Launching

Launching

Jumat, 18 Juli 2008

PAPUA FRAMES


KAMBIK, PENDIDIKAN TRADISIONAL SUKU MALAMOI
Kambik, sebuah nama yang kini jarang diucapkan lagi. Banyak anak-anak muda suku Moi (suku pemilik tanah adat di Sorong) kini tidak tahu lagi apa itu Kambik. Hanya orang-orang tua yang masih bisa bercerita tentang Kambik, namun mereka jumlahnya tidak banyak lagi. Akankah Kambik akan segera dilupakan?Orang Moi percaya bahwa segala apa yang ada sekarang, misalnya obat-obatan, merekayasa hujan, menyembuhkan orang sakit, membuat perahu, sampai menghilangkan diri dan menghilangkan orang lain, telah ada dan sudah dibuat oleh masyarakat suku Moi sejak dulu. Mereka mengajarkan secara turun temurun semua keahlian di atas dalam sekolah adat bernama Kambik. Masa pendidikan di Kambik bermacam-macam, menurut jenis ilmu yang dipelajari, mulai dari 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12, 16, dan 24 bulan. Pendidikan adat ini dilakukan di rumah adat, bersifat tertutup dan rahasia, dan hanya boleh diikuti oleh nedla (laki-laki). Perempuan (nelagi) tidak diperbolehkan ikut karena dikawatirkan kelak jika perempuan menikah, ia akan menceritakan tentang rahasia Kambik kepada suami atau orang luar lainnya. Orang Moi percaya bahwa Nedla benar-benar menjadi laki-laki apabila telah mengikuti sekolah adat Kambik, karena dalam Kambik semua kekuatan Moi akan diturunkan oleh para guru adat. Setiap Nedla yang tidak mengikuti pendidikan maka dalam adat-istiadat ia disebut sebagai “masih perempuan atau masih telanjang”. Biarpun seseorang pintar tapi jika belum melewati sekolah adat ini maka ia disebut masih bodoh atau telanjang atau disebut sebagai perempuan.Dalam masa pendidikan di Kambik, banyak rahasia adat yang diajarkan di sana. Mereka menyebut rahasia adat dan tempat keramat itu sebagai “hal-hal yang tidak boleh diketahui perempuan”. Dalam masyarakat Moi, lulusan pendidikan adat ini menempati posisi terhormat. Dalam suku Moi masyarakatnya dibagi dalam 4 tingkatan, yang telah ada sejak jaman dulu kala, yaitu:1. Tokoh-tokoh adat, yang terdiri dari para Nedla meliputi; neliging (orang yang berbahasa baik), nefulus (orang sejarah), ne kook (orang kaya), nefoos (orang suci). Serta pejabat-pejabat adat: usmas, tukang, finise (pimpinan pelaksana rumah adat, terdiri dari marga ulimpa, sapisa, dan do), tulukma, untlan (guru yang mengajar di kambik), dan kmaben. Kelompok tokoh adat ini yang berhak mendapatkan pangkat sebagai kepala suku dan panglima perang yang berwenang melakukan sidang-sidang dan acara adat.2. Lulusan Pendidikan Adat (Wiliwi), adalah kelompok dalam adat yang terdiri dari laki-laki yang telah mengikuti pendidikan adat di Kambik dan telah disyahkan secara adat. Kelompok ini dibina untuk menjadi pemimpin seperti kelompok pertama, karena itu di Kambik mereka diajar tentang kepemimpinan dan berbagai adat-istiadat suku Moi secara lengkap.3. Kelompok laki-laki (nedla) yang digolongkan sebagai nelagi (perempuan), kelompok ini terdiri dari anak laki-laki, pemuda, dan laki-laki dewasa yang belum pernah mengikuti pendidikan adat di Kambik, sehingga dalam adat Moi dikategorikan sebagai Nelagi4. Kelompok Nelagi murni, adalah kelompok para perempuan Moi, kelompok ini juga memiliki pemimpin dan tokoh, sebab mereka juga mengetahui fulus (ilmu-ilmu yang dapat dikuasai perempuan). Perempuan juga memiliki tugas dalam acara adat.Suku Moi percaya bahwa mereka telah menemukan banyak hal yang telah dipakai dunia baru sekarang ini dan mereka tidak merasa kaget dengan perkembangan yang ada. dalam rumah adat inilah segala hal yang menyangkut adat suku Moi diatur seperti: perkawinan, pembagian harta, perempuan, hak ulayat tanah, pembayaran bagi yang meninggal, pendidikan, bercocok tanam, pengobatan, marga-marga, dan daerah-daerah keramat. Rumah adat, dulu dibangun di wilayah Tamrau. Setelah masa 70-an Kambik tidak diselenggarakan lagi. Saat ini hanya tinggal para lulusan Kambik yang masih tersisa yang di kampung dan diangkat sebagai tokoh adat yang dihormati serta ditakuti karena memiliki kepandaian lebih daripada yang lain. Akankah Kambik muncul kembali? Jika kelak diadakan lagi, mungkinkah perempuan yang juga berperan penting dalam masyarakat Moi boleh ikut serta dalam pendidikan adat tersebut? Semoga saja...

THE PAPUA ETNIC

West Irian was united with the Republic of Indonesia in 1962. Before, West Irian was the colony of the Dutch colonial rule until the Indonesian government took it over under the United Nations auspices. This province now has a new name, Papua. There are many tribal groups live in Irian Jaya. One of them is the Asmat, who call themselves "Asmat-ow" which means "We, the real people," or We, the tree people. The Asmat are now numbered about 65,000. Many of them live in the foothills of the the Jaya wijaya Mountain. Asmat people are very skilled-woodcarvers. People of other ethnic groups, especially the Javanese and the Buginese also live in Papua. A few Balinese people live there as well. Many of the Javanese and the Balinese were migrated to this island by the government under the program of transmigration.


American Museum of Asmat ArtSt Paul, MN



The purpose of the American Museum of Asmat Art is to preserve, present and research the extraordinary art and culture of the Asmat. The Asmat are a semi-nomadic people who inhabit the rain forest and tribal rivers along the southwest coast of Papua (formerly Irian Jaya), Indonesia. With one of the most comprehensive Asmat collections in the United States, the museum accomplished its mission through a series of rotating exhibitions in its galleries, through national art tours, extensive public and school educational programs, and by conducting research on and conserving the objects in its permanent collection. The Museum consolidates and expands upon the efforts of the Crosier Order in helping the Asmat retain and celebrate their rich cultural heritage. Forty years of culturally-sensitive work with the remote Asmat people precedes this venture. Much of that work dates back to 1958 when the Crosiers of the United States responded to a bold invitation to serve among the Asmat people in a land incredibly distant and different from that to which they were accustomed. The American members of this originally Dutch and Belgian based religious order founded in the Middle Ages have tried to maintain the integrity and dignity of Asmat culture by insisting that all members of their order be trained in anthropology prior to engaging in work in the Asmat region, by incorporating indigenous art and symbolism into church structures, and by encouraging the Asmat to continue their carving traditions, and by collecting and preserving Asmat art. Your donations help:Education and conservation.
http://www.asmat.org/
There are many ways you can get involved.
Click here to learn more:
http://www.asmat.org/default.cfm/PID=1.3.6
http://www.asmat.org/default.cfm/PID=1.6

Home Museum Partners Sales & Discounts Shop Now My Account News & Events About Us Contact Us Terms of Use Privacy Statement Logout
©2006 Shop for Museums, Inc. All rights reserved






THE KOMBA AND KOROWAY PEOPLE


I wanna sharing some culture and etniq from my country Indonesia and Im start from east Indonesia Papua Irian Jaya.

The houses of Irian Jaya's Kombai and Korowai people are built as high as 150 feet to see the birds and the mountains and to stop sorcerers from climbing the stairs. The house above is now abandoned. Tree people live in tight-knit clans and hunt game like cassowary, whose meat, bones, and feathers will all be put to good use.

Three brothers relocated their families from the tall house they shared to separate lower ones. They considered the move safe because tensions between them and rival clans had recently been reduced. Roughly cleared land around the new houses is planted in taro, tobacco, sweet potatoes and bananas. In preparation for a feast, a lady had her head shaved by a teenage girl using a razor of split bamboo.


A Korowai hunter armed with specialised arrows for killing birds, fish, reptiles - and humans - searches for the day's food. As the environment is short on sizeable game, success is unlikely, and insects are more commonly eaten than cassowaries. Domestic pigs are reserved for dowries or settling disputes. The lives of the Korowai are hard and their view of the world spare: Humans live in the inner zone; the dead inhabit an outer zone. Beyond lies the great sea where all will perish as the world ends.~Papua Irian Jaya Indonesia~Wish you enjoyed reading about one of etniq in papua Irian Jaya even small but they still there until to day in my big country Indonesia with many different island, culture, etniq and music.




IN THE JAYAPURA PAPUA

The port city of Jayapura sits on the coast and has a population of around 250,000 including many people from other parts of the Indonesian archipelago. It is not an unattractive city and you will find museums, hotels, an assortment of restaurants, banks and markets for shopping. From Jayapura it is easy to take guided overnight treks to primitive villages and it is a 45-minute flight to Wamena, the main town of the famed Baliem Valley.


Lake Sentani is a famous primitive arts centre. Bark paintings, sago bowls and small-carved items are amongst the local handicrafts found here. Kelly is a private collector of primitive Papuan art and therefore he has the depth of knowledge and connections to ensure that you pay the right price and that all items purchased are genuine.

Treks into most mainland areas require an arrival by flight into the Lake Sentani area located close to the West Papuan capital city of Jayapura. This region is a beautifully dramatic introduction to Papua. A huge wall of vegetation called the Cyclops sits majestically above Lake Sentani and makes for a stunning backdrop to the clear waters.

Lake Sentani in Jayapura Province of Papua Irian Jaya Indonesia



IN THE SAUF VILAGE WARDAF


birds of papua














2 komentar:

Anonim mengatakan...

hai... makasih ya bat datanya perlu banyak posting lagi soal papua dulu aku pernah tinggal disana but haruss kembali ke kota asal di tanah jawa but aku pengen memperkenalkan papua ke temen2 kalo di sana indah but kurang referensi bnyak2 posting dunk terutama ttg budaya sono.... thanks for all

HAMAH SAGRIM AKUT HARIEN MARA mengatakan...

terimakasih Bintang jiwaku, karena sudah mengunjungi saya.

terima kasih juga atas motifasinya, dan boleh tau, kmu waktu di papua tinggal di mana? dan skarang di jawa mana?
salam