SEKEDAR MENCIPTAKAN TEORI UNTUK ARSITEKTUR
Oleh
Hamah Sagrim
(Penulis Buku : History Of God In Tribals Religion)
Kisah Tuhan Dalam Agama Suku
Diangkat dari Teologi Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua
Dan
Diparalelkan Dengan Alkitab, Al-Quran, dan mitologi Agama pada suku-suku di dunia
A. Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan pemikiran, yaitu lingkungan pemikiran melalui strategi berpikir, pola pikir, rencana, dan strategi, yang kesemuanya merupakan suatu konsep rancangan otak. Mengapa dikatakan bahwa arsitektur dalam artian tertentu mencakup pemikiran, strategi, rencana dll?. Seorang manusia yang mampu merencanakan dan merancang sesuatu agenda, ia dikatakan sebagai seorang arsitek. Begituapula dapat kita katakana bahwa arsitektur merupakan hasil rencana dan rancangan daripada pikiran. Arsitektur juga menyangkut pembangunan luar pikiran seperti perencanaan danperancangan, seprti gedung, kapal, mobil, sepeda, serta lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Walaupun dalam beberapa produk tidak dilakukan oleh orang yang disiplin inlmu arsitektur, namun setiap orang yang memiliki kemampuan merancang dan merencanakan sesuatu, dapat disebut sebagai arsitek. Sebagai contoh bahwa seorang pelati sepak bola selalu disebut sebagai arsitek lapangn, bukan karena ia menyelesaikan pendidikannya pada disiplin ilmu arsitektur, tetapi karena seorang pelatih sepak bola selalu mendesain format kerja team di lapangan, maka ia disebut sebagai arsitek, dengan demikian maka dapat kita katakana bahwa Arsitektur merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan.
B. Usulan Teori Dalam Berarsitektur
1. Rasionansi Arsitektur
Rasionansi Arsitektur ini sengaja diusulkan sebagai suatu teori baru oleh kami, bahwa arsitektur merupakan gerakan rasionalis, yang dapat kita jadikan sebagai suatu dokrtin yang menyatakan bahwa suatu bentuk arsitektur haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta. Rasionansi arsitektur mempunyai kemiriban dari segi ideologi dan tujuan. Dalam hal bahwa arsitektur bertujuan sebagai sebuah wahana bagi kehidupan, baik kelompok maupun tunggal.
Rasionansi Arsitektur, mengatakan bahwa arsitektur sebagai tempat atau ruang yang diciptakan bagi ketenangan, kenyamanan, dan strategi. Aliran pemikiran Rasionansi Arsitektur tidak pernah memilih manusia atau hewan, namun sebaliknya bahwa yang memilih dan menciptakan arsitektur adalah Manusia dan Hewan. Rasionansi Arsitektur tidak mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Karena, Arsitektur dapat diterapkan secara lebih umum dan khusus. Tergantung yang membutuhkannya.
Teori Rasionansi Arsitektur ini sebagai teori arsitektu dalam terapan umum arsitektur. Mengapa demikian? Karena arsitektur tidak dibutuhkan hanya sekedar sebagai tempat tinggal, melainkan arsitektur sebagai symbol Kejayaan bangsa, Negara, suku,symbol agama, symbol adat istiadat, sehingga anggapan pada aliran teori Rasionansi Arsitektur bahwa segala sesuatu itu memiliki ide dan membutuhkan kenyamanan. Arsitektur tidak sebagai sesuatu yang umum saja, tetapi juga sebagai sesuatu yang pribadi, yaitu arsitektur sebagai symbol kemampuan seseorang, symbol kebesaran manusia.dll. oleh karena itu, Teori Rasionansi Arsitektur sebagai sesuatu yang berkaitan dengan Manusia, perorangan (Individu), Kelompok dan juga arsitektur juga berkaitan dengan objek kaku seperti Gedung, Kota, Jalan, Pelabuhan. Dll. Inilah pemikiran daripada Teori Rasionansi Arsitektur.
Judul Teori : Rasionansi Arsitketur.
Diciptakan Oleh : Hamah Sagrim.
2. Arsitektur Empirisme
Empirisme Arsitektur. Merupakan suatu teori baru yang diusulkan sebagai aliran dalam pemikiran berarsitektur. Teori ini menganut pemikiran Empiris, yang mana bahwa Teori Empirisme Arsitektur menyatakan bahwa semua pengetahuan tentang arsitektur itu berasal dari pengalaman manusia. Pemikiran tentang arsitektur tidak dibawa oleh manusia semenjak lahir, melainkan melalui proses hidup sebagai pengalaman.
Berangkat dari pemikiran empiris sehingga muncullah teori Empirisme Arsitektur ini bahwa, manusia atau hewan, yang melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan arsitektur, mereka terlebih dahulu mendapatkan inspirasi dari hidup sebagai suatu pengalaman yang mendorong pemikiran mereka untuk berencana, bergerak, mendesain, dan membuktikan semua rencana itu secara nyata. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa arsitektur merupakan sesuatu yang lahir dari pengalaman empirik. Inilah aliran utama dalam pemikiran Teori Empirisme Arsitektur.
Nama Teori : Empirisme Arsitektur
Diciptakan oleh : Hamah Sagrim
3. Teori dan Praktik dalam Berarsitektur
Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Menurut Kami: "Praktik dan teori adalah Pangkal arsitektur. Bukti arsitektur sebagai hasil elaborasi pemikiran dan kreasi. Didalam berpikir dan berkreasi, pasti muncul pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kreasi, pertanyaan-pertanyaan itu lalu dijawab oleh pemikiran. Ketika persoalan itu dapat diselesaikan, maka merupakan suatu pengalaman dalam berkreasi. Dengan demikian maka pemikiran tersebut akan tetap dipertahankan sebagai jalan pola utama dalam berkreasi. Pemikiran ini akhirnya dijadikan sebagai suatu teori. Dengan demikian bahwa arsitektur atau segala perilaku dan kreasi manusia merupakan hasil dari teori dan praktik. Tanpa teori praktik tidak berjalan dengan sempurna, begitupun sebaliknya bahwa tanpa praktik, teori tidak berguna. Praktik adalah tindaklanjut daripada khayalan, Rencana, Rancangan, Angan-angan, yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi suatu kreasi bentuk dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi suatu kreasi menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan".
4. Sejarah Arsitektur
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar