MENJELAJAHI SISI LAINUNTUK MENGERTI MAKSUD ALLAH
Dunia ini diciptakan oleh Allah pencipta yang maha kuasa. Semua yang beriman akan berasumsi bahwa Allah mengetahui apa yang sedang Ia kerjakan. Jika Allah sang realitas tertinggi dulu mendelegasikan ciptaan kepada manusia, mungkin saja manusia akan mencoba membuat suatu keberpihakan yang membuat kebesaran Allah menjadi terbatasi pada waktu dan ruang tertentu. Jika Tuhan memandatkan semua perilakuNya kepada manusia dalam menciptakan segala sesuatu, berarti Allah telah mempersempit kuasa keilahiannya untuk dikenal, dan bisa saja Allah hanya dikenal oleh satu suku bangsa saja atau satu orang saja.
Tuhan mempunyai kuasa dan Ia berkeinginan agar semua manusia di bumi mengenalNya, sehingga Ia menggunakan cara pendekatanNya yang sempurna yang mana dapat dimengerti oleh setiap orang dan suku bangsa di bumi. Tuhan juga mengunjungi Musa dan orang Israel, Ia juga mengunjungi orang Kristen, Ia juga mengunjungi Mbouk dan orang Maybrat, Imian, Sawiat, Ia juga mengunjugi Raa Wiyon-Na Wofle, dll. Kita tidak tau mengapa Ia menyebut dirinya YHWH kepada nabi Musa dalam bahasa yang digunakan oleh Musa, dan Ia juga menyebut dirinya Allah kepada Kristen dengan bahasa Kristen, Allah juga menyatakan dirinya wiyon-wofle kepada orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam bahasa Maybrat, Iman, Sawiat, namun Tuhan tau semuanya itu, jadi seharusnya kita berasumsi bahwa semua agama baik moderen bahkan agama suku adalah berada karena semuanya direkomendasikan oleh Allah untuk terjadi, dan hal itu merupakan tujuan Allah yang sebenarnya tidak seorang manusia mengerti dan hal itu tersembunyi dalam kausalitas.
Tuhan juga menciptakan sebuah kualitas agama disetiap suku bangsa yang ada di bumi dan Ia meninggalkan suatu ruang bagi setiap suku bangsa untuk menjadi dirinya sendiri dan bukannya menjadi zombie atau klon yang diciptakan dari satu pola yang kaku dan terbatas. Jadi dalam perilaku Tuhan yang menakjubkan, Tuhan memberikan kepercayaan khusus bagi setiap agama suku untuk mengenaliNya dengan suatu semangat dan itu juga memberi manusia suatu pilihan untuk hidup beriman kepadaNya. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua dalam teologi wiyon-wofle, Raa wiyon-Na wofle selalu berpegang teguh kepada wiyon-wofle dan berkomitmen untuk hidup beriman kepadanya. Dengan teologi wiyon-wofle, Raa wiyon-Na wofle dan orang Maybrat, Iman, Sawiat, dapat memilih untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya sesuai dengan yang Wiyon-wofle (TUHAN) ketahui, mungkinjuga merupakan teologi yang dapat menolong orang lain untuk menjadi diri mereka yang seharusnya sesuai dengan yang Tuhan ketahui.
Tuhan meninggalkan suatu batas dalam tingkahlaku manusia, termasuk orang Maybrat, Imian, Sawiat, untuk menjadi sopan, dan mengasihi dan mematuhi hukum, dan berbaikan antara satu kepada lainnya. Tuhan memandatkan kasih dan kesopanan dan kebaikan kepada semua manusia melalui penrintahNya yang diajarkan dalam teologia agama masing-masing suku bangsa di dunia. Namun Tuhan juga meninggalkan ruang bagi setiap umat manusia untuk hidup melampaui diri mereka sendiri. Ia menciptakan pilihan yang luarbiasa untuk menjadi transmanusia, melampaui manusia untuk bangkit diatas norma manusia, dan untuk menjadi suci. Manusia diharuskan untuk berperilaku berdasarkan pola dari Tuhan. Raa wiyon-Na wofle memiliki suatu keharusan untuk berperilaku berdasarkan pola dari wiyon-wofle dengan menarik sumber-sumber dari wiyon-wofle agar berperilaku demikian seperti wiyon-wofle.
Tuhan tidak pernah memberi kita umat manusia pilihan untuk menjadi tuhan atau bahkan untuk memiliki atribut-atribut unik tertentu yang hanya dimiliki oleh Tuhan – wiyon – wofle juga tidak pernah melakukan demikian kepada Raa wiyon-Na wofle untuk memiliki atribut tertentu seperti kesempurnaan, kendali penuh atas takdir mereka tanpa bantuan dari luar atau kekuasaan tanpa batas, namun wiyon-wofle menolong Raa wiyon-Na wofle untuk menjadi seperti wiyon-wofle atau Tuhan membuat ilahi bagi umat Kristen dan bahwa kualitas dari perilaku dan pemikiran Raa wiyon-Na wofle dan umat Kristen adalah merupakan transmanusia diatas perilaku manusia normal. Mungkin lebih baik kita tidakboleh berpikir tentang pilihan itu dalam penciptaan. Para teolog Kristen dan kaum teolog wiyon-wofle hanya memfokuskan diri mereka dalam menciptakan manusia untuk menjadi orang-orang baik yang mereka mampu didik dalam aturan agama masing-masing yang berbeda tetapi tak terpisahkan. Tanpa pilihan untuk menjadi lebih atau kurang, namun Allah mengatur bagi setiap suku bangsa manusia untuk menjadi jauh kurang daripada itu atau jauh lebih dripada itu. Keilahian melampaui pemikiran manusia. Untuk memikirkan keilahian, setiap manusia yang beragama pasti berpikir tentang Tuhan. Dalam kepercayaan wiyon-wofle, orang Maybrat, Imian, Sawiat mengembangkan keilahian dengan mereka selalu berjalan bersama wiyon-wofle setiap hari. Demikian halnya itu berlaku bagi setiap manusia yang beragama manapun kepada yang disembahnya. Kita tidak akan dapat memiliki pemikiran tentang keAllahan sementara kita bergantung pada tingkahlaku kemanusiaan kita yang terbatas belaka.
Sebenarnya semua manusia harus senang karena Tuhan tidak mendelegasikan tindakan penciptaanNya pada satu suku atau bangsa – atau kepada seorang manusia. Dalam pertimbangan menyeluruh saya tadi, saya justru akan mengatakan bahwa Allah mempunyai sesuatu yang tidak mungkin kita mengerti. Kehidupan dalam keadaan terbaik Tuhan dalam kausalitasNya akan menjadi suatu esensi keilahian besar, seperti matahari yang selalu bersinar dan hal-hal yang selalu berjalan sesuai keinginan Tuhan. Olehkarena itu, mungkin lebih etis jikalau manusia jangan mengomentari hal-hal yang diluar kemampuan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar