Launching

Launching

Senin, 12 Januari 2009

AYAMARU SAUF PENGARUH WANITA TERHADAP LINGKUNGAN SEKITARNYA


PENGARUH WANITA MAYBRAT IMIAN SAWIAT
TERHADAP LINGKUNGANNYA

oleh
J.F. Hamah sagrim

A.Wanita maybrat imian sawiat (bakit, ku ano, nangli)

Seperti halnya wanita –wanita lain, wanita maybrat imian sawiat juga memiliki sifat-sifat kejiwaan wanita. Cirri khas kewanitaan yang banyak disoroti orang adalah sifat memelihara. Ini disebabkan karena kodarat wanita secara fisik bertugas mengandung, memelihara, dan menyusui.
Namun sayangnya, sifat memlihara ini dalam perkembangannya lalu menjadi tuntutan ethis. Tuntutan ini yang mendorong wanita maybrat imian sawiat untuk memberikan cinta kasih mereka tanpa pamrih, disertai dengan pengorbanan diri dan penyerahan diri. Maka tepatlah jika kita menamakan: wanita itu merupakan asas dari cinta kasih. Dengan sifatnya yang bersifat memelihara itu, wanita menjadi lebih bersifat heterosentris, mengarahkan aku-nya kepada aku yang lain lebih-lebih mepada yang dicintainya. Sifat ini akan terungkap pada sikap memelihara, melindungi, bersahabat, mengalah, menetap dain sebangsanya. Sifat kewanitaan seperti terurai diatas juga dimiliki oleh wanita maybrat imian sawiat, bedanya terletak pada adat dan kebudayaan yang membentuk setiap wanita dari suku bangsa sendiri-sendiri.

Wanita maybrat imian sawiat dapat kita golongkan menjadi:

1.wanita kampong, yang berasal dari keluarga petani dan nelayan, atau wanita yang belum menikmati pendidikan yang cukup.
2.wanita kampong dan kota, yang berasal dari keluarga ekonomi menengah atau wanita yang juga menikmati pendidikan yang cukup
3.wanita kota, yang berasal dari kalangan keluarga atas atau wanita yang telah menikmati pendidikan cukup dan menikmati pendidikan cukup dan lebih

Tipe dari 3 golongan wanita tersebut juga tidak sama kadarnya. Untuk tipe golongan wanita kota atau yang sudah berpendidikan tinggi, penampilan dan pengaruhnya dalam masyarakat sengat berfariasi, namun ada anggapan orang mengenai wanita maybrat imian sawiat yang mana anggapan ini merupakan stereotif wanita maybrat imian sawiat. Stereotif ini lalu menjadi suatu ideal bagi wanita maybrat imian sawiat. Dalam hal ini, yang membuat wanita maybrat imian sawiat begitu ideal pada masanya. Walaupun sebenarnya kalau kita mendalami kepribadian dari wanita maybrat imian sawiat akan kita temui tipe-tipe tang telah berontak terhadap adat, seperti dalam adat maybrat imian sawait sebenarnya mengatakan bahwa seorang wanita harus ; tenang, penurut, tunduk dan yang lebih lagi adalah menjaga virginelitasnya hingga pinangan.
Jadi pemberontakan yang melawan etika adat, tersebut hingga kini telah banyak dilakukan oleh wanita maybrat imian sawiat yang telah terbawa pengaruh new zaman. Stereotif bahwa wanita maybrt imian sawiat itu bersifat; narimo, pasrah, sabar, halus, bakti dan sedikit tegas, akan tetapi sifat-sifat tersebut yang merupakan stereotif wanita maybrat imian sawiat yang ideal tidak terbina dengan baik dan wanita maybrat imian sawiat new zaman cenderung bergaya hidup dengan mengadopsi sifat-sifat baru seperti; ingin bergerak bebas, tidak begitu penurut, dan tidak sabar. Akan tetapi tidak semua sifat nampak dalam setiap pribadi wanita maybrat imian sawiat. Hal ini juga disebabkan karena wanita maybrat imian sawiat mendapat pengaruh dari pendidikan dan perkembangan zaman yang baru new zaman.
Pendidikan, baik formal maupun informal sangat berperan penting dalam membina pengembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat. Wanita maybrat imian sawiat banyak mendapat pengaruh pendidikan yang mana membentuk cirri-ciri kepribadian seperti; cerdas, paham/tahu mengenai bakatnya, bersikap kritis terhadap masalah-masalah social disekitar lingkungannya, berani menyimpang dari kebiaan yang berlaku, menunjukkan sikap independent, berperasaan halus serta tidak menyerah dalam menghadapi rintangan, namun didalam mengambil keputusan-keputusan, tetap mendahulukan keharmonisan dengan orang-orang sekelilingnya. Walau cirri tersebut bagi wanita maybrat imian sawit juga relatif baik, namun pendidikan keluarga maybrat imian sawiat sangat besar andilnya dalam pembentukan cirri-ciri wanita tersebut guna menghindari broken house, atau adanya kecolongan keluarga dalam membentuk karakter anak. Tugas membina anak dominan bagi seorang ibu (ibuism), merupakan Suatu pernyataan yang dating dari orang maybrat imian sawiat, sebab mereka mempunyai suatu keyakinan bahwa kekuatan seorang ibu (mama) sangat besar dalam keluarga, seorang ayah (bapa) kerapkali tidak begitu memperhatikan anak-anak pada umur tertentu, disinilah peran ibu (mama) sangat dibutuhkan. Ibu (mama), sebagai tabir kedewasaan seseorang anak, ibu (ibu) sebagai manager bagi keluarga, sebagai penggerak dalam kelompoknya tanpa meminta kekuasaan atau pujian. Itu adalah paham kau ibuism yang memang sifat kodratnya sebgai pemelihara.
Paham ibu, (ibuism) seolah-olah memberi kekuasaan dan prestige tetap yang kepada bapak/pria. Dari segi kebudayaan orang maybrat imian sawait, wanita (finya) memperoleh kesempatan untuk aktif mengatur dan membagi pekerjaan kepada anggota keluarganya atau kelompoknya. Pria/bapak, berada – ditempatkan di depan, dan di luar, sedangkan wanita/ibu melaksanakannya didalam dan di belakang, hasil yang di olah atau dikerjakan oleh wanita/ibu, dikomunikasikan, dipromosikan keluar oleh pria/bapak. Maka dengan sendirinya pria/bapak-lah yang mendapatkan prestige, mendapatkan pujian. Wanita maybrat imian sawiat dengan rela membiarkan situasi ini terjadi secara sinergis dengan aman.
Bagi wanita maybrat imian sawiat, paham ibuism ini merasuk sekali kedalam batinnya sehingga setiap wanita maybrat imian sawiat seperti sudah miliknya. Tetapi justrus hal inilah yang menyebabkan wanita maybrat imian sawiat mendapatkan perlakuan yang kurang adil dari pria. Paham inilah yang justru menjadi faktor kelestarian ketidak adilan di kalangan wanita maybrat imian sawiat, yang mana akibatnya mereka berontak terhadap pria/bapak, menimbulkan persoalan dan timbullah smasalah yang mana melibatkan kerabat klen dari kaum wanita dengan tuntutan-tuntutan yang harus disepakati oleh kepala klen (bapak). Hal ini membuat wanita maybrat imian sawiat sangat sadar dan makin tahu akan kekuatan yang ada padanya.
Kebudayaan atau adat orang maybrat imain sawiat yang memberi kesempatan kepada wanita untuk aktif dalam keluarga, merupakan suatu pelatihan yang mana membina wanita maybrat imian sawiat untuk mampu aktif juga diluar keluarga. Aktifitas ini merupakan proses permagangan keluarga. Walaupun situasi ini banyak nampak pada wanita maybrat imian sawiat golongan bawah dan menengah. Bagi golongan elit, lebih banyak menunjukkan sifat feodalisme yaitu memperbudak orang lain.
Bagaimanapun juga, aktifitas wanita maybrat imian sawiat di dalam masyarakat sangat besar dipengaruhi oleh kekuatan wanita, yang sumbernya dari dalam keluarganya. Dalam kebudayaan maybrat imian sawiat, kita kenal konsep “kekuatan”. Menurut pandangan orang Belanda, “kekuatan ” ini besar pengaruhnya dibidang sosial dan juga berpengaruh dalam budaya orang maybrat imian sawiat. Analisis kami dalam penelitian terhadap hal ini, kekuatan wanita maybrat imian sawiat, juga sudah diperhitungkan dalam fenomena sosial dan budaya. Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah dimana peranan kekuatan wanita sangat menentukan dalam penyelesaian fenomena sosial dan budaya (“mban ra sme” dalam bahasa maybrat). Menurut hemat kami, kekuatan wanita maybrt imian sawiat sangat konkrit dan menggema dalam pribadi yang mempunyainya. Kekuatan yang dimaksud disini adalah sumber yang berasal dari pribadi wanita maybrat imian sawiat. Kekuatan diekspresikan dalam tindakan pesan, kedamaian, keikutsertaan dalam menopang seorang laki-laki dalam menyelesaikan masalah, perkembangan, dan kebahagiaan. Walaupun kekuatan ini berasal dari kaum wanita yang seringpula terasa halus, sebab bersumber dari konsentrasi batin wanita, namun kekuatannya luarbiasa. Wanita maybrat imian sawiat akan kekuarangan kekuatannya kalau kebanyakan pamrih, ini merupakan keyakinan yang terbangun oleh wanita maybrat imian sawiat. Oleh karena ibu/isteri ditugaskan melaksanakan apasaja yang penting untuk kelangsungan hidup keluarga di dapur, maka wanita maybrt imian sawiat dipersiapkan untuk mempunyai kekuatan batin serta dikombinasikan dengan fisik fisik dan dihindarkan dari pamrih (mengalah). Wanita maybrat imian sawiat yang fisik dan batinnya kuat serta beretika, dipercaya sebagai penakluk dan pembawa pesan tentang hal-hal yang baik, pembawa perdamaian dan pembawa kesejahteraan keluarga dan masyarakat.


