Launching

Launching

Minggu, 25 Januari 2009

Wanita dalam Mitos Seks!

Wanita dalam Mitos Seks!
OLEH HAMAH SAGRIM

Luas beredar anggapan bahwa dorongan seksual wanita jauh lebih rendah daripada pria.

Mitos tentang seks beredar sangat luas di masyarakat. Bahkan begitu kuat pengaruhnya sehingga mempengaruhi pandangan dan perilaku seksual masyarakat.

Tidak jarang perilaku akibat mitos seks menimbulkan akibat buruk bagi yang bersangkutan maupun pasangannya.

Pada umumnya mitos seks tumbuh subur di dalam masyarakat dengan tingkat pengetahuan seksualitas yang rendah. Di masyarakat seperti itu pula mitos seks sangat mudah mempengaruhi perilaku seksual, yang tidak jarang kemudian menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.

Semakin bertambah tingkat pengetahuan seksualitas masyarakat, semakin kurang pengaruh mitos di dalam perilaku seksual karena mereka semakin mengerti bahwa informasi seks di dalam mitos itu salah dan menyesatkan.

Berikut ini beberapa contoh mitos tentang wanita dan seks yang beredar luas di masyarakat dan diyakini sebagai suatu informasi yang benar:

Wanita tak butuh hubungan seks

Luas beredar anggapan bahwa dorongan seksual wanita jauh lebih rendah daripada pria. Dengan kata lain wanita tidak memerlukan hubungan seksual unyuk memenuhi dorongan seksual, sedangkan pria sangat memerlukan.

Anggapan ini salah sama sekali. Pada dasarnya dorongan seksual wanita sama dengan pria. Kalau tampak perbedaan, itu hanya dalam mengekspresikannya sebagai akibat nilai sosial dan moral yang lebih menghambat wanita.

Tetapi pada kenyataannya memang banyak wanita yang kemudian kehilangan dorongan seksualnya. Keadaan ini sebagai akibat kegagalan wanita mencapai orgasme dalam kehidupan seksualnya. Keadaan ini mudah dimengerti karena dorongan seksual dipengaruhi oleh hormon seks khususnya testosteron, rangsangan seksual yang diterima, faktor psikis, dan pengalaman seksual sebelumnya.

Vagina kering

Mitos seks yang lain ialah tentang vagina kering yang katanya lebih memberikan kepuasan seksual daripada yang basah. Lalu gencarlah para wanita berusaha dengan berbagai cara agar vaginanya tidak basah.

Sebenarnya ini adalah usaha yang menentang reaksi seksual yang terjadi secara normal pada wanita. Salah satu reaksi seksual yang terjadi akibat rangsangan seksual pada wanita ialah terjadinya perlendiran pada dinding vagina sehingga vagina menjadi licin. Dengan demikian maka berarti wanita telah siap sehingga hubungan seksual dapat berlangsung dengan normal, tanpa gangguan.

Kalau vagina masih kering karena tidak ada perlendiran yang terjadi, berarti wanita itu tidak cukup mengalami reaksi seksual sehingga belum siap melakukan hubungan seksual. Kalau dalam keadaan demikian hubungan seksual dilakukan juga, maka akan terjadi gangguan seperti terasa sakit baik pada wanita maupun pria. Lebih lanjut dapat terjadi peradangan vagina.

Begitu kuatnya mitos ini mempengaruhi para wanita dan juga pria, sehingga banyak wanita karena dorongan pria pasangannya, berusaha dengan berbagai cara agar vaginanya tetap kering.

Berbagai jamu ditawarkan oleh para pedagang, memanfaatkan kebodohan para wanita dan pria pasangannya karena pengaruh mitos itu. Kalau toh mereka berhasil membuat vaginanya kering, sebenarnya mereka menyiksa dirinya sendiri karena hubungan seksual kemudian berlangsung tidak normal akibat tidak terjadi reaksi fisiologik terhadap rangsangan seksual yang berupa perlendiran vagina.

Kehebatan seks etnis tertentu

Tentang "kehebatan" seksual wanita dari etnik tertentu juga telah beredar luas di masyarakat. Menurut mitos itu, wanita dari etnis tertentu mempunyai kelebihan pada vaginanya sehingga lebih memberikan kepuasan seksual. Mitos ini sungguh tidak berdasar, karena secara fisik tidak ada perbedaan pada vagina berdasarkan etnis.

Kalaupun ada perbedaan antara wanita dan etnis yang berbeda, perbedaan hanyalah dalam pandangan dan perilaku seksual yang disebabkan karena perbedaan nilai sosial dan budaya.

Perbedaan sosial dan budaya memang mempengaruhi pandangan tentang seksualitas, dan pandangan tentang seksualitas inilah yang kemudian mempengaruhi perilaku seksual.

Orgasme pada wanita

Mitos tentang orgasme pada wanita juga beredar luas. Wanita itu dianggap sama dengan pria yang hanya dapat mencapai sekali orgasme pada setiap kali hubungan seksual. Maka wanita yang mampu mencapai orgasme berkali-kali dalam satu kali hubungan seksual, dianggap tidak normal atau mengalami kelainan.

Anggapan ini jelas salah, karena justru itulah salah satu perbedaan antara orgasme pada pria dan wanita. Sebagian wanita memang mampu mengalami orgasme beberapa kali, yang disebut multiple orgasm.

Hubungan seksual saat menstruasi

Sudah sejak lama, barangkali sejak mulainya sejarah umat manusia, mitos tentang menstruasi telah beredar. Peristiwa menstruasi dianggap sesuatu yang kotor bahkan dosa. Maka hubungan seksual yang dilakukan pada saat menstruasi dianggap sangat berbahaya, dapat menimbulkan penyakit pada pria dan wanita.

Sesungguhnya menstruasi adalah suatu peristiwa fisiologik yang dialami oleh wanita normal. Justru wanita tidak normallah yang tidak mengalami menstruasi. Perdarahan yang terjadi waktu menstruasi berasal dari dinding dalam rahim akibat pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil di situ karena pengaruh perubahan keseimbangan hormon. Jadi perdarahan yang terjadi bukan berasal dari vagina, dan darah yang dikeluarkan adalah darah normal bukan darah yang dapat menimbulkan penyakit atau akibat buruk yang lain.

Maka dan sudut kesehatan seksual, sebenarnya tidak ada alasan yang rasional untuk melarang orang melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi asal kedua pihak berada dalam keadaan sehat.*

Tidak ada komentar: