London, 23/8 (ANTARA) - Tarian Sionger yang mengisahkan tentang muda-mudi yang bercengkerama di pinggir pantai pasir putih yang dimainkan oleh sepuluh penari dari kelompok Sampari Manokwari dengan lincahnya dan diiringi musik tradisional dari Irian Jaya menambah kemeriahan peringatan 17 Agustus di kota Roma, Italia.
Kehadiran kelompok kesenian Sampari Monokwari dari Propinsi Irian Jaya Barat di Italia itu dalam rangka memenuhi undangan panitia The International Council of Organizations for Folklore Festivals and Folk Art (CIOFF) mewakili Papua pada festival yang digelar di delapan kota di Italia dari 13 Juli hingga 28 Agustus.
Sebanyak tiga puluh seniman dari kelompok Sampari Manokwari dengan pemimpin rombongan Drs Arius Mofu M.Pd, lengkap dengan peralatan musiknya, mengikuti festival Castelforte di Lazio, S Massimo di propinsi Molise, Cava del Tirreni di prop Campania dan Castiglione del Lago di Umbria serta di Mormanno di Calabria.
Drs Arius Mofu mengatakan sebelumnya Sampari Manokwari mengikuti festival tarian daerah yang diadakan di kota Warffum, Belanda (28 Juni hingga 2 Juli) dan di kampung kecil Halsbek yang berpenduduk hanya 800 penduduk dekat Westerstede, Jerman (5 sampai 10 Juli), sebelum melanjutkan misi kesenian ke beberapa kota di Italia.
Menurut sarjana Linguistik itu, selama beberapa kali tampil mulai dari Belanda, Jerman dan Italia, kelompok Sampari Manokwari, Papua, mendapat sambutan yang luar biasa dari para penonton.
"Penampilan kami memang lain dari yang lain selain unik, mungkin juga jarang ada, meskipun mungkin agak mirip dengan kesenian Afrika," ujarnya.
"Grup kami bisa dikatakan sebagai kelompok terfavorit dibandingkan kelompok kesenian folklore dari negara lain dan menampilannya selalu dinanti-nantikan karena tampil pada akhir acara," ujar Arius yang meraih Master Pendidikan di Malang.
Meskipun banyak kelompok kesenian dari negara lainnya seperti mulai dari Meksiko sampai Argentina dan juga Amerika serta negara mantan Uni Sovyet, Turki, grup Sampari Manokwari selalu menjadi puncak pertunjukan.
Diakuinya kehadiran kelompok Sampari Manokwari yang tampil dengan kesederhanaan dan juga keterbatasan, justru tidak membuat penampilan tidak maksimal justru menambah kemeriahan, karena dengan alat musik seadanya mereka bisa tampil dengan memukau.
Dikatakannya pada setiap kesempatan kelompok Sampari Manokwari selain menyajikan tarian yang enerjik dan lincah juga kadang tampil dengan suasana yang melankolis, sehingga membuat penonton larut dalam irama lagu dan tarian yang dibawakan oleh anggota Sampari yang pernah tampil di hadapan mantan Presiden Soeharto di Istana Negara, Jakarta.
Diplomasi budaya
Dalam salah satu penampilan mereka di Italia, Dubes Indonesia untuk Republik Italia merangkap Malta dan Cyprus, Susanto Sutoyo sempat menyaksikan penampilan kelompok musik Samari Manokwari, Papua.
Menurut Dubes Susanto Sutoyo, kehadiran kelompok musik Sampari Manokwari di Italia membawa misi diplomasi budaya, dan karena itu KBRI Roma menyampaikan penghargaan kepada para anggotanya.
Apalagi kehadiran kelompok tersebut juga menambah kemeriahan peringatan HUT RI ke-61 di lapangan KBRI Italia di Roma yang dihadiri tidak saja oleh staf KBRI tetapi juga oleh anggota masyarakat, para pelajar dan kelompok Perkawinan Campur (KPC) Melati yang tengah mengadakan pertemuan di Toscana.
Pelatih kelompok kesenian Sampani Manokwari Noak Baransano mengatakan mereka baru pertama kali menghadiri upacara kemerdekaan RI di luar negeri.
"Saya terharu dan bersyukur dapat merayakan HUT RI di KBRI Roma," ujarnya menambahkan dan menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Dubes yang telah mengundang mereka untuk mengisi acara.
Konsuler Bidang Penerangan dan Budaya KBRI Italia, Artanto Salmoen Wargadinata mengakui bahwa KBRI memang ingin memanfaatkan keberadaan kelompok Sampari Manokwari di Italia untuk mengisi acara HUT RI ke-61.
"Surprais buat para undangan yang hadir dengan menampilan kelompok dari Papua," ujar Artanto, ayah dua anak yang pernah bertugas di Kuwait itu.
Kehadiran kelompok kesenian Sampari Monokwari dari Propinsi Irian Jaya Barat di Italia itu dalam rangka memenuhi undangan panitia The International Council of Organizations for Folklore Festivals and Folk Art (CIOFF) mewakili Papua pada festival yang digelar di delapan kota di Italia dari 13 Juli hingga 28 Agustus.
Sebanyak tiga puluh seniman dari kelompok Sampari Manokwari dengan pemimpin rombongan Drs Arius Mofu M.Pd, lengkap dengan peralatan musiknya, mengikuti festival Castelforte di Lazio, S Massimo di propinsi Molise, Cava del Tirreni di prop Campania dan Castiglione del Lago di Umbria serta di Mormanno di Calabria.
Drs Arius Mofu mengatakan sebelumnya Sampari Manokwari mengikuti festival tarian daerah yang diadakan di kota Warffum, Belanda (28 Juni hingga 2 Juli) dan di kampung kecil Halsbek yang berpenduduk hanya 800 penduduk dekat Westerstede, Jerman (5 sampai 10 Juli), sebelum melanjutkan misi kesenian ke beberapa kota di Italia.
Menurut sarjana Linguistik itu, selama beberapa kali tampil mulai dari Belanda, Jerman dan Italia, kelompok Sampari Manokwari, Papua, mendapat sambutan yang luar biasa dari para penonton.
"Penampilan kami memang lain dari yang lain selain unik, mungkin juga jarang ada, meskipun mungkin agak mirip dengan kesenian Afrika," ujarnya.
"Grup kami bisa dikatakan sebagai kelompok terfavorit dibandingkan kelompok kesenian folklore dari negara lain dan menampilannya selalu dinanti-nantikan karena tampil pada akhir acara," ujar Arius yang meraih Master Pendidikan di Malang.
Meskipun banyak kelompok kesenian dari negara lainnya seperti mulai dari Meksiko sampai Argentina dan juga Amerika serta negara mantan Uni Sovyet, Turki, grup Sampari Manokwari selalu menjadi puncak pertunjukan.
Diakuinya kehadiran kelompok Sampari Manokwari yang tampil dengan kesederhanaan dan juga keterbatasan, justru tidak membuat penampilan tidak maksimal justru menambah kemeriahan, karena dengan alat musik seadanya mereka bisa tampil dengan memukau.
Dikatakannya pada setiap kesempatan kelompok Sampari Manokwari selain menyajikan tarian yang enerjik dan lincah juga kadang tampil dengan suasana yang melankolis, sehingga membuat penonton larut dalam irama lagu dan tarian yang dibawakan oleh anggota Sampari yang pernah tampil di hadapan mantan Presiden Soeharto di Istana Negara, Jakarta.
Diplomasi budaya
Dalam salah satu penampilan mereka di Italia, Dubes Indonesia untuk Republik Italia merangkap Malta dan Cyprus, Susanto Sutoyo sempat menyaksikan penampilan kelompok musik Samari Manokwari, Papua.
Menurut Dubes Susanto Sutoyo, kehadiran kelompok musik Sampari Manokwari di Italia membawa misi diplomasi budaya, dan karena itu KBRI Roma menyampaikan penghargaan kepada para anggotanya.
Apalagi kehadiran kelompok tersebut juga menambah kemeriahan peringatan HUT RI ke-61 di lapangan KBRI Italia di Roma yang dihadiri tidak saja oleh staf KBRI tetapi juga oleh anggota masyarakat, para pelajar dan kelompok Perkawinan Campur (KPC) Melati yang tengah mengadakan pertemuan di Toscana.
Pelatih kelompok kesenian Sampani Manokwari Noak Baransano mengatakan mereka baru pertama kali menghadiri upacara kemerdekaan RI di luar negeri.
"Saya terharu dan bersyukur dapat merayakan HUT RI di KBRI Roma," ujarnya menambahkan dan menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Dubes yang telah mengundang mereka untuk mengisi acara.
Konsuler Bidang Penerangan dan Budaya KBRI Italia, Artanto Salmoen Wargadinata mengakui bahwa KBRI memang ingin memanfaatkan keberadaan kelompok Sampari Manokwari di Italia untuk mengisi acara HUT RI ke-61.
"Surprais buat para undangan yang hadir dengan menampilan kelompok dari Papua," ujar Artanto, ayah dua anak yang pernah bertugas di Kuwait itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar