangsa maybrat, imian, sawiat, dipahami dengan baik, maka kita dengan jelas bias menerima suatu rumusan yang koheren.
Demikian suatu rumusan yang koheren tentang tuhan ilmiah suku bangsa maybrat, imian, sawiat, yang telah dipahami dari doktrin-doktrinnya, mungkin saja memadai untuk dijadikan sebagai fondasi dalam keimanan mereka terhadap sifat tuhan ilmiah itu. Demikian kebenaran akan argumen-argumen iman ilmiah suku bangsa maybrat, imian, sawiat, benar-benar logis.
Telaah yang telah kita lakukan sangatlah universal. Terhadap banyak sifat tradisional sebagaimana yang dilekatkan pada tuhan ilmiah suku bangsa maybrat, imian, sawiat, yang dimunculkan untuk dikaji secara detail. Jika sifat-sifat tersebut sama halnya dengan sifat-sifat yang diberikan kepada Tuhan injili Kristen, maka tentunya ini cukup untuk menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang memiliki totalitas keabadian melebihi sifat-sifat ketuhanan injili dan sifat-sifat ketuhanan ilmiah suku bangsa maybrat, imian, sawiat. Sifat-sifat lain seperti menjadi pencipta langit dan bumi, kiranya bias dianggap lebih essensial bagi ide tuhan dalam keagamaan tradisional suku bangsa maybrat, imian, sawiat, namun disinikita tidak mengkaji hal tersebut.
Mungkin bias dikatakan bahwa Tuhan agama natural suku bangsa maybrat, imian,sawiat, tidak berbeda dengan Tuhan Kristiani sejak Abraham, Ishak, dan Yakub, sebagaimana digambarkan dalam Kitab Suci Injil Kristen.
Jelasnya, bahwa tidak ada satupun argument yang dikembangkan dalam karya-karya ini bertujuan menyingkirkan eksistensi Tuhan serta menggantikannya dengan sifat-sifat yang tidak termasuk dalam gambaran sifat Tuhan sebenarnya. Dalam tulisan ini, adanya suatu ungkapan argument dan pandangan yang ditarik dari sifat Tuhan Injili dan Tuhan ilmiah suku bangsa maybrat, imian, sawiat, papua tentang keeksistensian mereka.
Bisa dikatakan bahwa Tuhannya teolog natural suku bangsa maybrat, imian, sawiat, itu harus dipikirkan, karena tidak ditemukan suatu kesalahan dalam argument-argumen seputar eksistensi-Nya. Tidak ada satupun dari argument-argumen itu yang menurut saya menawarkan suatu ketidak jelasan tentang kontradiksi sifat Tuhan tradisional suku bangsa maybrat, imian, sawiat dan Tuhan Injili. Seperti yang dipahami orang maybrat, imian, sawiat.
Demikian suatu wujud dari sifat-sifat Tuhan yang dipercaya dan sulit untuk dilepas. Kita akan bertanya, apakah tuhan tradisional suku bangsa maybrat, imian, sawiat, dipertuhankan? Jika demikian sama seperti kita balik bertanya ; Apakah cirri suatu sifat Tuhan itu masuk akal? Sebuah gagasan disebut masuk akal hanya dan hanya jika ia bebas dari kontradiksi. Itu pasti, bahwa dari sinkronisasi sifat-sifat tuhan tradisional suku bangsa maybrat, imian, sawiat, dengan sifat-sifat yang dilekatkan pada Tuhan Injili Kristen dalam Bible tidak memiliki suatu kontradiksi, dan suatu kebenaran yang luar biasa.
Suatu wujud yang diidentifikasikan dalam sifat tuhan teisme keagamaan tradisional suku bangsa maybrat, imian, sawiat, dan keagamaan injil kristiani moderen sangat jelas, bahkan dia ternyata esa dan pengetahuan serta kekuatannya juga superior dan tidak terukur dibandingkan pengetahuan dan kasih yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan dan kekuatan kasih-Nya tidak terikat oleh hokum-hukum manusia yang dikerjakan dalam diri kemanusiawian. Demikian mungkin dipahami suatu wujud kemahakuasaan yang memiliki kuasa, pikiran dan wilayah yang luas dan meliputi keseluruhan semesta.
OMNISCIENCE – KEMAHATAHUAN
Dalam kepercayaan theology ilmih suku maybrat, imian, sawiat, mengklaim bahwa Tuhan ilmiah mereka mengetahui segala sesuatu, selanjutnya bila diparalelkan dengan Theologi Injil Kristiani, demikian ungkapannya dalam kitab injili bahwa Tuhan itu maha tahu segala sesuatu maka diantara sekian jenis kebenaran yang diketahui oleh Tuhan adalah kebenaran-kebenaran apriori yang berkenaan dengan iman dan logika. Ungkapan ini melingkupi pengetahuan yang telah kita ketahui dan yang tidak sama sekali kita ketahui sehingga Tuhan itu memiliki kuasa maha tahu ( omniscience ) dan ia pasti mengetahui segala sesuatu itu hingga akar-akarnya.
Tidak mengherankan apabila injil natural maybrat, imian, sawiat, dan Injil Kristiani tidak mengatakan apa-apa tentang pengetahuan ketuhanan mereka seputar kebenaran yang bukan apriori .
Dalam ungkapan Theolog injil ilmiah maybrat, imian, sawiat, seolah-olah ada “ satu cara penggambaran sifat tuhan ilmiah mereka yang hamper universal, sebagaimana sifat Tuhan Injili Kristiani. Karena konsep Theolog natural maybrat, imian, sawiat, dan Theolog Injil Kristiani mengatakan demikian, maka disimpulkan bahwa esendi Tuhan ilmiah orang maybrat, imian, sawiat dan Tuhan Kristiani memiliki kesamaan sifat yang membawa kesempurnaan dalam esensi segala sesuatu yang lain dan lebih dari itu, maka Tuhan ilmiah dan Tuhan Injil Kristiani bias tahu segala ssesuatu dalam esensinya sendiri dengan kemaha pengetahuan yang tepat tentang setiap hal.
Bagi para tokoh theology ilmiah maybrat, imian, sawiat, mereka sepakat bahwa akal dan kehendak Tuhan ilmiah mereka adalah satu hal yang kekal dan abadi, demikian ketika diparalelkan dengan Tuhan Injili. Termasuk pikiran dan esensi daripada Tuhan itu sendiri.
Dengan demikian kebenaran abadi Tuhan Injili dan Tuhan teisme orang maybrat, imian, sawiat, tidak bergantung kepada pengetahuan dan intelektual manusia atau kepada segala sesuatu yang eksis tetapi hanya pada Tuhanlah yang membuatnya dari keabadian sebagai satu pengatur yang utama.
Dari diri theology natural suku maybrat, imian, sawiat, setahap demi setahap dalam bagian-bagian penggalan pengetahuan yang mengagumkan ini, kita bias temukan adanya upaya-upaya mereka untuk memberikan suatu bukti Apriori tentang generalisasi-generalisasi empiris, sseperti bukti yang mengatakan tentang hukum-hukum gerak keabadian Tuhan natural dan Tuhan Injili.
Mari kita melihat pada kitab injili. Seorang penulis Mazmur mengatakan bahwa, Tuhan memiliki kekuatan akan kemahatahuan sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, yang ditarik dari kekudusannya. Misalnya, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, sehingga ketika dibilang mata Tuhan atau dibilang telinga Tuhan, itu berarti kekuatan untuk melihat dan mendengar meskipun penglihatan dan pendengaran-Nya itu bersifat kemahakuasaan dan bukan aktivitas sensorik.
Paling dekat lagi dalam pemberian predikat inderawi bagi Tuhan, para theology tradisional maybrat, imian,sawiat, yang mengatakan bahwa jika esse adalah percipi, maka objek-objek yang tidak dipahami oleh kekuatan-kekuatan yang terbatas pasti tetap berada dalam eksistensinya oleh pemahaman Tuhan terhadapanya. Dengan demikian, menurut para theology tradisiona suku maybrat, imian, sawiat, mengatakan bahwa dalam pikiran Tuhan, pasti termuat ide-ide tentang segala sesuatu yang bias dipahami oleh manusia dan yang tidak bias dipahami oleh manusia pula. Eksistensi Tuhan seperti itu memang tidak disangkal, karena Tuhan memang sempurna karena dia bisa merasakan ketidaksempurnaan seperti kita. Bahwa Tuhan tahu atau mengerti apa rasa sakit itu, bahkan tentang segala jenis rasa sakit, dan Ia mengerti dan turut merasakan sakit dari ciptaan-Nya yang sedang sakit. Memang demikian bahwa Tuhan maha tahu dan hal itu merupakan suatu kesempurnaan, karena Tuhan itu maha tahu dan Ia memiliki ide-ide sempurna dan esa, tetapi ide-ide-Nya tidak muncul dalam dirinya melalui perangkat inderawi seperti kita.
Pemikiran dan konsep Tuhan menurut para theology tradisional suku maybrat, imian, sawiat, tentang konsisten Tuhan menyangkut mereka yang mana menyatakan bahwa ; semua ide-ide manusia seudah ada dalam pikiran Tuhan. Karena diantara ide-ide itu, kita menemukan adanya ide-ide panas dan dingin, manis dan asam, maka ide-ide manusia tersebut bagaimanapun juga, berada dalam pikiran Tuhan. Pemikiran para theology tradisional maybrat, imian, sawiat, begitu sesuai dengan theology injili. Demikian sebaliknya kalau manusia memiliki inderawi yang berbeda dengan tuhan maka rasa inderawi manusia itu bersama kepemilikan ide-idenya tidaklah mencukupi. Kalau memang seperti itu, maka pandangan theology tradisional suku maybrat, imian, sawiat tentang inderawi manusia dan Tuhan benar-benar memadai.
Betapapun kecil kadar kebenaran pemikiran theology tradisional suku maybrat, imian, sawiat, dapat disangkal bahwa Tuhan memiliki mata, telinga dan pengalaman inderawi yang mulia. Demikian, mereka sangat yakin bahwa Tuhan dapat mengetahui secara intelektual kebenaran-kebenaran yang kita ketahui melalui perangkat inderawi. Dengan melihat bahwa api itu merah ; dengan merasakannya aku mendapatinya terasa panas ; dengan mengecapnya aku tahu gula itu kasar. Menurut mereka, semua kebenaran tentang hal-ha yang particular ini diketahui oleh Tuhan dengan perangkat inderawi atau perangkat pengalaman yang esa.
Saya berpendapat bahwa untuk memiliki pengetahuan empiris tidak serta merta membutuhkan perjalanan inderawi. Mengetahui suatu kebenaran ilmiah itu tidak mengharuskan memverifikasinya atau mengujinya sendiri. Hanya diketahui bahwa pengetahuan tersebut telah diverifikasi atau dibuktikan berarti itu sudah cukup. Telah jelas bahwa sebagian besar pengetahuan kita tenatang fakta-fakta ilmiah,tentang penerimaan kita terhadap teori-teori ilmiah di dasarkan pada kesaksian orang lain. Maka secara prinsip tidaklah mustahil bagi Tuhan untuk mengetahui kebenaran empiris itu tanpa ia harus mengalaminya sendiri. Tetapi tidak ada seorangpun yang dari theisme suku maybrat, imian, sawiat, yang berpandangan bahwa Tuhan mengandalkan kesaksian manusia untuk mengetahui kebenaran-kebenaran empiris tersebut ; Tuhan tidak mungkin membuka ensiklopedia atau menunggu temuan selanjutnya dari pada ilmuan untuk mempelajari apa yang ditemukan. Tuhan sangat mengetahui kebenaran-kebenaran baik yang alamiah, tidak alamiah dan fakta-fakta empiris yang berhubungan dengan pengalaman. Dia tahu kebenaran-kebenaran tersebut dengan mengetahui kehendak-Nya sendiri. Lebih tepatnya ; dia tahu hipotesi-hipotesis mana yang bersifat mungkin dengan mengetahui essensi dan kekuasaan-Nya sendiri ; Dia tahu hipotesi-hipotesis mana yang actual dengan mengetahui hipotesis yang akan diberlakukan-Nya.
Dari konsep berpikir theology suku maybrat, imian, sawiat, tersebut maka dapat disimpulkan bahwa “ Apapun hal yang bisa dihasilkan atau dipikirkan atau dikatakan oleh makhluk dan juga oleh apapun yang dihasilkan sendiri oleh Tuhan, semuanya diketahui oleh Tuhan bahkan seandainya semua itu tidak benar-benar ada, dalam hal ini bisa dikatakan bahwa Tuhan memiliki pengetahuan bahkan tenatang hal-hal yang tidak ada dan hal-hal yang ada.
Dalam pengetahuan praktis, dapat kita tarik kesimpulan antara Tuhan tradisional suku maybrat, imian, sawiat, dan Tuhan Kristiani bahwa ; hal pengetahuan praktis, kita dapat katakana bahwa Tuhan mengetahui segala sesuatu itu dengan kuasa kemahatahuan-Nya, hal ini merupakan suatu keyakinan iman orang Kristen dan iman orang maybrat, imian, sawiat. Demikian dapat dikatakan bahwa segala sesuatu itu seperti adanya sebab Tuhan memiliki kuasa pengetahuan plus kehendak bahwa sesuatu itu seperti adanya ; disisi lain, hal itu juga benar berkenaan dengan pengetahuan spekulatif dari kuasa Tuhan dimana Tuhan tahu bahwa segala sesuatu itu seperti kehendak-Nya.
KEABADIAN DAN WAKTU
Tuhan wiyon suku maybrat, imian, sawiat adalah Tuhan yang abadi. Dalam kitab perjanjian lama dan perjanjian baru, keabadian Tuhan kristiani diungkapkan dalam waktu yg tanpa akhir sebagaimana jika diparalelkan dengan Tuhan tradisional suku maybrat, imian, sawiat, mempunyai suatu kesamaan. Tuhan ilmiah suku maybrat, imian, sawiat, dan Tuhan Injili adalah Tuhan yang selamanya hidup ; dia selalu ada dan akan selalu ada ; tak ada sedetik waktupun dimana dia bukan Tuhan. Dalam konsep para theolog moderen, memahami keabadian ini dengan suatu pemahaman yang universal bahwa ; durasi waktu Tuhan itu tidak hanya tanpa akhir, tetapi juga tidak berdurasi waktu. Sebagaimana konsep theolog traisional suku maybrat, imian, sawiat, mendefinisikan keabadian sebagai satu kepemilikan Esa Tuhan mereka dan Tuhan Injili yang tanpa akhir yang total dan simulta ; dank arena itu waktu keabadian Tuhan tersebut bagi theolog tradisional suku maybrat, imian, sawiat, secara umum dipahami sebagai tanpa waktu.
Dalam theisme suku maybrat, imian, sawiat, dapat dibayangkan bahwa Tuhan menurut mereka adalah Tuhan yang berkuasa mengekspresikan suatu linguistic untuk mengetahui waktu. Mungkin mereka berpendapat tentang satu penjaga waktu kosmis dengan tanpa jam yang berbunyi. Dan satu suara dari awan dan alam yang berkata “ Berdasarkan kata Tuhan. Bahkan agaknya satu fantasi yang ditemukan dalam pemikiran para theolog tradisional suku maybrat, imian, sawiat, tentang ide bahwa suatu wujud Tuhan tradisional mereka memiliki suatu wujud yang tidak berubah dan Tuhan tradisional mereka menguasai waktu. Theolog tradisional suku maybrat, imian, sawiat, pada hakekatnya sempat membandingkan pencipta waktu pada awal dunia dan sang aparat kosmis yang sebenarnya tidak bias menyusun pengetahuan tentang waktu sendiri ; para pekerja pembuat jam dan suara yang merekam bunyi jam itu – sesuai dengan yang benar-benar terjadi – kadangkala akan tidak memberitahukan waktu yang benar pada setiap saat. Sementara kalau kita menyifati Tuhan disamping kesadaran iman, bahwa jam kosmik itu berbunyi pada waktu tertentu, maka kita sekedar membangkitkan ide-ide kemanusiaan kembali secara fantastic terhadap semua kesulitan tentang kesadaran kemanusiaan kita yang tak pernah berubah dari satu dunia yang kita amati.
Kalau wujud iman itu tidak berubah dan tidak bisa mengetahui waktu dengan sempurna berdasar iman, maka kita juga tidak bisa tahu apa yang diekspresikan oleh proposisi-proposisi yang berwaktu dari sang penguasa. Dengan mengetahui bahwa “ Kristus akan dilahirkan “ adalah kebenaran iman percaya umat Kristen sepanjang tahun-tahun sebelum masehi dan bahwa “ Kristus telah dilahirkan “ adalah kebenaran iman percaya umat Kristen sepanjang tahun-tahun setelah masehi. Hal ini bila diparalelkan dengan iman alamiah suku maybrat, imian, sawiat, para teolog tradisional mengungkapkan bahwa iman kepercayaan seseorang adalah kunci untuk melihat dan mengerti segala sesuatu termasuk waktu. Menurut mereka yang mana menarik suatu tempo keimanan tradisional mereka bahwa, tidak akan mungkin bagi seseorang theisme maybrat, imian, sawiat, yang mampu mengetahui proposisi mana yang benar saat ini, sampai dia juga tahu waktunya. Kalau dia tidak memiliki iman percaya atau keyakinan penuh ; dia tidak akan mampu menunjuk suatu pengecualian yang mampu sempurna disbanding Tuhan, karena suatu pengecualian yang telah dilekatkan kepada Tuhan tradisional mereka yang dipercaya lebih berkuasa dan mampu menunjuk suatu pengecualian kuasanya yang dianggap koheren, karena menurut orang maybrat, imian, sawiat, Tuhan tradisional mereka berkuasa dan mengetahui segala sesuatu yang bisa diketahui manusia dan yang tidak bisa diketahui oleh manusia. Menurut para theisme maybrat, imian, sawiat, setiap orang yang percaya kepada Tuhan tradisional mereka, harus mengandalkan keimanannya pada keabadian Tuhan itu. Tidak ditemukan suatu kontradiksi keimanan antara iman ilmiah orang-orang maybrat, imian, sawiat, dan iman Kristiani, yang mana dalam kepercayaan iman Kristen, bagi seseorang untuk dapat mengerti tentang Tuhan, dia harus memiliki suatu kepercayaan dengan iman yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Dapat disimpulkan bahwa ditemukan aanya suatu hubungan keimanan antara Injil Kristen dan injil natural suku maybrat, imian, sawiat yang sama.
Selanjutnya, para teolog tradisional suku maybrat, imian, sawiat, menjelaskan pengertian mereka tentang hubungan kepercayaan seorang manusia dengan Tuhan bahwa ; “ Suatu kepastian kepercayaan iman seseorang itu, tidak sama artinya dengan pemaksaan. Yang mereka maksudkan adalah kepastian keabadian Tuhan. Ini berarti seorang manusia yang tidak memiliki spirit ketuhanan tidak akan kejahatn untuk menentang kehendak Tuhan, namun manusia melakukan semuanya itu secara spontanitas keimanan dan penuh keinginan suci. Disisi lain, ketika Tuhan mengabulkan segala keininan-Nya terhadap diri kita, hasrat dan tindakan-Nya tidak pernah berdasarkan pemaksaan, melainkan selalu bergantian dengan keinginan dan kecenderungan-Nya sendiri.
Jika dianalogikan, kehendak bebas manusia persis sseperti seekor hewan tunggangan yang bergerak kearah yang diinginkan penunggangnya. Jika Tuhan yang menungganginya, ia akan berkeinginan dan pergi kemanapun arah yang diinginkan Tuhan ; jika setan yang menungganginya, ia akan berkeinginan untuk pergi kemanapun arah yang diinginkan setan. Sangat jelas dalam penegaasan kalimat ini,bahwa arah pergerakan dan kehenak bebas manusia sangat tergantung pada siapa yang menunggangi dan memerintahnya. Namun, kehendak bebas manusia tidak bebas sesuka hati memilih penunggangnya.
Dimata teolog tradisional suku maybrat, imian, sawiat, baik manusia “ saleh “ maupun manusia “ salah “ sama-sama berperilaku sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Tetapi keduanyapun sama-sama tidak memiliki kemampuan mengubah keinginan mereka. Kehendak manusia tidak bebas, artinya ia tidak serta merta menggeser dirinya dari suatu keinginan buruk menjadi baik. Namun bagi para teolog suku maybrat, imian, sawiat, kehendak seorang manusia adalah ia hanya menjalani suatu perubahan itu secara pasif sesuai apa yang digariskan oleh Tuhan.
Demikian konsep tersebut jika diparalelkan dengan konsep teolog Kristen dalam bible bahwa ; Tuhan telah mengetahui sebelumnya bahwa Judas akan menjadi seorang pengkhianat, maka memang demikian jadinya, Judas adalah seorang pengkhianat, dan tidak ada seorangpun bahkan Judas sendiri tidak mempunya kuasa untuk merubahnya, atau merubah kehendaknya dari apa yang telah iketahui oleh Tuhan sebelumnya. Bisa ikatakan bahwa, pengetahuan Tuhan itu tidak pernah keliru dan snagat tepar, karena apa yang telah Dia ketahui, Dia janjikan, Dia ancamkan itu akan terjadi.
Apa yang diajarkan para teolog tradisional suku maybrat, imian, sawiat, tidak lain adalah penegasan bahwa tidak aa seorangpun theisme maybrat, imian, sawiat memiliki kehendak bebaas, dan tidak ada sesuatupun selain manusia yang memilikinya. Demikian dalam teolog Kristen, bahwa segala sesuatu yang kita lakukan baik dan buruk, tidak pernah kita lakukan sepenuhnya oleh diri kita sendiri, Tuhanlah yang melakukan segala sesuatu itu, yang berkaitan dengan yang terbaik dan iblis yang akan melakukan semua yng berkaitan dengan kejahatan. Sebagaimana “ malam “ dan manusia diibaratkan ( bahan lilin ) yang tidak bisa melakukan apa-apa ketika dibentuk menjadi lilin oleh tenaga manusia. Demikian bahwa manusia itu bebas dalam segala sesuatu dan dalam jangkauan kekuatannya untuk mengikuti kehendaknya, tetapi ia tidak bebaas alam hal berkehendak.