B.Wanita maybrat imian sawiat dan maskawin (boyi)

Dalam sejarah perkembangan hidup orang maybrat imian sawiat mencatat kenyataan bahwa wanita maybrat (finya-gu ano), wanitia imian sawiat (nangli) adalah wanita dengan nilai maskawing paling termahal, mungkin termahal di dunia. Wanita maybrat imian sawiat mempunyai harga harga tersendiri dalam maskawing, bila dibandingkan dengan wanita dari suku bangsa lainnya dibelahan dunia lainnya. Harga wanita maybrat imian sawiat menjadi suatu penekanan nilai tersendiri karena dalam budaya maybrat imian sawiat mempunyai catatan nilai-nilai khusus yang terkafer dalam penentuan harga maskawin. Beberapa hal mendasar yang mempengaruhi besar kecilnya penentuan harga maskawing ;

1.tinggi rendahnya maskawing awal yang dilakukan oleh kerabat klen laki-laki (suami) kepada kerabat klen perempuan (istri).
2.berdasarkan jenjang pendidikan
3.berdasarkan kelas atau kasta keluarga
Adapun nilai budaya yang juga ikut mempengaruhi besr kecilnya maskawin adalah;
1.pembayaran pusat (gu mbit), dilaksanakan pada waktu anak berumur 2 minggu.
2.pembayaran rumah bersalin (samu kre), dilaksanakan ketika ibu dan bayi diperbilehkan untuk keluar. Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga klen laki-laki dan keluarga kerabat perempuan
3.pembayaran ketika memberi nama (bofan), dilaksanakan dengan cara upacara dan doa.
4.pembayaran ketika di caci-maki (bohlat). Dilakukan oleh keluarga pelaku yang mencaci maki kepada keluarga korban.
5.pembayaran ketika kena musibah kecelakaan atas dasar ajakan teman (isti). Dilakukan oleh keluarga klen dari yang mengajak korban dan menyerahkan kepada keluarga klen korban.
6.pembayaran ketika pelecehan seksual muda-mudi, (boke). Dilakukan oleh keluarga klen laki-laki dan menyerahkan kepada keluarga klen perempuan.
7.pembayaran ketika meninggal dunia – bayar tulang (mfou yu taa). Dilakukan oleh keluarga dan kerabat keluarga kepada kerabat klen ibu yang melahirkan dia yang meninggal tersebut.
8.pembayaran minang (finya migiar – mfot bofot). Dilakukan oleh keluarga klen laki-laki – mempelai pria.
Dalam penentuan nilai maskawing wanita maybrat imian sawiat yang sering dilakukan paling rendah dengan nilai uang Rp. 50juta+kain ternama (wansafe, bokek, sarim, toba) yang nilainya bila diuangkan Rp.100 – 200juta maksimal 2potong atau minimal 1potong+kain biasa lainnya 25 potong.
Karena tingginya nilai maskawing wanita maybrat imian sawiat, dan sebagaimana kenyataan yang terjadi bahwa kebanyakan kaum pemuda dari suku maybrat imian sawiat terpaksa menikahi gadis-gadis dari suku bangsa yang dari luar wanita maybrat imian sawiat. Alasannya karena ketidakmampuan keluarganya untuk menyelesaikan beban maskawing yang ditangguhkan oleh kerabat klen wanita kepada keluarganya. Kadang terdengar nada-nada sumbang oleh orang maybrat imian sawiat yang mengatakan bahwa laki – laki maybrat imian sawiat yang menikah dengn wanita bukan dari maybrat imian sawiat adalah laki – laki yang tidak mampu, dia dianggap orang murahan, tidak ternilai, berbicarapun tidak dihargai dalam kelas budaya, dan mereka dianggap sebagai pria yang memberontak terhadap budaya/pria tidak berwibawa.


C.Pengaruh Lingkungan Terhadap Pola Pengembangan Pribadi Wanita Maybrat Imian Sawiat.

Wanita maybrat imian sawiat sesuai dengan adat dan harapan terhadap dirinya, dipersiapkan sebagai pribadi yang memiliki kekuatan batin (invisible power). Berdasarkan pengalaman pengamatan kami dan hasil diskusi/tukar pengalaman terhadap wanita maybrat imian sawiat, pola perkembangan wanita maybrat imian sawiat tumbuh dalam berbagaimacam variasi. Variasi ini disebabkan karena pola pengembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat. Tidak hanya dipengaruhi oleh adat atau tradisi saja, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak factor seperti misalnya; latar belakang pendidikan orngtua, pendidikan sekolah, pendidikan agama, dan pendidikan lingkungan atau masyarakat.
Sebagai contoh, teman saya; ia dilahirkan dari kedua orang tua maybrat imian sawiat yang asalnya dari golongan berbeda. Ibunya dari golongan bobot dan bapaknya dari golongan biasa. Latar belakang keluarga mereka berbeda, tetapi kedua-duanya mendapatkan pendidikan sekolah Belanda dan pendidikan agama Kristen. Didalam keluarga, mereka merasakan proses pencampuran dari factor-faktor pengaruh tersebut, sehingga pola perkembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat seperti dia dapat digambarkan sebagai berikut;
1.perkembangan yang asalnya dari diri pribadi sendiri, atau kita pinjam kata yang tepat dari Sahlins, yang mengatakan bahwa kepemimpinan pribadi (big woman). Faktor ini merupakan faktor dasar, sebab “warna” sifat manusia yang sebenarnya ada disini. Dalam diri pribadi ini pulalah manusia akan menggambarkan perkembangan pribadinya secara tidak sama.
2.perkembangan yang sumbernya dari luar pribadi (external), pengaruh luar ini dapat diperinci lagi :
a.pengaruh dari adat/latar belakang dari keluarga ayah
b.pengaruh dari adat/latar belakang dari keluarga ibu
c.pengaruh dari ajaran agama yang dianut.
d.Pengaruh dari pendidikan sekolah yang diperoleh.
e.Pengaruh dari pergaulan dengan teman-teman didekatnya
f.Pengaruh dari pendidikan atau pengalamannya bermasyarakat
g.Pengaruh dari lingkungan/daerah asal seperti daerah gunung dan daerah pesisir pantai.
Apabila sumber internal (yang dapat juga bersumber dari turunan dan bakat manusiawinya) dari wanita maybrat imian sawiat itu menjadi kuat, maka ia akan mudah, “mengunyah” sumber –sember pengembangan pribadi wanita itu, makin suburlah perkembangan pribadinya. Lebih-lebih sebagai wanita yang siftnya lebih hetero-wentris, maka proses sosialisasi pada wanita lebih menonjol. Wanita juga (wanita maybrat imian sawiat) akan subur perkembangan pribadinya apabila mau membuka diri bagi yang lain dan dapat membahagiakan orang lain. Sikap membuka diri ini bagi wanita maybrat imian sawiat adalah merupakan suatu budaya yang didasarkan atas kasih secara temurun, sebab adat mengnggap hal itu sangat baik, tetapi pada umumnya orang tua maybrat imian sawiat lebihn keras menuntut dari anak-anak gadisnya agar mau bersikap dan mau berbuat sesuai dengan apa yang dilakukan oleh seorang gadis, yaitu; diam, mengalah, narimo, pasrah dan penurut. Inilah yang menyebabkan wanita maybrat imian sawiat menjadi tertutup pribadinya. Ungkapan perasaan atau pendapatnya kurang bahkan tidak jelas. Hal ini disebabkan karena adat menilai wanita maybrat imian sawiat yang baik itu; halus, harus tegas dan aktif. Wanita maybrat imian sawiat adalah wanita yang aktif dan tegas, namun semakin meluasnya kesempatan pendidikan bagi wanita maybrat imian sawiat, maka penampilan diri dan sifat-sifat khas mereka makin bervariasi.
D.Peranan Wanita Maybrat Imian Sawiat Terhadap Lingkungan
Dalam perkembangan dari tiap-tiap pribadi wanita maybrat imian sawiat, kedewasaan sangat menggambarkan kekuatan batin yang ada dalam diri mereka. Seterti sudah diuraikan dimuka bahwa, kekuatan kekuatan yang berasal dari dalam diri manusia maybrat imian sawiat, asalnya dari kekuatan batin yang ada dalam diri ibunya. Peranan ibu sangat besar dalam mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anaknya.
Sifat-sifat khas wanita maybrat imian sawiat; narimo, pasrah, penurut, sabar dan tegas, ternyata apabila berkembang konstruktif dalam dirinya dapat merupakan kekuatan yang luarbiasa. Sifat-sifat tersebut dapat memperkuat iman wanita maybrat imian sawiat, dalam beriman kepada Tuhan. Iman ini mengalahkan segalanya, dengan iman yang kuat inilah wanita maybrt imian sawiat, dapat menjadi lebih berani.
Sifat-sifat sabar, setia, tegas dan bakti pada suami dan orang tua, ternyata terwujud menkadi kekuatan besar yang dapat mempengaruhi orang lain. Perkembangan sifat-sifat wanita maybrat imian sawiat masa kini membuat mereka menjadi ingin, bersedia, boleh, dan malahan diharapkan dapat mengisi dua peranan ganda dalam masyarakat.
Peranan ganda ini, oleh wanita maybrat imian sawiat, dialami membawa kewajiban dan tanggungjawab ganda pula. Factor ini dalam wanita maybrat imian sawiat menimbulkan suatu loyalitas ganda. Maka jelaslah bahwa wanita maybrat imian sawiat, disatu pihak loyal dan tanggungjawab kepada suami dan anak-anaknya, dan dilain pihak loyal terhadap tugas dan pekerjaannya dalam masyarakat. Wanita maybrat imian sawiat akan merasa damai kalau kedua loyalitas tersebut saling menyambung atau saling mendukung. Faktor loyalitas inipula yang juga dapat menjadikan sebab konflik pribadi atau konflik social bagi wanita maybrat imian sawiat. Seperti juga wanita yang lain, perkembangan wanita maybrat imian sawiat juga membutuhkan kontak dengan manusia (aku) yang lain, sebagai makhluk sosial, mereka akan bisa menikmati kesempurnaannya atau kelengkapannya apabila berada bersama subyek lain. Padahal makin subur perkembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat, yang pribadinya matang, mempunyai kekuatan kekuatan yang besar dalam menyelesaikan masalah pribadinya dan masalah sosial.
Peranan kekuatan batin (invisible) dari wanita maybrat imian sawiat, sungguh-sungguh akan mempunyai akibat perdamaian dan kesejahteraan wanita maybrat imian sawiat, yang matang kekuatan batinnya, teguh imannya, percaya diri, pasti akan disebut wanita perkasa. Tetapi apabila wanita maybrat imian sawiat itu terikat oleh material dan sosialn, maka konsekwensinya dalam diri manusia. Maka dengan hadirnya pamrih yang berkembang dalam diri manusia. Maka dengan hadirnya pamrih yang berkembang dalam diri pribadi, pribadi, kekuatan batin akan dapat berkurang, bahkan dapat musnah. Itulah sebabnya wanita maybrat imian sawiat, selalu melaksanakan “perilaku prihatin” apabila menginginkan kekuatan batinnya bekerja. Perilaku prihatin, atau doa ini adalah kekuatan yang dimaksudkan untuk memperkuat diri sendiri atau mendukung orang lain supaya kuat. Misalnya seorang ibu turut mendoakan suaminya jika suaminya memerlukan dukungan kekuatan batin untuk permasalahan yang dihadapi. Kerelaan ibu yang bersedia dengan kekuatan inilah yang sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan.
E.Proto Tipe Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat
Wanita maybrat imian sawiat sebagaimana yang telah diuraikan, mereka juga memiliki 3 proto tipe pola hidup yaitu;
1.proto tipe pola hidup wanita maybrat imian sawiat tempo dulu.
Wanita maybrat imian sawiat yang disebut wanita tempo dulu adalah wanita yang hidup pada tahun 1947 kebawah. Wanita maybrat imian sawiat tempo dulu adalah wanita yang hidupnya masih terikat dengan budaya maybrat imian sawiat yang kental dan mereka termasuk pelaku budaya, dan tidak mengenal pendidikan.
2.Proto tipe pola hidup wanita maybrat imian sawiat berpendidikan
Wanita maybrat imian sawiat berpendidikan adalah mereka yang sudah merasakan pendidikan. Mereka adalah wanita-wanita maybrat imian sawiat yang hidup pada tahun 1950 keatas. Wanita yang hidup pada masa ini adalah wanita yang bertumbuh besar serta dibentuk oleh budaya maybrat imian sawiat dan merekalah wanita –wanita pertama yang mengenal dan mengenyam pendidikan pada sekolah rakyat (SR), sekolah guru belanda (SGB). Bada zaman penjajahan pemerintah Hindia Belanda, wanita maybrat imian sawiat secara berkelanjutan mengalami suatu perubahan di dunia dengan masuknya pemerintah Indonesia yang mana membangun sekolah-sekolah seperti; SD, SMP, SLTA, dan perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Wanita maybrat imian sawiat massa pendidikan masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya mereka secara baik dan mereka mampu mengenal dan menguasai budaya-budaya mereka secara mendalam seperti budaya bahasa, tarian, busana dan lainnya. Budaya – budaya ini sangat mereka hargai sebagai jatidiri mereka yang begitu sederhana dan mulia.
3.Proto tipe pola hidup wanita maybrat imian sawiat massa reformer.
Wanita maybrat imian sawiat yang hidup pada tahun 1998 keatas, tergolong sebagai wanita reformer. Mereka yang hidup pada massa reformer adalah mereka yang begitu mengenyam pendidikannya hingga tahapan akademik. Mereka yang hidup pada masa reformer selain wanita yang merasakan pendidikan cukup, tetapi juga mereka adalah wanita yang sudah tidak begitu mengenal dan menghargai budayanya. Misalnya kebanyakan wanita maybrat, imian, sawiat, yang hidup pada massa reformer ini dijumpai tidak begitu mengetahui bahasa ibu (bahasa daerahnya) secara fasih. Kadan ada yang sedikit bisa mengucapnya sepotong-sepotong, ada yang hanya mendengar dan mengerti, tetapi tidak bisa mengucapkannya, dan ada yang samasekali tidak mengenal dan mengerti bahasa serta budayanya. Wanita maybrat imian sawiat massa ini adalah mereka yang tergolong sebagai wanita yang memberontak terhadap budaya dan kecenderungan ingin menyamai hidup mereka dengan gaya hidup wanita-wanita moderen lain dengan melepaskan khasanah budayanya sebagai miliknya yang original. Wanita – wanita maybrat imian sawiat reformer yang tidak mengenal budaya mereka adalah terutama mereka yang hidup diperkotaan semenjak lahir hingga dewasa, adapula terjadi karena perkawinan silang antara klen laki-laki maybrat dengan wanita diluar suku maybrat imian sawiat (outrolokal). Sebab-sebab ini yang membuat keturunan orang maybrat imian sawiat semakin menjauh dari adat dan budaya mereka secara langsung.



Tidak ada komentar: