BAB VI
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat pada dasarnya adalah merupakan bangunan tradisional dan system bentuk / tampilannya telah diatur dalam suatu kaidah yang dikenal dengan budaya Appabolang.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada enam rumah tradisional maybrat imian sawiat, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk arsitektur rumah Maybrat Imian Sawiat turut mempengaruhi kenyamanan thermal dalam bangunan, walupun sebenarnya pemikiran mengenai kenyamanan lebih banyak merupakan suatu unsur sampingan yang timbul secara tidak sengaja dari konsep penyesuaian diri terhadap kerasnya suhu di wilayah Maybrat Imian Sawiat dalam menciptakan kenyamanan thermal pada ruang dalam bangunan. Selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Lokasi
Lokasi yang diperoleh suku Maybrat Imian Sawiat dalam mendirikan rumahnya adalah mengikuti alur perbukitan, jalur jalan dan aliran sungai bagi yang di dataran gunung, sedangkan daerah pesisir memilih mengikuti garis pantai dan terpancar dengan pola perletakan di darat, diperalihan darat dan perairan serta diperariran laut.
Ketiga lokasi pengelompokan hunian tersebut masih berada diwilayah yang berhubungan langsung dengan hutan dan pesisir pantai, sehingga masih sangat dipengaruhi oleh angin kencang, kelembaban yang tinggi, korosi, dan pasang surut laut khususnya untuk rumah yang berdiri diatas perairan laut dan peralihan darat serta perairan.
b. Orientasi
Orientasi bangunan hunian di wilayah permukiman suku Maybrat Imian Sawiat merupakan penjewantahan dan hal – hal yang mendorong bersifat ancaman dan mistis. Fasade rumah harus menghadap jalan (sarana penghubung/kontrak sosial) sebagai tanda kehormatan dan kesopanan, begitu pula pada rumah yang berhubungan dengan laut, fasade harus menghadap ke laut sebagai keselamatan.
Unsur iklim seperti arah angin dan posisi lintasan matahari tidak menjadi pertimbangan. Dari hasil analisis, Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat yang berada pada orientasi timur – barat, sangat menguntungkan karena sisi yang paling banyak kena sinar matahari adalah sisi pendek bangunan. Pergerakan angin dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin karena sisi tinggi bangunan tegak lurus dengan arah angin. Orientasi ini secara tidak disadari turut mewujudkan kenyamanan thermal yang diperlukan. Sedangkan untuk rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat yang berorientasi utara – selatan, sisi yang paling banyak terkena sinar matahari adalah sisi panjang. Hal ini tentunya kurang menguntungkan karena dapat menjadi sumbangan panas dalam bangunan.
Suku Maybrat Imian Sawiat dalam menentukan ukuran / dimensi bangunan, menggunakan teori kira – kira, kadang menggunakan ukuran tubuh manusia (jengkal), namun untuk ukuran tinggi bangunan biasanya disesuaikan dengan ukuran panjang pendeknya bahan konstruksi.
Bentuk denah yang tercipta dari ukuran – ukuran tersebut adalah suatu bentuk dengan yang bersegi empat pipih, sehingga memungkinkan untuk diterapkan system cross ventilase dan pemanfaatan cahaya matahari sebagai pencahayaan alami, serta pembuangan kepulan asap. Rumah dengan bentuk denah seperti ini cocok untuk daerah yang beriklim lembab.
Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat berbentuk rumah panggung yang memiliki kaki, badan dan kepala sebagai konsekwensi dari aturan budaya Appabolang. Kaki harus ditinggikan dari permukaan tanah karena kondisi memungkinkan untuk mengantisipasi pengaruh eksternal yang terjadi. Kaki/tiang dilengkapi dengan palang /penyangga (katar) supaya tiang tidak cepat rusak/lapuk apabila bersentuhan dengan tanah. Badan rumah sebagai penghidupan sejati yang harus dilindungi dari alam luar yang jahat, sehingga ditempatkan di posisi tengah. Hal ini tentu saja untuk melindungi ruang – ruang aktivitas keluarga dari radiasi matahari, angin kencang, hujan dan pasang surut air laut. Kepala / atap, harus ditinggikan yaitu tidak boleh kurang dari manusia. Kondisi ini tentu bermanfaat untuk menetralisir suhu panas yang ada didalam ruang.
Atap bagi suku Maybrat Imian Sawiat berfungsi untuk melindungi bangunan dari panas matahari dan kebasahan hujan.
Dinding sebagai kulit bangunan yang senagtiasa harus manjadi pelindung terhadap radiasi matahari, hempasan air hujan, kelembaban dan angina kencang dari luar. Pada rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat dengan penggunaan dinding bangunan dari kulit kayu, gaba – gaba, papan kayu, diketahui mempunyai time lag kecil, sehingga panas yang ada langsung diterima dan dipancarkan untuk itu dinding banguan harus senangtiasa terbayangi/terlindungi dari sinar matahari langsung.
e. Overstek / Pelindung
Rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat rata – rata tidak menggunakan overstek, padahal untuk rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat, overstek atau pelindung sangat dibutuhkan setiap sisi bangunan untuk melindungi dinding terutama dari sinar matahari langsung, mengingat bahan dinding yang digunakan dari papan kayu, kulit kayu, dan gaba – gaba dengan time lag yang kecil.
f. Material dan Warna
Pemilihan material atap pada rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat rata – rata menggunakan atap daun sagu, daun rumbino dan seng. Penggunaan daun sangat baik untuk merendam pengaruh radiasi matahari karena tidak menyerap panas, bahkan mempunyai pengudaraan yang baik.
Sedangkan untuk elemen bangunan lain umumnya menggunakan material dari Kayu sebagai struktur dan tali sebagai pengikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar