Pada dasarnya bangunan diadakan untuk memenuhi kebutuhan yang ditunjukkan untuk :
Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan.
Mengembangkan kehidupan untuk lebih bermakna.
Membuat kehidupan untuk lebih nyaman.
STRUKTUR BANGUNAN
Bangunan rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, selain sandang, pangan dan teks, papan juga dibutuhkan. Manusia membutuhkan kenyamanan akan diri sehingga ia mampu menciptakan segala sesuatu yang memenuhi kebutuhan akan kenyamanan itu.
Berbicara mengenai suatu bangunan berarti berkaitan dengan struktur dan elemen – elemen pembentukan bangunannya, oleh karena itu tidak lengkap dan tidak jelas jika berbicara suatu bangunan tanpa berbicara strukturnya. Struktur bangunan terdiri dari tiga elemen pokok yaitu; Koloum, didnding dan atap yang mana teruarai sebagai berikut:
A. 1. Struktur Atap
Yang dimaksud dengan struktur atap adalah, bagian elemen/struktur kelengkapan sebuah bangunan yang posisinya berada di bagian atas (kepala) yang mana terdiri dari; rangka yaitu kuda-kuda, reng, nok/usuk dan atap.
Secara mayoritas Atap bangunan rumah suku Maybrat Imian Sawiat membentuk atap pelana.
Atap sebagaimana layaknya filosofis kepala atau rambut seorang manusia yang bisa digunting dengan beragam bentuk, begitupun atap bangunan dengan berbagai bentuk dan gaya tergantung bentuk atau gaya mana yang ingin ditampilkan. Misalnya tampilan atap perisai, tampilan atap pelana, tampilan atap kubah, tampilan atap joglo, atau tampilan atap gabungan.
A. 2. Struktur Dinding
Dinding adalah suatu bagian elemen bangunan yang posisinya di tengah (badan). Dinding terdiri dari rangka, dan penutup dinding (walls).
Pada ummnya bahan dinding yang di gunakan oleh suku Maybrat Imian Sawiat dalam membangun rumah tinggal mereka adalah;
Bahan Kulit Kayu
Bahan Gaba – gaba
Bahan bambu
Bahan kayu
Jika filosofis kepala manusia sebagai atap, maka filosifis badan manusia diibaratkan sebagai dinding bangunan, yang didalamnya terdapat ruang aktifitas penghuni.
A . 3. Struktur Koloum
Koloum merupakan struktur dasar (kaki) sebuah bangunan yang berdiri sebagai ukuran dalam pembentukan suatu bangunan dengan ruang – ruangnya. Koloum yang posisinya berhubungan langsung dengan pondasi, terdiri dari struktur koloum Induk dan koloum Bantu.
A. 4. Interior
Tujuan dari membangun suatu bangunan adalah untuk menciptakan ruang beraktifitas dan ruang berlindung yang nyaman. Interior dalam pengertian bahasa inggris adalah ruang dalam bangunan, olehkarena itu interior merupakan salah satu elemen yang tercipta atas hasil bangunan yang terbentuk oleh elemen vertical (dinding-dinding) dan elemen horizontal (lantai)
Selain kepala, badan dan kaki, manusia juga memiliki hati. hati adalah salah satu organ penting manusia yang mana mampu memberikan yang terbaik dan yang tidak baik dalam pertimbangan pemikiran seseorang, begitupun ruang dalam sebuah bangunan yang mana mampu menyimpang segala rahasia seseorang penghuni baik itu yang berkaitan dengan hal yang baik dan hal tidak baik.
FUNGSI BANGUNAN
Bangunan merupakan kebutuhan manusia, yang mana tidak hanya sekedar dibutuhkan semata – mata namun secara umum bangunan dibutuhkan sebagai tempat melindungi diri atau suatu hunian moderen dan gudang. Bangunan juga berfungsi sebagai tempat menampung segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas dan kebutuhan penghuni yang berkelanjutan. Khusus fungsi bangunan akan di ulas secara detil sebagai berikut :
B. 1. Fungsi Atap
Atap yang secara univorum dikenal, merupakan suatu struktur atau elemen bangunan yang berfungsi sebagai penutup bangunan dan pelindung yang memberi kenyamanan kepada penghuni dari matahari, hujan, angin serta pengaruh situasi iklim sekitarnya.
Atap dalam pengertian orang – orang Maybrat Imian Sawiat dibutuhkan sebagai penerus aliran hujan dan penghambat terik matahari kedalam ruang bangunan (interior).
B. 2. Fungsi Dinding
Dindig merupakan struktur atau elemen suatu bangunan yang dibutuhkan. Didnding bahwasanya berfungsi membentuk suatu ruang, melindungi penghuni dari angin, dan melindungi penghuni dengan segala aktifitas yang sedang berlangsung dalam ruang.
B. 3. Fungsi Koloum
Koloum sebagai salah satu struktur atau elemen terpenting dalam membangun sebuah bangunan, Karen selain kloum yang berfungsi sebagai pemikul bangunan beserta segala isinya dan sebagai penyalur beban suatu bangunan ke tanah, struktur koloum juga merupakan suatu elemen yang dijadikan sebagai patokan atau ukuran dalam membentuk suatu bidang dan ruangan tertentu.
Bagi orang – orang Maybrat Imian dan Sawiat, struktur koloum diperlukan untuk pembentukkan suatu bentuk bangunan dan menambah ketinggian bangunan. Pemikiran tersebut berkaitan dengan situasi mula – mula mereka yang hidupnya selalu berperang, sehingga dalam meramu suatu rumah hunian biasanya terlihat sangat monumental dan dilapisi kayu, karena dapat terhindar dari serangan musuh yang tiba – tiba di luar kemampuan dan kesiapsiagaan mereka.
B. 4. Fungsi Interior
Interior merupakan pusat keberlangsungan segala aktifitas, oleh karena itu interior mempunyai peranan dan fungsi yang sangat luas dalam mendirikan suatu bangunan.
Manusia Maybrat Imian dan Sawiat pada hakekatnya membutuhkan suatu ruang untuk kelangsungan akan aktifitas mereka, hunian dan kenyamanan keberlangsungan hidup dan kehidupan mereka.
MAKNA
Bangunan atau rumah di maknai sebagai jantung kehidupan yang mampu memberi kehidupan yang layak kepada penghuninya. Rumah juga di isyaratkan dengan filosofi manusia, yang terdiri dari kepala (atap), badan (dinding dan interior) dan kaki (koloum).
Ada ungkapan dimasyarakat yang berbunyi “rumah mu, wajahmu, dan jiwamu”. Dari ungkapan itu tampak bahwa perumahan dalam kehidupan manusia Maybrat Imian Sawiat mempunyai arti dan makna yang dalam yaitu : kesejahteraan, kepribadian, dan keberadaban manusia penghuninya (suatu masyarakat atau suatu bangsa).
Perumahan tidak sekedar dilihat sebagai suatu benda mati atau sarana kehidupan semata – mata, tetapi lebih dari itu, perumahan merupakan suatu proses bermukim. Kehadiran manusia dalam menciptakan ruang hidup di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Bermukim pada hakekatnya adalah hidup bersama, dan untuk itu fungsi RUMAH tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh manusia untuk memasyarakatkan dirinya.
Rumah juga merupakan sarana pengaman bagi diri manusia, pemberi ketenteraman hidup, dan sebagai pusat kehidupan berbudaya. Didalam rumah dan lingkungannya itu, dibentuk dan berkembang menjadi manusia yang berkepribadian.
Dilihat dari fungsinya rumah Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat juga memiliki fungsi lain yaitu; fungsi sosoial, fungsi ekonomi, fungsi politik. Sebagai fungsi sosial, masyarakat Maybrat Imian Sawiat memandang rumah sebagai pemenuhan kehidupan sosial budaya dalam masyarakat. Dalam fungsi ekonomi, rumah merupakan investasi jangka panjang yang akan memperkokh jaminan penghidupan di massa depan. Dan sebagai fungsi politik, rumah berfungsi sebagai indikator kedudukan/birokrat di masyarakat sekitarnya.
Perwujudan Arsitektur adalah BENTUK, yang mana lahir dari kebutuhan manusia akan wadah untuk melakukan kegiatan. Karya Arsitektur biasanya merupakan suatu ungkapan bentuk, yang mewadahi hal – hal sebagai berikut :
Guna dan Citra
Guna yang dimaksud adalah pengertian bahwa rumah memiliki pemanfaatan, keuntungan. Rumah memiliki kemampuan / daya / manfaat agar hidup menjadi lebih mengikat. Sedangkan Citra, menunjukkan suatu gambaran, kesan penghayatan bagi seseorang mengenai rumah tersebut. Citra memiliki arti yang mendekat spiritual menyangkut derajat dan martabat manusia yang menghuni rumah tersebut. Misalnya istana megah, reyot, dan sebagainya jadi Citra menunjukkan tingkatan kemampuan manusia itu.
Simbol Kosmologis
Arsitektur dimaksudkan sebagai symbol pandangan manusia terhadap dunianya. Pandangan ini berubah sesuai dengan kemajuan jaman. Pada tahap awal manusia merasakan terkungkung oleh alam, sehingga bentukan arsitektur tampil sebagai suatu pelindung terhadap alam. Kemudian hal ini berkembang dengan pandangan bahwa manusia adalah bagian dari alam. Bentuk menjadi personifikasi dari alam. Dengan mulai dekenalnya agama pada tahap berikutnya, bentuk tampa menjadi symbol pemujaan terhadap Yang Maha Kuasa (Bait Suci). Namun hal ini masih belum terlepas dari budaya. Suatu masyarakat yang mempunyai agama sama tetapi budaya mereka pasti berbeda yang mana bisa menghasilkan bentuk yang berbeda.
Orientasi Diri
Orient = umur, bisa diartikan sebagai permulaan matahari terbit hingga terbenam. Hal ini membawa pengertian adanya sumbu arah lainnya, yaitu utara selatan. Sehingga dengan dua persilangan menimbulkan rasa satu pusat. Pusat ini dapat dianggap sebagai pusat kehidupan, tempat berpegang. Sehingga kalau ada suatu pusat, tentunya akan menimbulkan nilai yang berbeda. Perbedaan nilai – nilai bisa berdasarkan suatu prioritas dan tidak hanya berupa suatu bidang yang berdua dimensi, tetapi juga kearah vertical (tiga dimensi).
Cermin Sikap Hidup
Rumah sebagai cermin sikap hidup, berarti mampu menunjukkan cara pandang dalam kehidupan. Sikap hidup tersebut bisa berarti relegius, praktis dan sebagainya. Sikap yang terbuka, mau bersahabat dan ramah terhadap sesame maupun alam akan tampil berbeda dengan rumah penghuninya yang mana bersikap menguasai alam (tertutup)
Bangunan tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat memuat kaedah – kaedah sebagai berikut :
Wujud
Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat merupakan perwujudan suatu kebutuhan, yang mana mewadahi aktivitas – aktivitas penghuni yang akan terjadi didalam.
Anatomi
Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat Sebagai salah satu kreativitas bentuk rumah tradisional Masyarakat Maybrat Imian Sawiat yang terpakai, dimana terdapat aturan /susunan yang harus dipenuhi agar bisa berfungsi.
Identitas
Mewakili si pemilik, fungsi, lokasi. Bangunan memberi gambaran akan apa yang terwadahi.
BENTUK – BENTUK RUMAH TINGGAL
SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT.
Rumah tradisional suku maybrat imian sawiat dibedakan atas 2 (dua) jenis aliran bangunan rumah induk yaitu rumah hunian dengan 8 (delapan) jenis bangunan dan 1 (satu) rumah Suci / sekolah, antara lain adalah :
Bhs. Maybrat ----------- Bhs. Imian Sawiat -------- Bhs. Indonesia
1. Harit myio ----------- bol halit -------- rumah gantung
2. harit Wyan ----------- bol halit -------- rumah kebun
3. Samu Kre ----------- bol mabe -------- rumah bersalin
4. samu ----------- bol -------- rumah tinggal utama
5. samu snek ----------- bol -------- benteng pertahanan
6. smu’mambo ----------- bol se -------- rumah nelayan
7. samu kusme ----------- bol nandla -------- rumah bujang (laki - laki)
8. samu kuano ----------- bol nangli -------- rumah bujang (perempuan)
8. samu kwin _______ bol wofle _____ rumah suci / rumah sekolah
dengan data – data ini tak bisa dipungkiri bahwa rumah tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Sebab rumah juga merupakan suatu kebutuhan hidup umat manusia umumnya dan manusia Maybrat Imian Sawiat khususnya yang mana sangat penting untuk dijadikan sebagai tempat berlindung, baik dari kehujanan, dan kepanasan, setelah mereka mencukupi diri dengan kebutuhan makan (pangan) dan pakaian (sandang). Mengapa bentuk rumah suku Maybrat Imian Sawiat tidak berkembang? Karena keinginan berkembangnya orang-orang maybrat imian sawiat yang ingin menyamai manusia berkembang lainnya, maka mereka mengalami hubungan dengan manusia-manusia lain sehingga disitulah terjadi saling tukar menukar informasi yang besar pengaruhnya sehingga corak rumah tradisional maybrat imian sawiat mengalami kemunduran atau cenderung tersembunyi, dimana hanya dibangun di perkampungan.
Perkembangan rumah tradisional suku maybrat imian sawiat sangat lamban dibanding perkembangan rumah orang di suku-suku atau Negara lain. Oleh karena pengaruh alam dan lingkungan – lingkungan yang berbeda dimana tumbuh hutan – hutan yang lebat, sungai-sungai yang mengalir cuaca yang dingin, kondisi geografi yang sukar dan kecenderungan cepat terpengaruhnya orang-orang maybrat imian sawiat terhadap perkembangan moderenisasi dan pengaruh-pengaruh lain sebagainya.
D. 1. Spesifikasi Jenis – Jenis Bangunan Rumah Tinggal
Harit Myio – Bol Halit → Rumah Gantung
Halit myio – bol halit adalah rumah gantung, atau sejenis rumah hunian suku Maybrat, Imian dan Sawiat mula – mula. Jenis rumah tersebut merupakan jenis bangunan yang monumental, karena ukuran bangunannya tinggi di banding bangunan lainnya. Jenis rumah gantung di kategorikan atas dua jenis yaitu :
bentuk bangunan yang dibangun dari tanah (tanah sebagai tumpuan utama) yang mana keseluruhan struktur koloum yang berukuran panjang ditancapkan pada tanah. Ukuran struktur koloum (sur) yang digunakan dalam mendirikan bangunan (halit myio – bol halit) adalah ± 700cm – 900cm. berikut lihat gambar.
Suku Maybrat Imian dan sawiat pada mula – mula tidak mengenal adanya jenis pondasi plat menerus, karena kebanyakan rumah yang dibangun adalah rumah – rumah tergantung yang mana secara otomatis pasti memakai jenis pondasi setempat, seperti pada contoh diatas.
Suku ini mengenal adanya jenis pondasi plat menerus pada zaman penjajahan colonial belanda.
Tungku api (wohat)
koloum tungku (aser)
Ruang serba guna
Koloum (hafot)
Gambar: harit myio/bol halit – rumah gantung
(jenis rumah yang bertumpuan diatas tanah)
Gambar : Rumah gantung (harit myio – bol halit)
Struktur Rangka
Bubungan (timanaf)
Gording (soof)
balok pemikul teras (isit)
(katar)
Tangga (Barit)
A-A
tungku api (wohat)
balok sokong/pengikat
angin(swir)
koloum tungku (aser)
B - B
Koloum (sur)
jenis ikatan kupu – kupu adalah jenis ikatan yang baik dan daya tahannya lebih kuat. Orang yang bisa mengikatnya sedemikian adalah orang yang rajin serta termasuk dalam katergori orang berpengalaman dalam meramu rumah.
Detail A-A Jenis Ikatan Kupu – Kupu
jenis ikatan silang ‘x’, adalah salah satu jenis ikatan yang baik, daya tahannya juga kuat dan jenis ikatan ini kebanyakan diikat pada bagian-bagian rumah yang miring seperti reng dan gording (soof), dan tangga (barit)
Detail B-B. jenis ikatan silang X
bentuk berikut ini adalah bangunan yang dibangun diatas pohon-pohon besar yang mana struktur koloumnya ditancapkan pada dahan – dahan pohon yang ada dengan pilar-pilar yang terstrukturkan.
Gambar : halit myio – bol halit → rumah gantung
Jenis bangunan rumah gantung seperti itu merupakan bangunan rumah mula – mula yang mana dibangun sedemikian rupa sehingga memberi kenyamanan bagi penghuninya, adapun tujuan mengapa bangunannya dibangun dengan struktur yang tinggi dan bukan hanya strukturnya yang tinggi namun lebih dari tinggi yang mana rumahnya dibangun diatas pohon-pohon besar yang ukurannya sangat tinggi, agar terhindar dari musuh.
Musuh adalah persoalan utama yang sering dihadapi oleh orang – orang Maybrat, Imian dan sawiat waktu itu. Karena pada zaman tersebut kehidupan manusia Maybrat Imian dan sawiat selalu berperang, peperangan yang terjadi disana bukanlah peperangan antara suku namu peran antar setiap orang (person) dan peran antara marga/family yang mana sejak itu hidupnya saling membunuh antara satu sama lainnya.
Detail interior
Tempat kayu baakar (bri roko)
Jenis harit myio/bol halit – rumah gantung banyak dijumpai di hutan – hutan pada zaman mereka masih berperan, namun setelah mereka sudah hidup dalam kedamaian, jenis rumah tersebut jarang di temukan karena kehidupan mereka sudah berkelompok yang mana terkumpul dalam suatu perkampungan. Setelah hidup dalam bermasyarakat, manusia Maybrat, Imian dan sawiat tidak secara gampang melupakan jenis – jenis bangunan mereka tetapi masih sering juga dibangun di perkampungan mereka, hingga tahun 2005, di kota sorong walikota menginstruksikan bahwa untuk menyonsong hari natal 25, desember, warga di kota sorong dilombaan bangunan rumah gantung. Yang mana diberihadiah kepada masing-masing pemenang yang mempunyai bangunannya estetis dan layak. Ya begitulah sampai kini manusia Maybrat, Imian dan Sawiat trus membangunnya dan hal ini patut di angkat jempol karena memberi inspirasi dan pengalaman tersendiri kepada kaum muda yang ada di sana.
Dari bentuk bangunan yang ada, dapat dilihat bahwa rumah tradisional orang maybrat imian sawiat mula – mula tidak mengenal adanya pembagian ruang, namun yang ada hanyalah satu ruang yang multifungsi.
Dari kejelasan ruan tersebut dapat disimpulkan bahwa kehidupan dalam keluarga mengesankan adanya suatu kesan keakraban, karena dalam ruang, bagi seorang anggota keluarga untuk melaksanakan segala sesuatu tidak tersembunyi oleh yang lainnya, dan apapun yang dilakukan oleh seseorang anggota keluarga merupakan suatu kebersamaan.
Harit Wyan – Bol Halit Rumah Kebun
Halit wyan/bol halit merupakan rumah kebun, juga termasuk jenis rumah gantung yang prototypenya tidak berbeda dengan bangunan rumah gantung lainnya. Rumah ini bertumpuan pada tanah dan pohon sebagai landasan terakhir berdirinya koloum – koloum sebagai pilar utama.
Rumah kebun merupakan tempat hunian para petani yang mana difungsikan sebagai rumah penjaga kebun, seperti kebun kacang tanah, kebun keladi/tala, ubi, dan lain sebagainya. Karena jika tidak dijaga / dirawat dengan baik maka pastisaja kebun – kebun tersebut dirusaki atau dimakan oleh hewan-hewan liar seperti rusa, babi maupun tikus
Gambar: haLit wyan/bol halit – rumah kebun
Samu Kre -- Bol Mabe → Rumah Bersalin
Samu kre/bol mabe adalah merupakan rumah bersalin yang mana bukan merupakan rumah hunian sebagaimana lainnya, namun jenis rumah tersebut akan dibangun ketika seorang ibu hamil yang sedang melahirkan.
Jenis rumah bersalin ini sangat sederhana baik dari ukurannya maupun panjang lebarnya. Bentuk ukurannya sengaja bangun demikian karena yang akan menghuninnya terdiri dari seorang ibu yang baru melahirkan dengan seorang bayi yang dilahirkannya. Adapun beberapa aturan yang dipakai dalam fungsi rumah tersebut, misalnya untuk anak-anak kecil dilaran memasuki kedalam rumah tersebut karena dianggap sangat menggangu (risk) baik gangguan yang akan dialami oleh seorang ibu maupun anak kecil tersebut.
Gambar: samu kre/bol mabe – rumah bersalin
Samu/Amah – Bol → Rumah Tinggal Utama
Samu/amah—bol adalah rumah hunian / rumah tinggal utama yang mana hingga sekarang tetap di kembang moderenkan. Jenis rumah tersebut bisa dikategorikan termasuk jenis rumah semi moderen, karena bangunannya lebih besar, kuat, dan ruang – ruangnya sudah dipetakkan sebagaimana rumah moderen lainnya. Jenis rumah ini tidak hanya berbentuk rumah panggung tetapi sudah dibangun dengan tembok yang mana rumah-rumah tembok yg dibangun selalu merupakan hasil kolaborasi antara bangunan moderen dan bangunan tradisional.
Pada mulanya rumah tinggal semi moderen suku Maybrat, Imian dan sawiat merupakan turunan dari rumah gantung (halit myio/bol halit) yang mana mula-mula memiliki ukuran struktur yang sangat tinggi namun ketika mengalami perubahan, jenis rumah gantung yang juga dianggap bangunan yang monumental dirubah menjadi rumah yang tampak semi moderen. Diantara itu adapun beberapa hal sebagai dasar dalam perbedaan antara rumah gantung dengan rumah tinggal utama yang semi moderen adalah sebagai berikut:
Ukuran.
Antara rumah gantung dan rumah tinggal semi moderen, yaitu rumah gantung berukuran kecil sedangkan rumah hunian semi moderen ukurannya besar.
Fungsi
Diliat dari fungsinya, rumah gantung hanya mempunyai satu ruangan saja yang multifungsi, sedangkan rumah semi moderen memiliki tiga sampai empat ruang yang mana memperkaya fungsi ruangnya sebagaimana kebutuhan penghuni.
Struktur
Struktur bangunan rumah gantung sangat tinggi ukurannya, dengan ukuran pilar / struktur koloum yang sangat panjang mulai dari ± 800 cm – 900cm, ketimbang ukuran rumah semi moderen yang mana ukurannya ± 400cm –600cm, terhitung dari tumpuan koloum pada tanah hingga bubungan, dan ukuran 600cm kebanyakan pada rumah panggung sedangkan untuk bangunan dinding tembok berukuran paling tinggi 400cm. rumah gantung mudah tergerak oleh tiupan angin ketimbang rumah semi moderen.
Masa/Waktu
Masa/waktu bangunan untuk rumah gantung mampu bertahan selama ± 2-3 tahun, disbanding rumah semi moderen yang mana mampu bertahan hingga ± 4 – 8 tahun.
Tata
Diliat dari struktur penataannya, rumah gantung tidak memiliki tata, seperti pekarangan bunga, halaman rumah, tata ruang, dan tata wajah bangunan maupun penataan kelengkapan dan finising bangunannya yang mana terlihat pada eksterior dan interior bangunan.
Estetika
Pada uraian – uraian diatas maka otomatis disimpulkan bahwa bangunan yang berestetika aalah rumah semi moderen, yang mana dikembang moderenkan.
Denah rumah panggung pondasi setempat
Tungku api
R. makan
R. tidur
R. tidur
R. tamu
kolum
Gambar: Rumah hunian semi moderen panggung
dapur
R. makan R. tidur
R. tidur
R. Tamu
Denah rumah tembok pondasi menerus
Samu Snek – Bol Snek → Benteng Pertahanan / Rumah Persembunyian
Samu snek/bol, adalah benteng pertahanan atau juga disebut-sebut sebagai rumah persembunyian. Disebut benteng pertahanan atau rumah persembunyian karena rumah tersebut biasanya tersembunyi dan sulit untuk dijangkaui orang lain, karena lokasi yang dibangun rumah ini adalah lokasi yang sulit dan sangat sukar dijangkaui dan hanya bisa dijangkaui oleh orang – orang tertentu saja seperti seorang Ayah, Ibu, Anak dan family terdekat karena suatu alas an, bahwa jangan orang luar yang mengetahui dimana jalan yang di laluinya sebab bilamana diketahui orang lain merka akan dibunuh. Karena begitu ketatnya kehidupan waktu itu yang mana hidupnya saling membunuh antar keluarga yang satu dengan yang lainnya (familiy war),
Jenis rumah persembunyian / benteng pertahanan biasanya bila dibangun menggunakan penutup dinding dengan kulit kayu dan dilapisi oleh kayu-kayu buah yang disusun sedemikian rapat dengan tujuan sebagai penangkal tembusnya benda-benda tajam yang digunakan oleh musuh dalam menyerang nanti. Selain itu rumah pertahanan kebanyakan dibangun di puncank-puncak gunung besar yang sisi-sisi gunungnya dikelilingi oleh tebing-tebing terjal yang sulit dijangkaui oleh para musuh, selain menghindar dari musuh juga supaya bisa dengan gampang melihat situasi sekitar dengan mudah karena posisi mereka diatas ketinggian gunung. Berikut lihat gambar:
Gambar: Benteng pertahanan / rumah persembunyian
Samu Mambo –Bol Se → Rumah Nelayan
Samu mambo/bol se adalah merupakan rumah nelayan yang dibangun ditengah-tengah danau, dan rumah tersebut kebanyakan dibangun oleh Suku Maybrat yang tinggalnya disekitar danau Ayamaru yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Selain suku maybrat yang membangun rumah nelayan mereka, suku Imian dan sawiat pun memiliki jenis rumah nelayan yang tidak kalah menarik dengan rumah nelayan suku maybrat, yaitu rumah kajang.
Rumah kajang adalah suatu jenis rumah nelayan ornag – orang Imian dan Sawiat yang hidupnya di pesisir pantai dan bermata pencaharian sebagai nelayan. Perbedaan antara rumah nelayan suku maybrat dan suku Imian sawiat adalah, rumah nelayan suku maybrat dibangun sebagaimana rumah inap biasanya yaitu dengan struktur bangunan yang berdiri tegak vertical dan kokoh, namun untuk rumah nelayan suku Imian dan sawiat berbeda, yaitu rumah kajang adalah rumah yang dibangun diatas sebuah perahu, dan rumah kajang tidak berdiri kokoh pada suatu tempat tertentu namun ia selalu dibawa kemana-mana dengan perahu, baik diwaktu mengail maupu beristirahat.
Kelebihan rumah nelayan orang maybrat adalah bentuknya yang besar, kuat dan nyaman, sedangkan rumah nelayan orang imian dan sawiat adalah ukurannya kecil, tidak begitu kuat, dan tidak begitu nyaman. Berikut liat gambar.
Gambar : tampak depan rumah nelayan
(suku maybrat)
Gambar : tampak samping rumah kajang
“rumah nelayan suku imian dan sawiat di daerah pantai”
Gambar : tampak depan rumah kajang
“rumah nelayan suku imian dan sawiat di daerah pantai”
Gambar : Rumah nelayan
Samu Kusme --- Bol Nadla → Rumah Bujang Laki – Laki (asrama Putra)
Samu kusme – bol nandla adalah rumah bujangan bagi laki – laki yang mana dibangun dengan tujuan mampu menampung segala kegiatan anak – anak bujang, baik menyangkut hasil buruan, tidur maupun masak-masak. Kebanyakan kegiatan – kegiatan kepemudaan bermula dari rumah ini yang mana sebagai wadah berkumpulnya para pemuda, sehingga muncullah ide – ide tertentu yang menyangkut kegiatan kepemudaan.
Rumah bujangan laki – laki kebanyakan berbentuk rumah gantung, namun setelah terus menerus mengikuti perubahan, adajuga yang dibangun semi moderen yang mana bangunannya dibangun oleh sekelompok pemuda yang bisa dibilang geng pemuda. Dikatakan geng, karena bukan hanya satu kelompok tertentu yang ada namun terlihat adanya persaingan misalnya antara RT satu dengan RT yang berikutnya.
gambar : asrama putra semi moderen
(samu kusme)
Gambar: rumah gantung anak bujang laki – laki (samu kusme)
Samu Kuano – Bol Nangli → Rumah Bujangan Perempuan (asrama putri)
Samu kuano – bol nangli merupakan rumah bujangan kaum perempuan yang masih bujang (belum menikah). Rumah bujangan perempuan berukuran tidak terlalu panjang disbanding rumah bujangan laki – laki, hal itu sudah merupakan tradisi orang Maybrat, Imian dan Sawiat hingga sekarang. Rumah perempuan biasanya dibangun oleh orang laki – laki yang terdiri dari bapa-bapa, maupun laki - laki bujang. Untuk perempuan, khususnya memasak makanan sebagai imbalan kepada mereka yang membangun rumah mereka. Berikut lihat gambar:
Gambar : tampak belakang asrama putri
(samu kuano – bol nangli)
Samu Kwin – Bol Wofle → Rumah Suci / Rumah Sekolah
Samu kwin – bol wofle adalah merupakan bangunan rumah suci, yang mana mempunyai fugsi ganda dimana digunakan sebagai rumah maha suci yang difungsikan sebagai tempat pendidikan theology natural, sehingga dianggap magis dan sacral.
Jenis bangunan rumah suci berbentuk segi empat dan memanjang yang mana memiliki tiga fungsi ruang yang selalu dibagi dan juga memiliki aturan – aturan penggunaannya. Rumah suci tidak dibangun oleh sembarang orang, tetapi hari dibangun oleh mereka / orang – orang tertentu yang sudah terdidik dalam ajaran theology natural tersebut (raa win / na wofle), dan yang berhak membangunnya terdiri dari dua orang.
Menurut ceritera petuah – petuah yang kami Tanya, asal usul rumah suci tidak dibangun oleh manusia siapa – siapa namun rumah tersebut dengan sendirinya keluar dari kedalaman dasar sungai / air. Bentuknya sangat unik / estetis dan sempurna serta menyimpang magis yang luarbiasa sehingga untuk membangunnya membutuhkan waktu yang lama, yaitu dibangun selama sembilan bulan agar bisa sempurna.
Safom — hutan / areal bebas
Bohra mne → halaman luar
Safom – hutan / areal bebas
Bohra mne → halaman luar
Bohra mne → halaman luar
Timato ro m’baouw → halaman suci
Timato ro m’baouw toni → halaman maha suci
Bohra mne → halaman luar
Safom – hutan / areal bebas
Denah Rumah Suci – Sekolah Tradisional (Kwin).
Jenis bangunan rumah suci / sekolah tradisional semenjak masuknya injil kristiani di dataran papua, semua jenis pengajaran maupun kepercayaan tradisional dilepaskan. Olehkarenanya kami sangat sulit untuk mendapatkan bangunannya karena saat ini tidak dibangun bisa dibilang akan punah, dan hanya saja kami dijelaskan bagaimana denah bangunannya saja sebagaimana pada gambar.
D. 2. Spesifikasi Bangunan
Spesifikasi Denah
Bangunan rumah tradisional suku Maybrat Imian Sawiat dibangun dengan denah segi empat yang dilengkapi dengan banyak koloum sebagai pilar utama, yaitu mulai dari 4 koloum, 5,6,7,8 dan seterusnya bergantung ukuran besar kecilnya bangunan. Bila ditelaah secara jelas dalam bentuk pondasi maka bangunan arsitektur tradisional maybrat imian sawiat termasuk dalam pondasi setempat. Yaitu pondasi setempat dengan banyak koloum, untuk rumah yang dibangun diatas tanah namun tampa koloum namun menggunakan batang pohon besar sebagai koloum utama bagi bangunan yang dibangun di atas pohon (rumah gantung atau harit myio/bol halit).
DENAH
Tiang tungku
(aser)
Koloum (Hafot)
Tiang (sur)
Spesifikasi Koloum (Hafot)
Hafot ara soo 1 hafot raa mate 2 hafot raa mate 3
Ada tiga jenis koloum utama yang digunakan dalam membuat rumah bagi suku Maybrat Imian sawiat antara lain adalah sebagai berikut:
hafot ara soo, hafot ara soo merupakan koloum yang terbentuk dari pohon secara alami yang menyerupai huruf ‘Y’ sehingga dijadikan sebagai koloum utama.
Gambar :
Koloum alami /
Hafot ara soo
hafot raa mate, jenis koloum ini berbentuk huruf ‘Y’ tidak terbentuk secara alami seperti pada hafot ara soo, namun dibentuk oleh manusia (dicincang).
Gambar :
Kolum cincang / hafot
Raa mate
Ukuruan jenis koloum biasanya mempunyai ukuran yang sama namun bisa di potong menjadi pendek, tergantung pada lokasi bangunan. Misal pada lokasi yang akan didirikan rumah tidak berbatu maka ukuran koloum (hafot) yang sudah di buat tidak perlu intuk di rubah – rubah atau di potong, namun bila pada lokasi persiapan memiliki bebatuan yang kuat dan susah digali, maka koloum (hafot) yang ukurannya panjang akan di potong menjadi pendek ssesuai dengan kondisi tanah. Koloum – koloum yang digunakan biasanya berbentuk huruf ‘Y’. dalam pemikiran masyarakat Maybrat Imian Sawiat dalam memilih koloum raja / koloum induk adalah koloum harus berbentuk huruf ‘Y’ dan ‘U’, karena memiliki penyangga pada bagian luar, sehingga untuk meletakan pemikul yang mana susah tergeser. Hal ini dapat diterima dengan tujuan menghindari efek – efek horizontal yang juga bisa mengakibatkan kayu pemikul beban menjadi lepas dari tumpuannya.
Fungsi koloum utama (hafot) adalah sebagai penyalur beban bangunan ke tanah, yang mana juga berfungsi sebagai koloum pemikul beban keseluruhan bangunan dan isi bangunan yang ada secara kokoh. Dalam pengertian masyarakat maybrat imian sawiat bahwa “koloum utama harus ditanam dan dipastikan sudah bediri dengan kokoh karena bangunan tersebut bisa berdiri tegak bertahun-tahun karena koloumnya kokoh.
D. 3. Skematik Membangun Rumah
Memasang Koloum (Mati Hafot)
Setiap bangunan rumah biasanya dilandasi dengan pondasi, yang berfungsi sebagai pemikul dan penyalur terakhir bangunan ke permukaan tanah. Pada arsitektur mula-mula belum dikenal dengan adanya pondasi, namun pada zaman dimana manusia mulai mengenal adanya rumah, setelah berpindah-pindah dari tempat yang satu ketempat yang lain yang mana lubang-lubang batu dan gua sebagai tempat perteduhan utama pada zaman sebelum mengenal bangunan. Populernya dahulu tak ada pondasi namun dikenal dengan koloum yang mana terbuat dari kayu. Menurut pandangan masyarakat Maybrat Imian dan Sawiat, koloum merupakan pemikul beban bangunan denagan isinya, hal ini dapat dibenarkan karena koloum merupakan pondasi setempat yang fungsinya memikul beban bangunan secara keseluruhan.
Dalam urutan bangunan dimulai dari pondasi, demikian bagi masyarakat Maybrat Imian dan Sawiat. Adapun tahapan – tahapan dalam memasang koloum (mati hafot) adalah :
Galian lubang koloum potongan /pasangan koloum koloumsetelah dipasang
(Kayah hafot) (mati hafot) (hafot mros)
Memasang Dinding (Mafir Hrie)
Dalam proses pembuatan rumah bahwasanya dimulai dari pondasi, tiang/koloum, dinding, rangka atap dan penutup atap. Demikianpula masyarakat suku Maybrat Imian Sawiat, sehingga dapat dikatakan bahwa manusia maybrat imian sawiat sudah memiliki pola pikir dalam membangun rumah yang terstruktural yag mana sudah tertanam semenjak permulaan membangun rumah oleh Too dan Sur.
Dalam tahapan pemasangan dinding adalah: pemasangan rangka dinding, tahap penyiapan bahan penutup dinding, tahap penyiapan bahan pengikat (rotan) dan waktu kerja
Memasang Atap (Mkes Afi)
Atap sangat dibutuhkan dalam membangun sebuah rumah, karena merupakan pelindung /penghalang pada bagian atas bangunan baik dari terik matahari, hujan dan angina.
Masyarakat Maybrat Imian dan Sawiat dalam meramu sebuah bangunan biasanya yang terutama terpikitkan adalah atap. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat maybrat imian dan sawiat memiliki kemampuan membangun rumah yang lengkap. Disini kami katakana lengkap karena suatu bangunan rumah yang nyaman bilamana terdapat lantai, dinding, dan atap. Manusia maybrat imian dan sawiat dengan sadar bahwa mereka dapat membuat suatu tempat perteduhan yang mampu memberi kenyamanan dalam hidup dan kehidupan mereka.
Berikut tahapan – tahapan dalam memasang atap yaitu: pemasangan rangka atap, penyiapan bahan atap, penyiapan bahan pengikat (rotan) dan penyiapan waktu kerja.
Membuat Tungku Api (Mwohat Ohat)
Setelah memasang atap berikutnya membut tungku api, dalam pembuatan tungku api, adapun tahapan – tahapan dalam pembuatannya adalah: tahap pembuatan rangka tungku, tahapan persiapan bahan (kayu, batu, rumput, tanah), persiapan bahan pengikat (rotan) dan persiapan waktu pelaksanaan.
Membuat Lantai (Msien Rmah)
Biasanya masyarakat Maybrat imian sawiat memasang lantai setelah seluruh struktur bangunan sudah dilengkapi. Adapun tahapan – tahapan dalam pemasangan lantai adalah : pemasangan rangka lantai, penyiapan bahan lantai, penyiapan bahan pengikat (rotan) dan penyiapan waktu pelaksanaan.
D. 4. Teknologi dan Teknik Membangun
Teknologi
Betapapun sederhananya sebuah bangunan, apalagi bangunan itu berupa rumah, teknologi pasti dibutuhkan. Tidak ada satu system bangunanpun yang tidak memerlukan teknologi. Bahkan kaum cerdik pandai mengatakan bahwa teknologi sama tuanya dengan usia manusia itu sendiri.
Sejak permulaan manusia ada, sejak masyarakat yang paling primitifpun, teknologi sudah merupakan bagian mutlak dari kehidupan manusia itu sendiri. Benyamin Franklin, salah seorang pemikit masyur pernah mengatakan bahwa manusia adalah “binatang pembuat alat”. Untuk keperluan hidupnya, manusia memang memerlukan alat. Untuk berburu diperlukan pana / jubi, tombak, untuk mincing diperlukan pancing untuk mencari ikan di laut, juga diperlukan jarring, jala, sampan, dan seterusnya. Kecakapan untuk membuat peralatan itu juga penggunaanya merupakan syarat bagi kehidupan manusia yaitu bagi kelanjutan eksistensi hidupnya. Kecakapan untuk membuat dan menggunakan alat itulah yang disebut teknologi. Secara kasar teknologi adalah “perpanjangan tangan manusia”.
Teknologi pembuatan rumah (tempat tinggal) tidaklah rendah, hal ini dapat dilihat pada karya arsitektur tradisional di tanah air. Baik arsitektur tradisional Jawa, Bali, Batak, Minangkabau, Toraja ataupun Wamena Papua, sudah tampak tingkatan mutu nilainya yang cukup tinggi. Begitupula rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat, walaupun berbentuk sangat sederhana namun tidak lahir secara mendadak. Rumah tinggal tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat telah berabad – abad teruji kekuatannya, ia setua masyarakat Suku Maybrat Imian Sawiat itu sendiri.
Kekuatan dan ketangguhan kehadapan zaman telah terbukti dari waktu ke waktu. Teknologi pembuatannya menunjukkan keseimbangan antara kekuatan daya topang tiang – tiang gapik dengan besarnya bangunan, sehingga nampak seimbang (harmoni) dengan alam dan kehidupan sekitar.
Teknik Membangun
Membangun rumah bagi warga suku Maybrta Imian Sawiat tidak terlalu rumit seperti terdahulu karena dilakukan secara gotong royong, walupun tukang yang khusus tidak ada.
Membangun atau mendirikan rumah banyak yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan karena erat hubungannya dengan kesibukan dan tenaga.
Utilitas dan Perlengkapan
Untuk keperluan air bersih / air tawar, tidak begitu sulit bagi suku Maybrat Imian Sawiat, karena Banyaknya persedian air tawar disepanjang wilayah Hunian. Untuk pembuangan limbah manusia, biasanya para warga ditanah daratan memanfaatkan WC umum dan bagi warga yang mampu sudah memilikinya sendiri. Namun bagi warga yang tinggal di perairan laut biasanya pembuangan limbah langsung ke laut.
Untuk keperluan penerangan, Di Distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat sudah menggunakan listrik yang disediakan oleh PLN setempat, namun Distrik Sawiat menggunakan listrik tenaga suria (solar sel). Dilingkungan permukiman ini juga sudah disediakan jaringan telepon (Wartel) di distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat sedangkan Distrik Teminabuan, Sawiat, menggunakan telepon dari PT. Telkom dan untuk Teminabuan sudah menggunakan HP. Sehingga warga yang berperokonomian mampu sudah dapat menikmatinya.
E. MENGENAL BAHAN – BAHAN BANGUNAN
Berbicara mengenai rumah tradisional suku maybrat imian sawiat, ada 5 jenis bahan bangunan utama yang perlu diketahui yaitu: bahan rangka, bahan atap, bahan dinding, bahan lantai dan bahan pengikat.
Pada tahun 1981 kebawah, jenis – jenis kayu kuat sangat banyak di wilayah Maybrat Imian Sawiat, namun pada tahun 1982 terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan hingga mengakibatkan kebakaran hutan yang hampir keseluruhan hutan belantara wilayah maybrat habis terbakar diantaranya dari kampung Soroan, Sauf, Ayamaru, Kambuaya, Jidmau, Susumuk Aifat, Kambufatem hinngga Yaksoro Aitinyo, daerah ini mudah terbakar karena daerah kering dibanding daerah Imian dan Sawiat.
Terjadinya kebakaran pada waktu itu mengakibatkan homogenitas hutan belantara menjadi hutan terbuka, yang mana segala persediaan akan bahan – bahan bangunan yang tadinya mudah ditemukan menjadi sulit untuk ditemukan, seperti kayu, rotan dan kebutuhan bangunan lainnya.
Pada saat – saat sekarang jenis – jenis kayu yang sangat kuat untuk di gunakan dalam membuat rumah sudah agak langkah. Tadinya orang-orang membuat rumah tidak terlalu lama atau tidak membutuhkan waktu yang lama, namun sat ini kebanyakan kalau membuat rumah, sangat membutuhkan waktu yang relative lama karena orang Maybrat, Imian, Sawiat ketika berencana untuk membangun sebuah rumah! Yang pertama di persiapkan adalah kayu – kayu sebagai bahan yang dianggap agak berat pekerjaannya dan cukup membutuhkan waktu untuk mengumpulkan kayu-kayu bermutu dari satu tempat ke tempat lainnya. Tentusaja kesulitan mencari bahan bangunan tersebut yang membuat orang-orang Maybrat, Imian, Sawiat sebaiknya mempersiapkan waktu yang banyak dalam membangun sebuah rumah, perhitungan yang cemerlang dengan kerajinan dalam melakukannya biasa dilakukan dengan cermat sehingga waktu lainnya dapat di gunakan untuk pekerjaan-pekerjaan lainnya, terutama bertani karena orang-orang imian sawiat adalah mayoritas latarbelakangnya petani sehingga tiada hari tanpa bercocok tanam.
Meskipun banyak pepohonan kayu-kayu yang bertumbuh pada hamparan belantara wilayah maybrat imian sawiat seperti “sitam, rmo, ramboh danlainsebagainya, namun manusia maybrat imian sawiat secara turun - temurun telah di perkenalkan dengan jelas tentang jenis – jenis kayu yang sudah dianggap terbaik, agak baik, yang mana dapat digunakan dan yang tidak baik yang mana tidak bisa dipergunakan sebagai bahan bangunan.
Oleh pihak manusia Maybrat, Imian, Sawiat jenis – jenis kayu yang dianggap mampu bertahan selama puluhan tahun jika dipakai untuk mendirikan bangunan adalah sebagaimana yang di bedakan atas nama dan Jenis – jenis warnanya, kayu tersebut disini kami hanya dapat menyebutkannya dengan sebutan bahasa ilmiahnya adalah sebagai berikut:
E. 1. Bahan Rangka
kayu ijie, kayunya keras dan lurus, jenis kayu ini biasanya digunakan sebagai struktur rangka utama, baik rangka atap, lanta, tiang pancang (sur), koloum (hafot). Warnanya putih kekuningan.
kayu mbala, kayu ini sangat keras, lurus tidak halus, isinya berserabut, berwarna merah kecoklatan. Jenis kayu ini biasanya digunakan untuk koloum utama (hafot), selain batangnya digunakan sebagai koloum utama, kulitnya juga berfungsi sebagai penutup dinding utama.
kayu hlangguf , warnanya putih membungkusi warna kemerahan, lurus dan tidak halus, isinya berserabut, kulitnya agak bergetah, jenis kayu ini biasanya digunakan untuk rangka lantai (biat) untuk ukuran kecil, tiang pancang (sur) untuk ukuran sedang dan koloum (hafot) untuk ukuran besar. Jenis kayu ini sangat kuat apabila diawetkan pada tempat yang kering dan mutunya baik.
kayu siah, jenis kayu ini tidak sekeras kayu yang lain namun bila dikeringkan pada tempat kering maka akan keras, kayu ini kebanyakan di gunakan sebagai bahan struktur rangka atap/ reng (ara soom) dan struktur lantai (biat). Warnanya putih dan banyak cabang.
kayu srah (gagar), kayu ini tidak digunakan untuk apa – apa tetapi hanya biasanya digunakan sebagai bahan utama penyusunan lantai (msyien rmah) dan pengait jahitan atap, jenis kayu ini sangat keras tidak mudah dipatahkan apalagi yang jenisnya lebih tua, yang mana warnanya menjadi hitam, jenis kayu ini tidak utuh tetapi sumbunya sangat besar dan yang biasanya di pergunakan adalah bagian pembungkusnya.
kayu bta-bta (plem hutan) warnanya merah dan mirib dengan gagar (srah) namun bentuknya lebih besar. Pohon ini biasanya digunakan hanya untuk bahan lantai (msyien rmah) dan pengait jahitan atap.
E. 2. Bahan Atap
atap rumbino (kain), atap rumbino adalah dedaunan yang di ambil dari jenis tumbuhan pandanus yang daunnya lebar panjang dan tebal. Atap rumbino kebanyakan di gunakan oleh masyarakat suku Maybrat, karena untuk memperoleh atap sagu sangat sulit dan sulit inutuk di peroleh.
Gambar :
Rumah Atap
Rumbino
(Kain)
atap sagu (afi), atap sagu diambil dari daun sagu yang diraut menjadi penutup atap rumah. Jenis atap ini sangat kuat dan kebanyakan digunakan oleh suku imian dan sawiat karena sangat gampang ditemukan di wilayah imian sawiat yang merupakan pusat tumbuhan pohon sagu.
Gambar :
Rumah Atap
Sagu
(Afi)
atap kulit kayu (hary), atap kulit kayu sering digunakan bila mana atap rumbino dan atap sagu sudah sangat sulit untuk diperoleh sehingga kebanyakan digunakan kulit kayu sebagai atap. Kulit kayu yang sering digunakan adalah : seme, mbala, fait , tiga jenis kayu yang mutu kulitnya sangat baik untuk dijadikan sebagai penutup atap, baik sebagai penutup atap maupun penutup dinding.
atap sengk, manusia Maybrat, Imian dan sawiat ketika membangun rumah dengan bahan tradisional yang telah dikenal secara alam (teknologi alamiah), mereka juga menggunakan atap sengk sebagaimana mengikuti perkembangan yang telah merubahnya.
Gambar :
Rumah Atap
Sengk
E. 3. Bahan Dinding.
dinding kulit kayu (hary) dinding kulit kayu pada umumnya digunakan oleh masyarakat suku maybrat sebagai bahan utama penutup dinding.
Gambar:
Rumah Dinding
Kulit Kayu
(Hri)
dinding gaba – gaba (turaf), dinding gaba – gaba pada umumnya digunakan oleh masyarakat imian sawiat, bahan gaba – gaba diambil dari pelepah sagu yang di potong dengan ukuran yang sama yang digunakan sebagai penutup dinding.
Gambar :
Rumah Dinding
Gaba - gaba
(Turaf)
dinding kayu (ara kras), pada mulanya dinding bangunan rumah tradisional suku maybrat imian sawiat bukan hanya ditutup dengan kulit kayu atau gaba – gaba namun dilapisi dengan kayu, yang mana disusun sedemiakian rapat dengan tujuan sebagai penangkal senjata musuh pada jaman perang keluarga, namun pada akhirnya hanya digunakan dinding satu lapis seperti kulit kayu, gaba – gaba maupun dedaunan.
dinding papan, setelah mengalami proses perkembangan moderan, rumah tradisional Maybrat, Imian sawiat dapat juga menggunakan dinding papan yang mana tergolong sebagai rumah – rumah semi moderen. Papan yang diperoleh pada waktu itu dibelah dengan menggunakan gergaji baja, yang mana biasanya dipegang oleh dua orang penggergaji.
Gambar :
Rumah Dinding
Kayu Papan
dinding daun, dinding daun biasanya jarang digunakan, mengingat untuk menghindari kebakaran dan cepat keropos serta tidak tahan lama. Namun dedaunan dapat juga digunakan apabila tak ada lagi bahan penutup dinding utama (kulit kayu), dan untuk bahan penutup dinding dari dedaunan biasanya tidak digunakan sembarangan daun melainkan biasanya menggunakan daun rumbino (kain) yaitu sejenis pandanus dan daun sagu (afi).
E. 4. Bahan Lantai
lantai gagar (srah), gagar merupakan bahan utama lantai bagi masyarakat suku maybrat dan sawiat, selain bahannya yang kuat, lurus mudah di raut juga mudah diperoleh di hutan pada wilayah maybrat.
Gambar :
Rumah Lantai Gagar
(Srah)
lantai palem (bta - bta), palem kebanyakan digunakan sebagai bahan lantai bagi suku Imian, selain karena mudah untuk diperoleh, juga kuat dan gampang di raut.
lantai rotan (ses), lantai rotan tidak banyak digunakan oleh masyarakat luas, lantai rotan hanya dijumpai di kampung - kampung tertentu yaitu kampung yang hutannya penuh / banyak rotan. Jenis lantai ini sangat baik selain mudah untuk di bawa juga nyaman digunakan.
lantai bambu (bron), lantai bambu jarang hanya digunakan oleh masyarakat di wilayak teminabuan (suku sawiat)
E. 5. Bahan Pengikat
1. tali rotan (too atu), rotan ikat atau sebutan ilmiahnya adalah tooatu adalah tali rotan yang jenisnya kecil dan biasanya banyak dijumpai di gunung sehingga tali rotan tersebut dikenal dengan sebutan too atu. Yang mana dalam artiannya too adalah tali dan atu adalah gunung. Selain yang tidak termasuk dari tali tersebut tidak digunakan sebagai bahan pengikat utama.
F. KELENGKAPAN ALAT – ALAT KERJA
Kelengkapan alat – alat kerja yang digunakan oleh orang – orang Maybrat, Imian dan sawiat dalam membangun rumah adalah sebagai berikut :
Kampak (bam / tmah), merupakan salah satu alat kerja yang difungsikan untuk memotong/ menebang pohon yang jenisnya berukuran besar, dan tidak bisa ditebang atau dipotong dengan menggunakan parang maupun pisau.
Gambar : Kampak (Bam - Tmah)
Parang (sogi --- minyan), adalah suatu jenis perlengkapan alat kerja dalam membangun rumah. Paran biasanya mempunyai fungsi yang banyak yaitu digunakan sebagai alat memotong kayu dalam membangun rumah, dan jenis kayu yang bisa dipotong dengan paran adalah kayu – kayu yang berukuran kecil, selain memotong kayu untuk bangunan rumah, paran juga difungsikan dalam membakar kebu, memotong tali rotan, bahkan berburu.
Gambar : Sogi – minyan (Parang)
Pisau (tfo -- sah), merupakan salah satu kelengkapan alat kerja yang fungsinya tidak hanya digunakan oleh seorang ibu dalam meracik sayur, membersihkan keladi /ketala, namun dapat difungsikan oleh orang laki – laki dalam meramu tali rotan sebagai bahan pengikat rumah.
Gambar : Tfo – Sah (Pisau)
G. POLA HUNIAN
Ada tiga macam pola hunian yang popular di gunakan dalam penataan suatu hunian kota (urban space) yaitu; pola linear, grid dan polar. Orang maybrat imian sawiat cenderung mengembangkan pola hunian memanjang (polar) yang mana cenderung mengikuti jalan, aliran sungai, pesisir pantai dan lereng perbukitan.
G. 1. Pola hunian wilayah Pesisir
Pola hunian di lingkungan pesisir ini berada pada pantai yang cukup terlindungi dari gelombang, Karena daerah hunian terlindungi dari teluk – teluk dan kepulauan sebagai penahan gelombang laut.
Tata letak bangunan di daerah pesisir ini, umumnya memanjang sejajar dengan garis pantai, dan terdiri atas beberapa lapis baik ke atah darat maupun kea rah perairan sesuai dengan jumlah penduduk dan ruang yang tersedia. Pola jejer berlapis disertai jejeran jaringan jalan darat untuk tiap rumah yang berada di jalan itu. Tipelogi hunian seperti begini termasuk kategori tipe : the line village.
Gambar : lay out Pola hunian daerah pesisir (line village community)
Pertapakan bangunan hunian rumah pesisir di kelompokkan dalam yaitu :
Peralihan tanah darat dan perairan
Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan situasi lingkungan sekitarnya.
Di hamparan tepi pantai,
Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan bentuk bangunannya disesuaikan dengan pengalaman warga setempat agar luapan pasang air laut tidak masuk ke dalam rumah.
G. 2. Pola hunian wilayah daratan
Pusat permukiman di daratan wilayah Maybrat Imian Sawiat ini berada pada lereng perbukitan yang cenderung menjulang dengan hamparan bangunan yang cenderung mengikuti jalan.
Tata letak perkampungan di wilayah daratan ini, umumnya mengikuti jalanan dan lereng perbukitan yang mana layak untuk didirikan bangunan.
Pertapakan bangunan rumah masyarakat Maybrat Imian Sawiat wilayah daratan ini dikelompokan dalam tiga kategori yaitu :
Di tanah darat
Bangunan rumahnya tidak dipengaruhi, atau merupakan pola hunian berkembang moderen
Peralihan tanah darat
Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh lereng perbukitan yang menjulang
Di hamparan Jalan
Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh alur jalan dan bentuk bangunannya disesuaikan dengan perkembangan tata ruang.
Gambar : lay out Pola Hunian wilayah Pegunungan (Valley Village Community)
Gambar : vew dan Pertapakan hunian wilayah pesisir pantai (Rivers Line Village Community)
Gambar : vew dan Pertapakan Hunian lereng Wilayah pegunungan (Valley Village Community)
G. 3. Jaringan Pergerakan
Prasarana perhubungan utama Warga Maybrat Imian Sawiat adalah Jalan setapak, Kendaraan roda empat (angkutan pedesaan), kendaraan roda dua (ojek), Pesawat, Kapal Laut, dan perahu sampang.
H. KONDISI HUNIAN
H. 1. Kondisi fisik Lahan
secara umum, struktur tanah di Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat, Sawiat dan Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan, terdiri antara lain jenis alluvial, mediterania, padzoik, latosol, organosol, litosol dan gambut. Sedangkan jenis tanah yang ada secara umum antara lain tanah kemerahan, tanah endapan alluvial, dan tanah alluvial muda.
H. 2. Kondisi Permukiman
Pusat permukiman di wilayah Maybrat Imian Sawiat berada pada lingkungan dataran rendah (Pesisir pantai), dataran datar (daratan datar), dataran Tinggi (pegunungan) yang disebut Plato Ayamaru. Tata letak perkampungan di Wilayah Maybrat Imian Sawiat, umumnya memanjang sejajar (polar) ada yang mengikuti Jalan, sungai, dan alur perbukitan / gunung.
Bentuk permukiman Masyarakat Maybrat Imian Sawiat dikenal dengan permukiman Marga / Keret dan berkembang menjadi komplek. Yang mana bila di satu marga keluarga yang tinggal di salah satu sudut kampung disana akan berkumpul keluarga dan marga/keret yang sama dengan dia.
Permukaan prkampungan wilayah Maybrat Imian Sawiat, berupa banguan panggung dengan bahan konstruksi utama kayu. Umumnya masyarakat di wilayah Maybrat Imian Sawiat mengenal jenis kayu yang daya tahannya cukup besar baik terhadap pengaruh air laut dan daratan.
Biasanya untuk kayu yang mempunyai kualitas terbaik, digunakan untuk bangunan yang sering terrendam air, khusus untuk bangunan pada areal pesisir dan untuk jenis kayu pada daerah daratan adalah kayu yang daya tahannya kuat terhadap rayap (fom). karena kekuatan suatu bangunan dipengaruhi oleh jenis – jenis kayu yang digunakan dalam mendirikan suatu bangunan rumah hunian.
Untuk matahari, dinding umumnya menggunakan kayu, gaba – gaba, dan kulit kayu. Untuk lantai umumnya memakai gagar dan palem. Sedangkan untuk material atap rumah, sesuai dengan sumber daya alam setempat adalah dedaunan yang di anyam seperti daun sagu, daun tikar (pandanus), dan nipah. Selain mudah didapat, lebih tahan terhadap pengaruh iklim sekitar dan dapat meredam panas matahari sehingga ruang dalam rumah tetap sejuk. Sebaliknya atap seng menurut pengalaman mereka, selain mahal juga mudah berkarat dan ruang dalam rumah lebih panas pada siang hari. Sungguhpun demikian, cukup banyak rumah telah beratap seng. Tampaknya penggunaan bahan ini lebih mencerminkan kemampuan ekonomi pemilik rumah bersangkutan.
Secara sederhana Suku Maybrat Imian Sawiat adalah merupakan manusia yang mendiami daerah pesisir dan pegunungan yang berkumpul sekelompok orang yang kehidupan mereka tergantung pada laut bagi kelompok yang mendiami daerah pesisir, dan tergantung pada pertanian bagi kelompok yang mendiami daerah pegunungan. Yang mana terungkap bahwa Suku Maybrat Imian Sawiat berada dalam kehidupan budaya bertani dan nelayan atau kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas dari suasana lautan dan daratan.
Pengetahuan atau konsepsi Suku Maybrat Imian Sawiat yang berkaitan dengan daratan dan perairan adalah sebagai sarana kehidupan dan perhubungan bahkan sebagai ruang produksi, yang keduanya akan diuraikan sebagai berikut :
Peranan Laut sebagai Prasarana Perhubungan Pesisir
Hubungan antar tempat dipantai lebih lancar daripada hubungan antar pantai dan pedalaman darat di zaman kuno, bahkan bagi Suku Maybrat Imian Sawiat masih nampak yang mana permukiman penduduk mereka pada mulanya berada di pantai, dan perairan laut yang telah memperoleh peran sebagai prasarana perhubungan, sebagai gerak - gerik laut telah menjadi pengetahuan warga yang menggunakannya. Pengetahuan diturunkan dari generasi kegenerasi baik melalui ujaran maupun melalui semacam permagangan. Contoh pemagangan adalah orang tua mengajak anaknya untuk melaut atau orang tua mengajak anaknya untuk berkebun dan berburu.
Pengetahuan Suku Maybrat Imian Sawiat tersebut diatas ada yang langsung dan ada yang tidak langsung mengenai perairan laut. Pengetahuan langsung, antara lain berkenaan dengan pasang surut, arus, gelombang, dan kedalaman. Pengetahuan tidak langsung adalah gejala diluar perairan laut, tetapi diketahui mempengaruhi gerak - gerik laut, seperti per-awanan, angin, kedudukan bulan dan bintang.
Pengetahuan itu mereka gunakan benar – benar dengan maksud menyelesaikan pelayaran dengan selamat dan cepat. Mereka mampu antara lain mengubah arah dalam penggalan – penggalan pelayaran mereka sesuai dengan jenis alat angkut yang mereka gunakan dengan kondisi perairan.
Peranan Daratan sebagai Areal Kehidupan
walau diketahui peran laut sebagai prasarana daerah pesisir yang lebih lancar, namun orang – orang Maybrat Imian Sawiat juga membutuhkan daratan sebagai areal kehidupan. Daratan sebagai areal kehidupan yang mana menyediakan bahan hasil perkebunan. Karena walaupun mereka yang hidupnya di daerah pesisir yang mata pencahariannya adalah nelayan namun membutuhkan makanan berat seperti keladi, petatas, sagu dll.
Daratan merupakan tempat bercocok tanam bagi Suku Maybrat Imian Sawiat, walau ia seorang nelayan sekalipun.
Daratan dan Laut Sebagai Ruang Produksi
penggunaan daratan dan laut sebagai ruang produksi sudah sejak zaman kuno dikenal oleh Suku Maybrat Imian Sawiat baik yang sebagai petani bahkan nelayan. Bagi para nelayan sering mengembara jauh dari permukimannya. Jangkauan jauh seperti ini antara lain dituntun oleh pengalaman para pelaut berpengalaman tentang musim – musim penangkapan ikan tertentu dikawasan tertentu.
Bagi para petani, untuk mencapai suatu lahan terluas dalam berkebun, membutuhkan tenaga dan energi yang semangat, petani sering bekerja dengan kerajinan dan tenaga yang ia miliki. Bagi seorang calon petani hendaknya diajari tentang bagaimana memegang alat – alat kerja, karena jika sudah berpengalaman, maka ia akan sebagai orang yang berhasil dalam memprodusksikan hasil pertanian yang berlimpah.
Kehidupan Suku Maybrat Imian Sawiat yang berprofesi sebagai nelayan umumnya terisolasi dari kehidupan masyarakat didaratan. Namun demikian masyarakat Maybrat Imian Sawiat pada umumnya antara nelayan dan non nelayan hidup dalam satu wilayah kampung, namun ada kecenderungan pengelompokan permukiman menurut marga (familly) dan jenis pekerjaan mereka. Pergaulan para nelayan penangkap ikan cenderung terbatas dengan persediaan logistik. Pola makan para nelayan biasanya sangat sederhana, karena mereka terbiasa dengan persediaan logistik terbatas ketika mereka berlayar bila dibanding dengan pola makan para petani yang biasanya sangat banyak akan makanannya.
Mata Pencaharian
Salah satu system budaya appabolang yang mempengaruhi bentuk rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat adalah mata pencaharian dan situasi lingkungan.
Umumnya mata pencaharian yang mendominasi penduduk Maybrat Imian Sawiat adalah Bertani dan Memburu, sedangkan berikutnya adalah nelayan, yang setiap hari waktunya di kebun, hutan dan laut. Untuk petani berkebun, untuk pemburu di hutan untuk memburu babi, rusa dan tikus sedangkan untuk nelayan berada di laut untuk mencari ikan dan hasil perikanan lainnya. Sebagai petani, pemburu dan nelayan, hidup merekapun tidak jauh dari hutan dan laut bahkan huniannya berhubungan langsung dengan hutan bagi mereka yang matapencahariannya pemburu dan petani, dan bagi para nelayan huniannya berhubungan dengan laut. Hal ini tercermin pada bentuk tatanan huniannya ke arah laut bagi para nelayan yang berbaris disepanjang garis pantai, begitupun mereka yang di daratan yang mana bangunannya berorientasi pada arah jalan dan berhubungan langsung dengan alam bebas.
Bentuk tampilan seperti rumah gantung/rumah panggung, juga mempunyai hubungan erat dengan mata pencaharian mereka sebagai petani, pemburu dan nelayan. Dapat dilihat pada kolong rumah yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat – alat perburuan bagi para petani / pemburu sedangkan bagi para nelayan dapat dilihat bahwa kolong rumahnya difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat – alat perikanan seperti pukat, jarring dan lain – lain. Sedangkan bagian hunian yang berada di hamparan air, kolong rumahnya difungsikan sebagai sandaran atau parkiran perahu yang mereka gunakan sebagai alat transportasi.
Pola Hidup
Salah satu sistem budaya appabalong yang mempengaruhi bentuk rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat adalah pola hidup. Pola hidup di ekspresikan melalui tingkah laku manusia. Bahwa membangun sebuah rumah merupakan gejala budaya, maka bentuk pengaturan ini dipengaruhi oleh budaya lingkungan pergaulan dimana bangunan itu berada dan bentuk rumah bukan merupakan hasil kekuatan faktor atau faktor tunggal lainnya, tetapi merupakan konsekwensi dan cakupan faktor – faktor budaya dalam pengertian yang luas.
Budaya yang menyangkut perilaku manusia dalam kehidupan keseharian yang mewarnai kehidupan masyarakat Suku Maybrat Imian Sawiat adalah kebiasan masyarakat dalam menampung kayu bakar untuk keperluan masak dan penghangat tubuh. Keperluan akan suhu penghangat tubuh mempengaruhi akan bentuk dan kemiringan atap rumah tinggal yang cenderung sangat miring hingga bisa menutup dinding.
Kebiasaan masyarakat untuk mencuci, mandi, dan buang air di daratan sehingga pada huniannya tidak tersedia KM/WC. Serta perilaku anak- anak dalam bermain seperti kebiasaan bermain di hutan (memburu burung, tikus, babi, rusa dan telor maleo) bagi anak – anak yang hidup di daerah pegunungan sedangkan bagi anak – anak di daerah pesisir pantai dalam bermain kebiasaannya bermain di laut (berenang, menyelam, mancing, mencari kerang dan lain - lain), sehingga mengakibatkan tidak tersediannya open space di darat. Kebiasaan dan perilaku masyarakat tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi bentuk arsitektur di wilayah Maybrat Imian Sawiat.
Lingkungan Alam
Kerasnya lingkungan alam dan situasi kehidupan yang serba saling membunuh (perang-perangan), dapat menjadi tantangan utama yang menantang suku Maybrat Imian Sawiat untuk bertahan hidup. Sebagai masyarakat pegunungan yang seluruh hidupnya dihabiskan di kebun dan hutan, dan unutk masyarakt pantai yang menghabiskan hidupnya di laut, suku Maybrat Imian Sawiat mampu mengatasi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Untuk merespon keadaan alam dan situasi lingkungannya seperti terpaan gelombang, angin kencang, kelembaban yang tinggi, dan tekanan musuh, masyarakat suku Maybrat Imian Sawiat mengatasi dengan cara dan pengetahuan yang dimiliki oleh mereka.
Untuk mengatasi terpaan angin kencang sudah menjadi gejala alam di wilayah Maybrat Imian Sawiat. Untuk mengatasi hal tersebut, suku Maybrat Imian Sawiat membangun rumah dengan konstruksi dari kayu dan antara elemen satu dengan lainnya dikaitkan membentuk suatu struktur yang kaku, namun cukup elastis dan fleksibel. Sehingga apabila terjadi terpaan angin kencang, rumah dengan konstruksi kayu ini tidak akan roboh tapi hanya melenggang saja.
Angin kencang yang bertiup dari arah laut pada dini hari dan pagi hari, memaksa warga suku Maybrat Imian Sawiat khusunya dalam peralihan bentuk dan tampilan bangunan yang relatif tertutup. Bukaan – bukaan dibuat relatif kecil, dan jendela (bukaan) diganti dengan kisi – kisi untuk penghawaan dalam ruang.
Untuk mengatasi kelembaban yang cukup tinggi, berdasarkan pengalaman para warga, membuat tungku api dalam ruang tidur, karena dengan membuat tungku api dalam ruangan tidur maka adanya transformasi panas perapian dapat menghangatkan.
I. KEPENDUDUKAN DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT
MAYBRAT IMIAN SAWIAT
I .1 . Kependudukan
Jumlah dan Sebaran Penduduk
Penduduk sebagai salah satu komponen dalam suatu sisitem wilayah memiliki peranan yang penting sebagai subyek pelaku perubahan pemanfaatan ruang melalui berbagai kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hibupnya. Selain sebagai pelaku perubahan ruang, penduduk juga merupakan pihak yang akan memperoleh manfaat dari upaya – upaya penataan ruang. Dengan demikian dinamika kependudukan memiliki peranan yang penting sebagai obyek maupun dalam dinamikan perkembangan suatu wilayah.
Sebagai subyek pembangunan, potensi sumberdaya manusia di Suku Maybrat Imian Sawiat digunakan sebagai ujung tombak untuk mempercepat peningkatan ke arah kehidupan yang lebih baik. Semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia yang ada di wilayah Maybrat Imian Sawiat, yang mana sebagai motor penggerak yang mampu dengan cepat dalam proses peningkatan pengembangan pembangunan. Penduduk asli Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari 3 (tiga) suku besar dengan beberapa anak Suku, yaitu Suku Maybrat, beranak suku; May brat, May Ithe, dan May Maka. Suku Tehit, dengan anak suku; Imian, Sawiat, Saifi, Gemna, Nakna, Afsya dan Ogin. Suku Imeko, dengan anak suku; Inanwatan, Matemani, Kokoda.
Sampai dengan tahun 2006, penduduk Kabupaten Sorong Selatan berjumlah 51.514 jiwa yang tersebar di 14 distrik. Sebanyak 90% dari total jumlah penduduk Kabupaten Sorong Selatan adalah penduduk asli orang Papua, sedangakan sisanya 10% adalah penduduk non papua, antara lain etnis yang berasal dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Distrik – distrik yang memiliki penduduk paling banyak adalah distrik Kokoda yang merupakan daerah pantai dengan jumlah penduduk 8.158 jiwa yang merupakan 15,84%, dari total penduduk Kabupaten Sorong Selatan, kemudian distrik Teminabuan yang merupakan dataran rendah dengan jumlah penduduk 7.660 jiwa yang merupakan 14,87% dan distrik Ayamaru yang merupakan daerah dataran tinggi dengan jumlah penduduk 6.356 jiwa yang merupakan 12,34%. Sedangkan distrik yang memiliki penduduk paling sedikit adalah distrik Wayer dengan jumlah penduduk sebanyak 1.237 jiwa yang merupakan 2,40% dari total jumlah penduduk Kabupatn Sorong Selatan. Distrik Wayer merupakan pemekaran wilayah dari Distrik Teminabuan.
Jumlah Penduduk Kabupaten Sorong Selatan tahun 2004 - 2006
-
No
Distrik
2004
2005
2006
Jiwa
%
Jiwa
%
Jiwa
%
1
Inanwatan
3.858
7,86
3.970
7,85
4.030
7,82
2
Kokoda
7.036
14,33
7.242
24,33
8.158
15,84
3
Aifat Timur
1.896
3,86
1.952
3,86
1.562
3,03
4
Aifat
2.808
5,72
2.890
5,72
4.392
8,53
5
Aitinyo
3.976
8,10
4.092
8,10
3.404
6,61
6
Moswaren
1.703
3,47
1.752
3,47
1.683
3,27
7
Teminabuan
7.742
15,76
7.969
15,77
7.660
14,87
8
Ayamaru
6.214
12,65
6.394
12,65
6.356
12,34
9
Sawiat
2.962
6,03
3.048
6,03
2.593
5,03
10
Mare
1.712
3,49
1.761
3,48
1.859
3,61
11
Matemani Kais
1.845
3,76
1.899
3,76
2.523
4,90
12
Wayer
1.582
3,22
1.629
3,22
1.237
2,40
13
Seremuk
2.718
5,53
2.798
5,54
3.048
5,92
14
Ayamaru Utara
3.059
6,23
3.148
6,23
3.009
5,84
Kabupaten Sorong Selatan
100
Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 – 2007
Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan yang meliputi area daratan seluas 29.910 km², sampai dengan tahun 2006, memiliki kepadatan penduduk rata – rata sebesar 1,73 jiwa/km² yang artinya setiap kilometer persegi rata – rata dihuni 1,73 atau 2 jiwa. Kepadatan tertinggi dimiliki oleh Distrik Teminabuan sebesar 4,18 jiwa/km², sedangakan kepadatan terrendah dimiliki oleh Distrik Wayer sebesar 0,88 jiwa/km². Dengan demikian secara keseluruhan kepadatan penduduk diwilayah ini dapat dikatakan masih sangat rendah. Untuk lebih jelas mengenai sebaran penduduk dapat dilihat pada peta berikut.
I. 2. Sistem Sosial Suku Maybrat Imian Sawiat
Karakteristik sosial budaya
Awal perkembangan wilayah Maybrat Imian Sawiat dimulai dari Teminabuan, yaitu Kota yang terletak di tepi sungai Kaibus, yang mana sudah berkembang sebagai salah satu pusat perdagangan sejak zaman kesultanan Ternate – Tidore. Komoditi yang diperdagangkan adalah hasil alam dari papua seperti hasil hutan, sagu dan bulu burung. Sebelum kedatangan Belanda, perdagangan dengan system barter telah terjadi antara pedagang dari kerajaan ternate – Tidore tersebut menukarkan kain dan porselen untuk mendapatkan kayu, bulu burung dan sagu. Kerajaan Ternate dan Tidore selain berdagang juga mendapatkan hasil hutan dan budak dari daerah muara sungai Kaibus dan Waromge. Kerajaan Ternate dan Tidore menyisiri Wilayah Sorong Selatan dengan orang – orang FOC yang berpusat di Fak – fak, dan selanjutnya ke teminabuan dengan menggunakan jalur tradisional yang awalnya digunakan oleh orang Teminabuan dan Fak – fak dalam perdagangan anak. Ketika tiba di Teminabuan, mereka selanjutnya ke Distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat, disitulah awal orang Maybrat Imian Sawiat mengenal barang – barang pecah – belah (barang industri). Pada saat pencarian kayu, bulu burung dan sagu, FOC mempercayakan dua orang utusan yang pertamakali ke Teminabuan, mereka adalah : Taman Kiri dan Waranewi. Orang Patipi yang pertamakali membawa team ekspedisi ke Teminabuan, Ayamaru, Aitinyo dan Aifat.
Penyisiran dari daerah Teminabuan ke Ayamaru, Aitinyo dan Aifat menggunakan dua jalan yang berbeda yang mana Taman Kiri menyisiri lewat Sungai Kaibus Teminabuan dan Waranewi menyisiri lewat Sungai Waranggei (Sungai Waigo).
Setelah tiba di teminabuan, Taman Kiri mengangkat Frans Bessy sebagai Raja Teminabuan Taman Kiri selanjutnya dari Teminabuan ke Ayamaru melalui jalan Bormalit dan tiba di kampung wehali bertemu dengan Srarar sesa, yang mana di beri pangkat Kapitan Wehali (Kaptein Wehali), dan selanjutnya ke Kampung Sere bertemu dengan Hayafi Sagrim, yang mana diberi pangkat Kapitan Hamah (Kaptain Hamah), selanjutnya ke kampung Semogum bertemu dengan Bleskadit, yang diberi pangkat Kapitan simnyah (kaptain Siminyah) yang selanjutnya diserahkan kepada Lama Safkaur sebagai Kapitan Sauf (Kaptain Sauf), selanjutnya ke kampung Semasim bertemu dengan Wohreh Lemauk, yang diberi pangkat Kapitan Koma - Koma (Kaptain Koma - koma). Selanjutnya ke kampung Ayamaru bertemu dengan marga solossa yang diberi pangkat Raja Framu.
Sedangkan Warenewi ke Ayamaru melalui jalan Waigo dan ia pertamakali bertemu dengan marga Smur dan diberi pangkat raja kepada Usiah Tuan, karena ia sebagai orang pertama yang berjasa bertemu dan mampu berkomunikasi dengan Warenewi selanjutnya kepada Nati siri diberi pangkat raja waigo, selanjutnya ke kampung Arus bertemu dengan marga Kambu yang diberi pangkat Myor Arus (Mayor Arus), selanjutnya ke kampung kambuskato bertemu dengan marga Kambu yang diberi pangkat Myor Kambu (Mayor Kambu) selanjutnya ke kampung Kambuaya bertemu dengan marga Kambuaya yang diberi pangkat Raja Kambuaya dan selanjutnya ke Ayamaru bertemu dengan temannya Taman Kiri.
Masyarakat asli papua pada waktu itu menganggap kerajaan Ternate – tidore sebagai pusat kekayaan, sehingga kain dan porselen yang didapatkan dianggap sebagai lambang kekayaan, sebagai tanda status sosial yang tinggi bagi suku Maybrat Imian Sawiat yang di sebut (bobot). Bahkan sampai saat ini masih dapat ditemui dibebrapa wilayah.
Pemerintah Hindia belanda masuk ke Teminabuan pada tahun 1917, hingga 1920. pada tanggal; 27 Januari 1927, agama Kristen Masuk ke Teminabuan dibawa oleh dua orang penginjil dari Kepulauan Maluku yaitu : Matatula dan Yotlely, didampingi oleh pendeta J. Wetstein. Pemerintah Hindia belanda membangun lembaga pendidikan tingkat SD pada tahun 1930. pada massa pendudukan Jepang, Jepang mengambil alih sekolah – sekolah tersebut. Ketika Pemerintah Belanda merebut kembali pada tahun; 1950, berturut – turut didirikan sekolah YVVS pada tahun 1950, dan sekolah gadis MVVS pada tahun 1956 – 1957. sekitar tahun 1954 – 1955, Belanda Memindahkan pusat pemerintahan untuk wilayah kepala burung bagian selatan dari Ayamaru ke Teminabuan hingga saat ini masih dapt ditemui sisa – sisa bangunan Arsitektur Kolonial yang digunakan pemerintahan Belanda di kedua tempat tersebut.
Etnis
Suku asli yang mendiami Kabupaten Sorong Selatan Terdiri dari 3 (tiga) suku yang terdiri dari beberapa anak suku. Pertama, suku Maybrat, dengan anak suku May Yah, May Ithe, dan May Maka, yang mendiami daerah bagian tengah, utara, timur yaitu Mare, Ayamaru Utara, Ayamaru, Aifat, Aifat Timur, Moswaren dan Aitinyo.
Kedua, Suku Tehit, dengan anak suku Sawiat, Imian, Saifi, Gemna, Nagna, Afsya dan Ogin, yang mendiami daerah tengah dan barat yaitu; Sawiat, Seremuk, Teminabuan, dan Wayer.
Ketiga, suku Imekko, dengan anak suku Inanwatan, Matemani, Kokoda dan Ras yang mendiami daerah selatan yaitu; Kais, Inanwatan dan Kokoda. Dari ketiga suku berikut, suku Maybrat adalah Suku terbesar dengan Sebaran paling luas di Kabupaten Sorong Selatan. Keragaman suku di Kabupaten Sorong Selatan mengakibatkan banyak ragam budaya dan kesenian seperti seni dan bahasa, yang dalam langgam, sebutan, dan arti yang berbeda - beda.
Masyarakat suku Maybrat Imian Sawiat mengenai struktur yang dapat diidentifikasi dengan stratifikasi sosial yaitu :
Bobot adalah orang terhormat ditengah masyarakat, sekaligus merupakan strata social teratas. Mereka inilah bangsawan – bangsawan Suku Maybrat Imian Sawiat.
Raja adalah pimpinan tertinggi masyarakat sekaligus merupakan strata sosial teratas, bersamaan dengan Bobot. Mereka ini diangkat dari keturunan Bobot dan mereka inilah juga adalah bangsawan – bangsawan Suku Maybrat Imian Sawiat.
Raa win / Na wofle, adalah Guru – Guru atau Penginjil Theolog tradisional. Mereka yang dianggap sebagai penyelamat atau tabib, mereka dianggap sebagai orang terhormat dan suci yang termasuk dalam stratifikasi dibawah Bobot dan Raja.
Raa kinyah, adalah golongan rayat biasa.
Dewasa ini suku Maybrat Imian Sawiat banyak berasimilasi melalui perkawinan antara suku Maybrat dengan Suku Imian dan Suku Sawiat bahkan Sebaliknya dan juga dengan Suku dan Bangsa lain di luar Suku mereka seperti : Manado, Jawa, Jayapura, Merauke, Serui, Batak, Kupang, Flores, Manokwari, Biak dll.
Kebudayaan lahir dan berkembang sebagai hasil proses adaptasi manusia terhadap linkungan, baik sekitarnya, baik dalam arti biologi maupun bentang alam dan kondisi sosial tertentu. Ini berarti kebudayaan manusia dapat berbeda – beda sesuai dengan perbedaan lingkungan sekitar dimana manusia itu sendiri turut berperan.
Dalam ratusan tahun, Suku Maybrat Imian Sawiat mendiami daerah pegunungan dan pesisir pantai Kabupaten Sorong Selatan. Kemudia berkembang serta menyebar hampir keseluruhan Papua dan Nusantara bahkan keluar negeri.
Dalam hubungan dengan kapitan – kapitan atau raja (bobot) serta kepala suku lampau, mereka sangat mengagumi, patuh dan taat kepada pemimpin mereka. Oleh karena itulah Suku Maybrat Imian Sawiat memiliki Sosial Budaya Masyarakat yang kelihatan semakin ramah, aman dan serasi ketimbang kehidupan mula – mula mereka. Untuk lebih jelasnya mengenai persebaran etnis, berikut dapat lihat pada peta sebaran etnis berikut :
I. 3. Sistem Religi dan Kepercayaan
Agama
Bagi suku Maybrat Imian Sawiat merupakan suatu Etnik (ras) yang penduduknya mayoritas beragama Kristen Protestan yang berkisar 81,95%, kemudian agama Islam yang berkisar antara 12,04% sedangkan agama Kristen Katolik berkisar 5,97%. Proporsi tersebut terkait dengan penyediaan fasilitas peripadatan yang ada. Berikut lihat tabel persentase penduduk menurut agama tahun 2006.
Persentase Penduduk Menurut Agama tahun 2006
-
No
Agama
Jumlah
1
Islam
12,04
2
Kristen Protestan
81,95
3
Kristen Katolik
5,97
4
Hindu
0,02
5
Budha
0,01
6
Konghucu
0,01
7
Lainnya
0
Bagi suku Maybrat Imian Sawiat umumnya memiliki kepercayaan akan Allah Injili Moderen, namun dalam pra-kehidupan moderen mereka masih menyimpang adanya kepercayaan akan Allah ilmiah, dimana proses pendidikannya diterapkan dalam sekolah theologia natural yang disebut Wyion – Wofle . bagi suku Maybrat Imian Sawiat umumnya percaya bahwa Wyion – Wofle adalah Allah mereka, yang mempunyai kemampuan supranatural atas alam semesta. Mereka percaya bahwa Allah ilmiah mereka memiliki rahasia – rahasia dan dalam berhubungan ataupun mengetahui serta memanfaatkan rahasia – rahasia atau lebih tepat dikatakan syariat, Masyarakat Maybrat Imian Sawiat harus menyerahkan dirinya untuk di didik dalam ajaran theology natural sehingga mereka mampu mengetahui bahasa – bahasa atau etik – etik tertentu dalam berhubungan langsung dengan Allah ilmiah mereka. Bagi mereka yang telah menyerahkan diri untuk diajar akan dipanggi dengan nama Raa wyion – Na Wofle yang berarti Guru theology Natural, sedangkan seorang guru besr /guru kepala adalah Raa bam – na tmah.
Pada zaman lampau kehidupan suku Maybrat Imian dan sawiat masih cenderung dengan kepercayaan dan pendidikan tradisional. Dalam agama tradisional (Natural theology) / sekolah tradisional (traditional study), apabila seorang murid yang dibawa ke rumah sekolah (kwin), telah menjadi tradisi bagi keluarganay membawa persembahan berupa : makanan Keladi, pisang, tebu dan harta benda dan lain sebagainya.
Dalam proses pendidikan, seorang murid dilarang untuk melakukan hal – hal najis seperti membicarakan hal – hal kotor, mengomel, ribut serta tidak taat terhadap aturan – aturan yang ada. Dalam proses berpendidikan, semuanya berpuasa dalam belajar hingga waktu yang sudah ditentukan. Setelah selesai menjalani pendidikan selama 3 bulan, murid – murid tersebut akan di bawa ke lingkungan mereka untuk di uji (sana win) oleh guru mereka, jika murid yang mampu maka mereka sah sebagai murid yang lulus (wyion tna). Jika semua aturan yang diterapkan tidak di jalankan maka murid tersebut tidak lulus bahkan dianggap tidak berguna lagi (ytah koom). Setelah itu murid – murid tersebut akan dijemput oleh keluarga mereka masing – masing dengan upacara dan berarak – arakan merayakan kesuksesan anak mereka.
Bahasa dan Seni
Bahasa (lisan) yang dipergunakan tampaknya mempunyai gaya tersendiri karena tidak memadukan sistem tata bahasa dari etnis lain. Hal tersebut dapat dimengerti mengingat suku Maybrat Imian Sawiat merupakan suku bangsa yang bukan pengembara jarak jauh (long leave), namun pengembaraan mereka hanya merupakan pengembaraan jarak pendek (short leave). Pengembaraan jarak pendek yang dimaksud adalah pengembaraan dalam mengejar nafkah, sehingga segala sesuatu yang dimiliki termasuk bahasa mereka tidak berupa bahasa campuran yang tercipta secara efohesi. Dari segi aksara, tetap mengikuti aksara bahasa masing – masing, yaitu Bahasa Maybrat, tetap mengikuti aksara Suku Maybrat, Suku Sawiat, tetap mengikuti aksara Suku Sawiat, Suku Imian, tetap mengikuti aksara Suku Imian. Namun dalam bahasa maybrat memiliki tiga langgam bahasa yang masing – masing memiliki dialek yang berbeda, yaitu untuk sub suku maybrat seperti May Yah, langgam bahasanya terdengar halus dan lambat, untuk sub suku maybrat seperti may Ithe, langgam bahasanya terdengar agak tegas, dan untuk suku May brat (May uu), langgam bahasanya terdengar tegas dan tegas. Namun untuk bahasa imian dan sawiat masing – masing dengan langgam bahasa dan sebutan serta arti yang berbeda – beda baik antara suku imian dan sawiat bahkan dengan suku maybrat.
Tidak disangkal bahwa manusia ikut dibentuk oleh situasi sekelilingnya. Demikian unsur seni Suku Maybrat Imian Sawiat pada umumnya terbentuk seirama dengan lingkungannya sebagai kelompok yang hidup didaratan dan pesisir. Nada suara umumnya tegas dan tinggi, mengingat keengganan mereka yang selalu dalam mejelajahi hutan dan laut yang homogen dan sangat luas sehingga sering memisahkan jarak antara anggota yang satu dengan anggota lainnya menjadi berjauhan, kadang juga bisa hilang karena kurang menguasai lokasi perburuan mereka.
Kesenian yang ditonjolkan adalah :
Seni musik, diantaranya adalah Biola (krombi), tebuat dari bahan Bambu yang kulitnya di gunakan sebagai String / snar dan sumpit + kain sebagai alat gesek /dawai (tref). Suling /seruling , terbuat dari bambu. Tifa, (ain dan toke) terbuat dari bahan Kayu dan kulit Rusa.
Biola (Krombi) Alat gesek/ Dawai (treef)
Suling / Seruling Tifa besar (Ain) Tifa kecil (Toke)
Element teater yang juga sekaligus dapat menjadi tempat pertunjukkan adalah panggung hiburan (Taro). Bentuk Panggung hiburan atau Taro yang dimiliki oleh Suku Maybrat Imian Sawiat biasanya dibangun dengan kemiriban stadion, yang mana pada bagian- bagian sisinya lebih tinggi sebagai tempat duduk para pengunjung/penonton daripada areal melakukan pertunjukkan. Bangunan theater/arena pertunjukkan ini biasanya tidak dibangun menetap namun biasanya dibangun bilamana adanya kegiatan – kegiatan tertentu yang berkaitan dengan seni tari seperti : Berdansa (B’sioh), Serar, yosim dan menari (mwi bowi). Kesemuanya disertai dengan gerakan serta berbusana tarian sesuai dengan sifat tarian tersebut. Berikut lihat gambar :
Gambar : Elemen Teater /Panggung hiburan Tradisional
Suku Maybrat Imian Sawiat (Taro)
Sandaran tribon nonton
Arena pertunjukan Pengunjung / Penonton
Tribun / tempat duduk
Pengunjung / penonton
Seni suara, umumnya disertai dengan suara.
J. ARSITEKTUR MAYBRAT IMIAN SAWIAT DAN KEBUDAYAAN
J . 1. Pengertian Budaya
Kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta “buddhayah” bentuk jamak dari “budhi” dengan arti budhi atau akal, karenanya kebudayaan dapat diartikan dengan segala hal yang bersangkutan dengan akal. Budaya dapat pula berarti sebagai hasil pengembangan dari kata majemuk budi dan daya, yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa.
Selanjutnya kebudayaan bila ditinjau dari ilmu Antropologi, adalah keseluruhan dari sistem gagasan, tindakan pola hidup manusia dan karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan sebagai pemilik dari manusia dengan belajar. hampir keseluruhan tindakan manusia adalah kebudayaan.
Menurut ilmu Arsitektur, manusia yang memiliki budaya membangun adalah manusia yang berbudaya mencipta, orang yang berjiwa seni, orang yang berjiwa merancang, orang yang berjiwa perencana.
Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, antara lain yang berupa tindakan naluriah, beberapa refleksi, beberapa tindakan akibat proses psikologi, tindakan dalam kondisi tidak sadar, tindakan dalam membabi buta, bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang dibawa oleh manusia dalam genetik semenjak lahirnya juga telah dirombak olehnya menjadi tindakan kebudayaan.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya adalah perangkat model – model pengetahuan yang secara efektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan – tindakannya. Dalam pengertian ini kebudayaan adalah suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang kegunaan operasionalnya dalam hal ini adalah manusia mengadaptasi diri dengan menghadapi lingkungan – lingkungan tertentu (fisik, alam, sosial dan kebudayaan) untuk mereka dapat tetap melangsungkan kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Karena itu seringkali kebudayaan juga dinamakan sebagai “blueprint” atau desain menyeluruh dan kehidupan.
J. 2. Wujud Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat dan Kebudayaan.
Pada hakekatnya Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat merupakan pencerminan kehidupan yang mana menggambarkan jati diri manusia Maybrat Imian Sawiat yang ditampilkan dalam meramu rumah mereka, termasuk didalamnya antara lain : kehidupannya, sosialnya, ekonomi – spiritual dan budayanya. Dengan demikian Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan salah satu artefak dari jejak perjalanan hidup Suku Maybrat Imian Sawiat. Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan suatu ciri (idea), konsep, kaidah, prinsip, yang merupakan dasar pengolahan batin pikiran dan perasaan mereka dalam mencipta dan berkarya.
Pada dasarnya arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat sudah mampu memenuhi tuntutan kebutuhan akan Arsitektur yaitu :
Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan Manusia.
Mengembangkan kehidupan Manusia untuk lebih bermakna
Membuat kehidupan Penghuni lebih nyaman
Dapat dikatakan bahwa Suku Maybrat Imian Sawiat juga memiliki lima jenjang kebutuhan terpenting dalam hidup mereka yaitu :
Physiological needs atau survival needs, adalah kebutuhan yang menduduki peringkat terbawah yang merupaka kebutuhan dasar manusia. Jenjang kebutuhan ini berisi kebutuhan – kebutuhan manusia yang berkaitan dengan alam dan keberadaannya sebagai manusia, yaitu kebutuhan akan makanan, kebutuhan akan tempat tinggal, dan teks.
Safety needs atau security needs, adalah jenjang kebutuhan yang kedua berisi kebutuhan – kebutuhan yang berkaitan dengan keamanan, agar dirinya merasa aman dan terlindung dari setiap gangguan.
Social needs, atau belonginess needs, adalah jenjang kebutuhan yang ketiga yang berisi kebutuhan – kebutuhan manusia berkaitan dengan kedudukannya sebagai anggota masyarakat, sebagai makhluk social yang akan berinteraksi – interelasi dan berinapendensi dengan anggota masyarakat lainnya.
Esteem needs atau ego needs, adalah jenjang kebutuhan yang keempat yang berisikan kebutuhan – kebutuhan Manusia akan penghargaan yang didasarkan pada keinginan untuk mendapat kekuasaan (power needs). Pada dasarnya ingin dihargai dan keinginan inilah yang menghasilkan kebutuhan manusia akan penghargaan tersebut.
Self actualization needs atau self Fulfillment needs, jenjang kebutuhan ini berisikan kebutuhan manusia agar dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya dengan sepenuhnya. Kebutuhan ini merupakan ciri hakiki manusia umumnya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan – kebutuhan mereka, oleh karena itu arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat bukan hanya menyngkut masalah fungsionalitas saja, bukan hanya diperuntukan sebagai wadah kegiatan mereka belaka, dan tidak hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan fisiologik. Perwujudan arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat tidak hanya berlandaskan pada asas fungsionalitas atau kegunaan saja, walaupun asas ini cukup dominan, akan tetapi tidak akan menjadi asas satu – satunya ataupun penentuan didalam perwujudan hasil – hasil karya arsitektur.
Perwujudan Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat tidak hanya menyangkut aspek – aspek fungional saja, melainkan menyangkut seluruh aspek kebutuhan didalam kebutuhan Manusia Maybrat Imian Sawiat. Perwujudan arsitektur yang mengandung nilai – nilai manusiawi.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan manifestasi dari nilai –nilai budaya, yang mana ditentukan oleh lima masalah didalam kehidupan mereka yaitu : hakekat hidup, hakekat karya, persepsi mereka tentang waktu, pandangan mereka tentang alam dan hakekat mereka dengan sesamannya.
Kelima masalah dasar ini banyak berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan alami maupun lingkungan fisik mereka yang mana terbangun dengan lingkungan sosial. Dua masalah yang berkaitan dengan masalah lingkungan mereka yaitu pandangan mereka tentang alam, dan hakekat mereka dengan sesamanya. Kedua masalah ini akan menentukan orientasi nilai budaya mereka terhadap alam dan sesama mereka, yang kemudian direfleksikan kedalam wujud arsitekturalnya.
Berkaitan dengan sikap dan orientasi Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap alamnya, mereka telah mengalami peradaban dalam kebudayaan mereka yaitu :
Pancosmism, merupakan fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat tunduk kepada Alam dan Merasa mereka adalah bagian dari alam. Hal ini merupakan kecenderungan kehidupan mula – mula nenek moyang mereka yang mana tidak mampu dalam mencipta segala sesuatu bagi mereka, termasuk membangun suatu tempat tinggal (rumah) bagi mereka. Hal ini cenderung mendorong nenek moyang mereka menjadi bersikap pasrah terhadap kondisi alam.
Anthropocentries, merupakan fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat dengan kemampuannya menguasai alam dan merasa berkuasa atas alam sekitar mereka. Eksploitasi alam ini mendorong terjadinya kerusakan – kerusakan lingkungan alam disekitar permukiman mereka.
Holism, merupakan tahapan atau fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat mampu menyelaraskan kehidupan dan aktifitasnya dengan alam sekitar. Dalam mendaya gunakan lingkungan alamny, Suku Maybrat Imian Sawiat juga mampu memperhatikan daya dukung akan alam sekitar mereka sehingga kelangsungan aktifitas mereka tetap berlangsung.
Pandangan – pandangan Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap situasi dan alamnya memiliki pengaruh yang sangat besar bagi wujud Arsitektural mereka. Ketergantungan Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap situasi dan alam termanifestasi kedalam wujud arsitekturnya yang sangat tergantung pada karakter – karakter alam dan situasi lingkungan sekitar. Hasil karya Arsitektur Tradisional mereka cenderung mengandung makna ketakutan mereka akan alam dan kehidupan mereka dan terhadap alamnya yang berkaitan dengan masalah – masalah mistis ataupun kekuatan – kekuatan ghaib dan kekuatan musuh yang berada diluar diri mereka. Keinginan mereka untuk menguasai alam membuat mereka cenderung berupaya untuk mengeksploitasi alam sekitar. Hasil – hasil karya Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat menjadi sangat jauh dari lingkungannya lepas dari lingkungan alamiahnya. Keselaransan dengan alam, Suku Maybrat Imian Sawiat cenderung mencari pertautan dengan lingkungan mereka. Kekuatan – kekuatan lingkungan dan alam sekitar tidak lagi dikaitkan dengan kekuatan Theologi kristiani. Alam merupakan faktor – faktor yang dipertimbangkan bagi usaha – usaha mereka.
J. 3. Aspek Sosial Budaya Suku Maybrat Imian Sawiat Pesisir dan Pegunungan
Suku Maybrat Imian Sawiat melengkapi diri mereka dengan kebudayaan, yaitu perangkat pengendali berupa rencana, aturan, resep dan instruksi yang digunakan oleh mereka untuk mengatur terwujudnya tingkah laku dan tindakan tertentu. Dalam pengertian ini, kebudayaan mereka berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi lingkungan. Kebudayaan Suku Maybrat Imian Sawiat yang cenderung adalah bukanlah sesuatu yang dibawah bersama semenjak kelahiran, melainkan diperoleh melalui sosial kehidupan sehari – hari mereka. Berikut beberapa aspek budaya yang sangat kental dimiliki Suku Maybrat Imian Sawiat adalah :
Budaya Berbahasa :
Untuk Suku Maybrat berbahasa Maybrat
Suku ini Mendiami Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat, Teminabuan dan sebagian Sawiat.
Untuk Suku Imian berbahasa Imian
Suku Ini mendiami distrik Imian Sawiat, Teminabuan.
Untuk Suku Sawiat berbahasa Sawiat
Suku Ini Mendiami Distrik Imian Sawiat, Teminabuan dan sebagian Maybrat.
Untuk budaya penggunaan bahasa, bagi masing – masing suku tersebut memiliki perbedaan bahasa begitu mencolok, misalnya dari sebutannya, dialeknya dan artinya. Bagi kehidupan sosial dalam berhubungan interrelasi antar mereka, yang bisa secara gamblang mampu menggunakan dua bahasa adalah mereka yang hidupnya tepat pada perkampungan yang letaknya berbatasan antara satu distrik dengan bahasa berbeda dengan distrik yang lain. Seperti kampung Sauf, Soroan, Mahajan, Segior, Sengguer, Keyen, Moswaren dan boldon yang mana letak kampungnya berbatasan langsung antara Suku Maybrat yang menggunakan bahasa Maybrat dan Suku Sawiat yang menggunakan Bahasa Sawiat sehingga mereka mampu menguasai kedua bahasa tersebut. Sedangkan Kampung Wehali, Tehit, Imian, Sawiat berbatasan langsung dengan Suku Maybrat yang berbahasa Maybrat dan Suku Imian yang menggunakan bahasa Imian dan Suku Sawiat yang menggunakan bahasa Sawiat.
Secara sederhana Suku Maybrat Imian Sawiat adalah merupakan manusia yang mendiami daerah pesisir dan pegunungan yang berkumpul sekelompok orang yang kehidupan mereka tergantung pada laut bagi kelompok yang mendiami daerah pesisir, dan tergantung pada pertanian bagi kelompok yang mendiami daerah pegunungan. Yang mana terungkap bahwa Suku Maybrat Imian Sawiat berada dalam kehidupan budaya bertani dan nelayan atau kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas dari suasana lautan dan daratan.
Selain kehidupan yang sederhana, masyarakat maybrat imian sawiat mampu menciptakan berbagai macam kelengkapan akan kebutuhan hidupnya antara lain adalah :
Buday berbusana
Kehidupan mula – mula orang maybrat imian sawiat, sudah mengenal adanya busana, yang mana busana – busana tersebut memiliki perbedaan – perbedaan antara busana kaum laki – laki dan busana kaum perempuan.
Bagi kaum perempuan, busananya terbuat dari bahan rerumputan (biyait) + kain selendang (boyan). Sedangkan untuk kaum laki – laki, busananya terbuat dari kulit kayu yang di gunakan sebagai cawat/cedaku (git mboh) + kain/selendsng yang juga sebagai cawat atau cedaku (git boyan).
Gambar : wanita dengan busana tradisional Gambar : laki – laki dengan busana
yang di pakai tradisional yang dipakai
Budaya mencipta
Sero -- (wata)
Sero atau wata adalah salah satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam menangkap ikan, udang serta hewan – hewan yang hidup di sungai. Sero (wata) terbuat dari bahan gagar / palem hutan yang mana diramu sedemikian hingga menjadi sebuah alat penangkapan yang cukup memuaskan pada kehidupan mereka.
Gambar : sero (wata)
Ukiran
Dalam perkembangan sejarah manusia, bahwa kehidupan manusia pertama itu berkembang dengan menggunakan naluri masing – masing yang tidak jauh dari lingkungan kehidupannya. Mungkinsaja pikiran pokok mereka pada waktu itu adalah “bagaimana ia mendapat makanan dan bertahan hidup”. Manusia Maybrat Imian Sawiat berkembang dalam pola demikian, bagi orang maybrat imian sawiat tidak hanya ia berpikir dinamis tetapi statis, pemikiran mereka selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan akan waktu dan tempat.
Pemikiran dan daya pikat manusia pertama yang berkembang dari nol hingga menjadi pemikiran akan kemenangan yang menjadikannya menjadi kuat dan menang terhadap alamnya yang buas. Bagaimanapun perkembangan akal pikiran manusia pertama bisa dibilang terbentuk oleh situasi sekitarnya, misalnya seperti : ketika manusia itu menemukan alat pemotong seperti kapak batu, mungkin saja kita berpikir itu mrupakan cara kebetulan dimana dengan secara tidak sengaja ia memecahkan batu yang menjadi tajam yang selanjutnya ia jadikan sebagai kapak. Namun bila ditelaah seksama, manusia pertama itu terpaksa menciptakan kapak dari batu agar difungsikan sebagai alat yang mampu memotong pohon, kayu dan tumbuh – tumbuhan yang tidak mungkin bisa dipatahkan dengan menggunakan tangan biasa. Atau juga pentungan dan tombak, merupakan hasil karya manusia itu sendiri karena ia diperhadapkan dengan hewan – hewan buruan yang mana tidak mungking dihadapai dengan menggunakan tangan kosong. Mau atau tidak mau mereka harus mampu berpikir bagaimana harus mampu mnciptakan sesuatu yang bisa membantu dalam menghadapi kesulitan – kesulitan yang ada, sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia itu berkembang dari yang tidak memiliki apa – apa menjadi manusia yang kuat dan menang (from sero to herro)
Manusia Maybrat Imian Sawiat tidak hanya memikirkan bagaimana ia bisa makan dan bertahan untuk hibup, tetapi mereka juga mampu menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan mereka seperti: busana, Bahasa, rumah, ukiran dan lain sebagainya. Berikut sebagai hasil seni manusia Maybrat Iman Sawiat itu sendiri berikut pada gambar dibawah ini.
Gambar : ukiran – ukiran dari kayu oleh orang Maybrat Imian Sawiat dahulu.
Payung tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat koba – koba
(A’am - Hatik)
Payung tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat (A’am - Hatik), adalah salah satu alat kelengkapan hidup yang dimiliki oleh orang – orang Maybrat Imian Sawiat. Payung tradisional ini terbuat dari bahan alami yaitu ; Daun koba – koba (a’am) sejenis tumbuhan pandanus, yang mana disulam menjadi koba - koba – payung.
Dalam fungsinya koba – koba / Payung tradisional ini tidak hanya sebagai payung, namun juga bergfungsi sebagai tastangan yang bisa diisi barang – barang bawaan. Namun bila hujan, koba – koba digunakan sebagai payung, apabila tak ada hujan maka digunakan sebagai tas / noken.
Gambar : Payung /koba – koba (A’am - Hatik) tanpa di pakai
Gambar : Payung / koba – koba
(A’am - Hatik) dengan tali pegangan bila dipakai
sebagai pengganti tas/noken
Pengetahuan atau konsepsi Suku Maybrat Imian Sawiat yang berkaitan dengan daratan dan perairan adalah sebagai sarana kehidupan dan perhubungan bahkan sebagai ruang produksi.
ASPEK GEOFISIK WILAYAH.
K . 1. geofisik wilayah pesisir
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara daratan dan laut, dengan batas kearah darat meliputi bagian daratan baik yang kering bahkan yang terendam air, yang masih mendapat pengaruh sifat – sifat laut dan pegunungan seperti angin, pasang surut laut, perembesan air laut, kekeringan, dan hutan belantara yang mana ciri – ciri heterogenitas alam masih dipengaruhi oleh alam seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Dinamika wilayah pesisir secara fisik depengaruhi oleh parameter lingkungan – lingkungan fisik yang menyebabkan wilayah pesisir terutama berbentuk pantai yang selalu berubah – ubah sepanjang waktu. Karakteristik wilayah pesisir ini dibentuk oleh parameter lingkungan fisik seperti pasang surut, arus laut, gelombang, angin,salinitasi, suhu dan perubahan muka air. Fenomena ini memberi kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan laut sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisik perairan yang berbeda – beda sebagaimana berikut :
Pasang Surut air laut
pasang surut adalah proses naik turunnya muka air laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda – benda angkasa terutama bulan dan matahari. Naik turunya air laut dapat terjadi sekali sehari (pasang – surut tunggal), atau dua kali sehari (pasang surut ganda), sedangkan pasang surut yang berperilaku diantara keduanya disebut sebagai pasang surut campuran. Para nelayan Suku Maybrat Imian Sawiat Pada wilayah pesisir Teminabuan mengenal adanya pasang surut campuran, condong ke harian ganda (mixed diuarnal tide) terjadi duakali pasang dan duakali surut dalam sehari.
Catatan arus pasang surut terkuat pada daerah air laut Kabupaten Sorong selatan dapat mencapai 1,5 - 2,5 m/detik, pada saat pasang purnama dan dilaut terbuka kekuatan pasang surut kurang dari 1,5 m/detik.
Gelombang Laut
gelombang ditemukan dipermukaan laut pada umumnya terbentuk karena adanya proses alih energi dari angin ke permukaan laut, atau pada saat – saat tertentu disebabkan oleh gempa dasar laut. Gelombang ini merambat ke segala arah membawa energi tersebut yang kemudian dilepaskannya ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Rambatan gelombang ini dapat menempuh jarak ribuan kilometer sebelum mencapai satu pantai akan mengalami satu pembiasan (refraction), dan akan memusat (comvergence) jika mendekati semenanjung, akan menyebar (divergence) jika menemui cekungan. Disamping itu gelombang yang menuju ke perairan dangkal akan mengalami spilling, plunging, collapsing atau surging. Semua fenomena yang dialami gelombang tersebut pada hakekatnya desebabkan oleh keadaan topografi dasar lautannya (see bottom topography).
Suhu Air
Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari, posisi matahari, letak geografis, musim, kondisi awan, serta proses interaksi antara air dan udara, seperti alih panas (hot), penguapan dan hembusan angin. Suhu air laut di Indonesia secara umum berkisar antara 26 - 19°c karena perairan Indonesia dipengaruhi angina musim, maka sebaran permukaan lautnya pun mengikuti perubahan musim. Di kawasan pesisir Kabupaten Sorong Selatan, suhu berkisar 28 - 29°c, musim timur berkisar antara 26 - 28°c.
Angin
Angin merupakan parameter lingkungan terpenting sebagai gaya penggerak dari aliran skala besar yang terdapat baik di atmosfer maupun lautan. Gelombang merupakan produk penting yang dihasilkan oleh angin. Demikian juga deretan bukit pasir (sand dones) yang ditemui dipantai – pantai yang penting bagi perlindungan pantai.
Angin merupakan gerakan udara dari tempat bertekanan udara tinggi ketempat yang bertekanan udara rendah. Di wilayah pesisir pantai, angin lokal yang dikenal dengan angin darat dan angin laut kadang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk melaut untuk menangkap ikan dan ke darat. Berhembusan angin darat, (dari darat ke laut) pada malam hari dan angin laut (dari laut ke darat) pada siang hari disebabkan oleh perbedaan panas antara daratan dan laut. Pada siang hari permukaan daratan lebih cepat panas akibat udara diatas permukaan daratan menjadi panas dan memuai serta mudah naik keatas. Kekosongan udara didekat daratan akan diisi oleh udara dari laut yang suhunya lebih rendah. Angin laut pada jam 9.00 – 1.00 pagi, sedangkan angin barat terjadi sekitar jam 17.00 – 19.00 sore, dengan kekuatan rata – rata 2,5 – 3,5 m/detik.
Gambar : Angin laut terjadi pada siang hari
Gambar : Angin darat terjadi pada malam hari
K. 2. Geofisik wilayah pegunungan
Wilayah daratan adalah daerah yang meliputi daratan kering bahkan yang terrendam air sungai, yang mana mendapat pengaruh sifat – sifat dataran tinggi seperti angin, curah hujan, panas matahari dan kemiringan lereng perbukitan.
Dinamika wilayah pegunungan Maybrat Imian Sawiat dipengaruhi oleh parameter manusia yang menyebabkan wilayah pegunungan yang dengan heterogenitas hutannya yang utuh menjadi rusak (gundul) dan tercemar karena ulah manusia. Karakteristik wilayah pegunungan ini dibentuk oleh parameter lingkungan fisik dan makhluk yang ada, seperti burung dan hewan lainnya yang setelah memakan buah pohon setelah melewati daerah pegunungan yang begitu terbakar dan gundul tanpa pohon, ia meninggalkan kortoran biji pohon yang mana bertumbuh kembali, angin, tanah yang menyimpang akar sehingga bertumbuh kembali suatu saat.
GEOGRAFI DAN FISIK WILAYAH
L . 1. Letak geografi
Suku Maybrat Imian Sawiat adalah suku yang berada di wilayah Kabupaten Sorong Selatan Papua. Kabupaten Sorong Selatan terletak dibagian barat pulau papua. Secara geografis, Kabupaten Sorong Selatan terletak pada posisi 131° 42¹ 0”BT - 132° 58¹ 12”BT dan 0° 55¹ 22” LS - 2° 17¹ 24” LS. Kabupaten Sorong Selatan yang luasnya sekitar 1.321.189,39 ha (berdasarkan peta), berbatasan dengan wilayah :
Sebelah utara berbatasan dengan Distrik Moraid dan Distrik Fef (Kabupaten Sorong)
Sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Kebar (Kabupaten Manokwari), Distrik Moskona Utara, Distrik Moskona Selatan dan Distrik Aranday (Kabupaten Teluk Bintuni)
Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Teluk Bintuni dan Laut Sram
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram, Distrik Beraur dan Diastrik Makbon Kabupaten Sorong.
L . 2. Administrasi Wilayah
Luas kabupaten Sorong Selatan tercatat 29.810 km², saat ini terbagi menjadi 14 distrik yang sebelumnya 10 distrik. Wilayah distrik terluas adalah distrik Inanwatan, yaitu seluas 4.234 km² (14,2%), sedangkan wilayah terkecil adalah distrik Ayamaru utara, yaitu seluas 1.071 km² atau 3,59% dari luas kabupaten Sorong Selatan. Luas masing – masing distrik di Kabupaten Sorong Selatan termuat dalam table berikut:
Tabel Luas Wilayah Kabupaten Sorong Selatan Per Distrik tahun 2004
-
No
Distrik
Luas Area (km²)
Persentase (%)
1
Inanwatan
82.986,56
6,28
2
Kokoda
115.534,54
8,74
3
Aifat Timur
193.930,38
14,60
4
Aifat
262.499,01
19,87
5
Aitinyo
71.768,71
5,43
6
Moswaren
88.438,76
6,69
7
Teminabuan
90.604,40
6,86
8
Ayamaru
58.549,30
4,43
9
Sawiat
102.688,53
7,77
10
Mare
51.133,00
3,87
11
Matemani Kais
94.889,92
7,18
12
Wayer
29.121,30
2,20
13
Seremuk
48.737,14
3,69
14
Ayamaru Utara
31.307,85
2,37
Kabupaten Sorong Selatan
1.321189,39
100,00
Sumber data : Laporan Fakta Tata ruang Kabupaten Sorong Selatan 2008 – 2007
Kabupaten sorong selatan merupakan salah satu kabupaten di provinsi Papua Barat dengan ibukota Teminabuan. Kabupaten ini bersama Kabupaten Raja Ampat merupakan hasil pemekaran kabupaten Sorong berdasarkan UU No 26 tahun 2002. secara administrative, pemerintahan Kabupaten Sorong Selatan terbagi dalam 14 Distrik, 3 Kelurahan dan 210 kampung atau desa.
Distrik Aitinyo mempunyai jumlah Desa atau Kampung yang paling banyak, yaitu 26 desa atau kampong. Sedangkan distrik Moswaren merupakan distrik yang mempunyai jumlah kampung paling sedikit, yaitu sebanyak 6 Kampung. Berikut lihat tabl pembagian administrasi dan ibukota serta banyaknya kampong dalam distrik masing – masing :
Tabel pembagian wilayah administrasi kabuaten Sorong Selatan tahun 2006
No |
Distrik |
Ibukota | Banyaknya Desa/Kelurahan |
Jumlah |
Nama kampung | |
Desa | kelurahan | |||||
1 |
Inanwatan |
Inanwatan |
13 |
- |
13 | Mate, Saga, Mugim, Nogibi, Wadoi, Solta baru, Isogo, Sibae, Serkos, Nusa, Puragi, Tawanggire, Bedare |
2 |
Kokoda |
Kokoda |
20 |
- |
20 | Migori, Siwatori, Tarof, Tambani, NegeriBesar, Kasuweri, Udagaga, Benawa II, Atori/Kambur, Korewatara, Daubak, Topdan, Arbasina, Kayubiro, Adona, Migirito, Totona, Birawaku, Nayakore, Tapas |
3 |
Aifat timur |
Aisa |
13 |
- |
13 | Aisa, Ayata, Kamat, Aikrer, Aitrem, Sawin, Ainesra, Sabah, Warmu, Fuog, Womba, Aifam, Tahsimara |
4 |
Aifat |
Kumurkek |
23 |
- |
23 | Kumurkek, Kisor, Susmuk, Kokas, Ayawasi, Konja, Sori, Kocuwer, Bori, Mosum, Yarat, Ayawasi Selatan, Wer jaya, Aisyo, Fonatu, Maan, Waine, Tahahite, Ayawasi timur, Imsun, Fatmayap, Faton, Susai |
5 |
Aitinyo |
Aitinyo |
26 |
- |
26 | Aitinyo, Korom, Soraya, Tehak kecil, Sris, Karsu, Irohe, Sumanis, Kamro, Asmuruf, Yaksoro, Sira, Awit, Kambufatem, Kambufatem utara, Fetase, Jitmau, Ikuf, Isir, Fategomi, Faan, Tehak besar, Gohsames, Mirafan, Ewai, Jitmau timur |
6 |
Moswaren |
Moswaren |
6 |
- |
6 | Moswaren, Johsiro, Hararo, Bumiajo, Hasik Jaya, Kamisabe |
Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 - 2007
Lanjutan Tabel pembagian wilayah administrasi kabuaten Sorong Selatan tahun 2006
No | Distrik | Ibukota | Banyaknya Desa/Kelurahan |
Jumlah |
Nama kampung | |
Desa | kelurahan | |||||
7 |
Teminabuan |
teminabuan |
18 |
2 |
20 | Konda, Wersar, Wehali, Aibobor, Wamargege, Bariat, Manelek, Magis, Seribau, Tegirolo, Seyolo, Nakna, Gorolo, Namro, Tapiri, Keyen, Wermith, Wernas, Kohoin, Kaibus |
8 |
Ayamaru |
Ayamaru |
24 |
1 |
25 | Sauf, Kanisabar, Koma-koma, Soroan, Sembaro, Kartapura, Arus, Kambuaya, Kambuskato, Fiane, Men, Kofait, Huberita, Kambuwifa, Faitmajin, Framu, Mefkajim II, Sosian, Temel, Adoh, Isnum, Chaliat, Fanse, Fraharoh |
9 |
Sawiat |
Wenslolo |
16 |
- |
16 | Klamit, Tapuri, Safkyo, Eles, Sodrofoyo, Sasnek, Wendi, Sawiat, Wen, Wenslolo, Kafalit, Wensoug, Pasir putih, Wandum, Welek, Bemus |
10 |
Mare |
Suswa |
7 |
- |
7 | Suswa, Seya, Seni, Sire, Wabam, Kombif, Renis |
11 |
Matemani Kais |
Kais |
12 |
- |
12 | Kais, Tapuri, Yahadian, Benawa I, Sumamo, Makaroro, Siranggo, Haimaran, Mukamat, Ikana, Onimsefa, Mogotemin |
12 |
Wayer |
Sungguer |
8 |
- |
8 | Sungguer, Boldon, Sesor, Waigo, Bagoraga, Wardik, Unggi, Wayer |
Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 - 2007
Lanjutan Tabel pembagian wilayah administrasi kabuaten Sorong Selatan tahun 2006
No | Distrik | Ibukota | Banyaknya Desa/Kelurahan |
Jumlah |
Nama kampung | |
Desa | kelurahan | |||||
13 |
Seremuk |
Haha |
16 |
- |
16 | Klaogin, Knaya, Komonggaret, Sisir, Kayabo, Seremuk, Sayal, Sira, Mlaswat, Srer, Sbir, Tofot, Haha, Manggroholo, Woloin, Kamaro |
14 | Ayamaru Utara |
Yukase |
8 |
- |
8 | Karetubun, Yubiah, Mapura, Suwiam, Setta, Hohoyar, Segiyor |
Kab. Sorong Selatan |
|
210 |
213 |
Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 – 2007
L . 3. Potensi dan Daya Dukung Lingkungan
topografi
Topografi Kabupaten Sorong Selatan cukup bervariasi, terdiri dari dataran tinggi yang merupakan daerah pegunungan dan lereng – lereng (pedalaman ± 65%), dataran rendah, air payau dan pantai (35%). Secara garis besar, penyebaran wilayah tersebut adalah sebagai berikut :
dataran tinggi meliputi Distrik Ayamaru, Ayamaru Utara, Mare, Aifat Timmur, Sawiat dan sebagian Aitinyo
dataran rendah meliputi Distrik Teminabuan, Seremuk, Wayer, Moswaren dan sebagian Aitinyo
Dataran payau meliputi Distrik Inanwatan, Kais, Kokoda, dan sebagian seremuk.
Sebagian besar daerah Kabupaten Sorong Selatan merupakan daerah dataran rendah dengan kemiringan lereng berkisar dari 0 – 8%. Daerah dataran rendah ini membujur dari arah barat laut ke selatan yang berbatasan langsung dengan laut banda. Daerah dataran rendah tersebut meliputi Distrik Seremuk, Distrik Teminabuan, Distrik Kais, Distrik Inanwatan dan Distrik Kokoda. Keunggulan dari factor fisik ini menyebabkan sebagian besar kegiatan penduduk berkembang di dataran rendah ini.
Luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan yang merupakan daerah dengan topografi pegunungan (kemiringan lereng >40%) adalah seluas 84.624,72 ha. Sedangkan luas wilayah kabupaten tersebut yang merupakan daerah perbukitan adalah seluas 19.916,05 ha.
Sebelah utara kabupaten Sorong Selatan merupakan daerah pegunungan karst yang dikenal dengan nama pegunungan Bukamadah. Distrik di Kabupaten sorong selatan yang mempunyai topografi dominan pegunungan adalah Distrik Sawiat, Distrik Mare, Distrik Wayer, Distrik Ayamaru, dan Distrik Moswaren.
Karakteristik topografi kabupaten Sorong selatan yang sebaian besar merupakandaerah dataran rendah menyebabkan sebagian besar kegiatan ekonomi maupun perkotaan berkembang di dataran rendah tersebut. Hal tersebut akan sedikit banyak mempengaruhi tingkat perkembangan distrik – distrik yang ada di kabupaten Sorong Selatan. Topografi wilayah sorong selatan berkisar antara 0 – 1668 m dpal (di atas permukaan air laut). Puncak tertinggi yaitu daerah faumai, dengan ketinggian 1668 m dpal, terletak di bagian barat laut teminabuan. Untuk lebih jelasnya, topografis seluruh Kabupaten Sorong Selatan dan perdistrik di Kabupaten Sorong Selatan dapat di lihat pada tabel berikut :
Kemiringan Lereng Kabupaten Sorong Selatan Per Distrik
No | Distrik | 0 – 3 % | 3 – 8% | 8 – 15 % | 15 – 25 % | 25 – 40 % | 40 – 60 % | > 60 % |
1 | Inanwatan | 79.623,88 | 2.779,08 | - | - | - | - | - |
2 | Kokoda | 105.746,62 | 9.196,48 | 8,49 | - | - | - | - |
3 | Aifat timur | 57.024,09 | 51.653,98 | 21.190,03 | 20.241,47 | 26.366,94 | 15.318,47 | 855,87 |
4 | Aifat | 69.456,16 | 109.399,92 | 25.055,58 | 21.354,45 | 25.691,78 | 11.144,80 | 246,98 |
5 | Aitimyo | 36.631,88 | 28.841,25 | 5.399,23 | 860,30 | 36,32 | - | - |
6 | Moswaren | 55.387,09 | 27.593,18 | 4.696,48 | 705,00 | 57,16 | - | - |
7 | Teminabuan | 69.374,75 | 17.381,04 | 2.687,43 | 323,76 | 15,33 | - | - |
8 | Ayamaru | 9418,73 | - | - | 2.642,13 | - | - | - |
9 | Sawiat | 12.963,43 | 49.423,28 | 29.012,31 | 8.615,28 | 2.082,88 | 216,96 | - |
10 | Mare | 8.211,35 | 49.423,28 | 29.012,31 | 8.615,28 | 2.082,88 | 216,96 | - |
11 | Matemani kais | 83.958,23 | 9.808,71 | 5,95 | - | - | - | - |
12 | Wayer | - | 16.345,22 | 3.664,84 | - | - | - | - |
13 | Seremuk | 36.313,91 | 10.407,52 | 908,33 | 420,54 | 221,38 | - | - |
14 | Ayamaru utara | 4.777,58 | 17.963,27 | 7.343,26 | 1.153,60 | 65,76 | 4,25 | - |
| jumlah | 628.887,70 | 400.216,21 | 128.984,24 | 64.931,81 | 56.620,43 | 26.901,44 | 1.102,85 |
Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 – 2007
Morfologi
Berdasarkan data kemiringan lereng diatas, Kabupten Sorong Selatan terbagi menjadi 3 jenis satuan morfologi yaitu dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan. Berdasarkan buku geologi Lembar Teminabuan, Irian Jaya, dataran rendah tersebut terdiri dari estuari, dataran alluvium, sisa dataran alluvium, undakan alluvium, pegunungan pantai dan swell. Estuari atau muara yang lebar selama proses pembentukan, telah menyatu dan membentuk hampir seluruh pantai di barat daya Teminabuan. Sedangkan pegunungan pantai dan sawel hanya ada di dua daerah yaitu di tanjung Semeboy (distrik Seremuk) dan tanjung Saibabu (distrik Teminabuan). Distrik di Kabupaten Sorong Selatan yang berada di dataran rendah adalah Distrik Seremuk, Teminabuan, Kais, Inanwatan dan Kokoda.
Dataran tinggi di Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari Plato Ayamaru, sisa kipas alluvium dan sisa dataran alluvium. Distrik yang berada di dataran tinggi adalah Distrik Wayer, Distrik Moswaren, Distrik Aifat, dan Distrik Aifat timur. Distrik Mare, Distrik Sawiat, Distrik Ayamaru, Distrik Ayamaru Utara, Distrik Aifat dan Distrik Aifat timr berada di satuan morfologi pegunungan. Pegunungan tersebut ada dua jenis yaitu pegunungan dan lembah berbentuk ‘V’ yang mempunyai cirri bertonjolan tinggi, mempunyai pematang sempit, lembah berbentuk ‘V’, lereng yang tajam (20 - 30°) dan timbulan melebihi 300 m. di pegunungan dengan cirri tersebut banyak ditemukan anak sungai yang mengalir berbelok – belok tajam. Sedangkan pegunungan homoklin yang ada di Kabupaten Sorong Selatan ada pada formasi batuan endapan Paleozoikum atas sampai Eosen.
Beberapa relief tinggi yang terkenal di Kabupaten Sorong Selatan diantaranya adalah Gunung Bormalit, Gunung Athabu, Gunung Fomaya, Tanjakan Fansaraf, Tanjakan Dkun Taftik, Gunung kemar, dan tanjakan Aduh Mama. Berdasarkan buku geologi lembar Teminabuan, Irian Jaya (1989 : 5), sebagian besar wilayah Distrik Sawiat, Distrik Ayamaru, Distrik Wayer, Distrik Mare dan Distrik Aifat berada pada Plato Ayamaru. Sedangkan distrik – distrik lainnya berada didaerah pegunungan, kars dan dataran.
Berdasarkan analisis Bakosurtanal, 2007, bentuk lahan kabupaten Sorong Selatan terdiri dari blok pegunungan, dataran alluvial, dataran alluvial karst, dataran banjir, dataran alluvial antar perbukitan, endapan kolluvium, jalur kelokan sungai, kipas alluvial, lembah kering karst, pegunungan karst, pegunungan karst dengan puncak pipih memanjang, perbukitan karst dengan puncak pipih membulat, perbukitan denudasional rendah miring, perbukitan denudasional lereng miring terkikis ringan, perbukitan denudasional lereng miring terkikis berat, perbukitan karst dengan puncak pipih dan runcing. Untuk lebih jelasnya morfologi berdasarkan analisis dari Bakosurtanal, 2007 terdapat dalam peta berikut.
Hidrologi dan Sumberdaya Air
Curah hujan
Berdasarkan tabel di bawah ini, rata – rata curah hujan tahunan tertinggi adalah 236,37 mm per bulan pada tahun 2003. sedangkan rata – rata hari hujan tertinggi dalam setahun adalah 19 hari pada tahun 2005. menurut klasifikasi iklim Schimidt dan Fergusson, tipe iklim di wilayah Kabupaten Sorong Selatan termasuk tipe iklim A yaitu daerah beriklim tropis basah. Untuk lebih jelasnya data curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Sorong Selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Hujan, Kelembaban udara, dan Penyinaran matahari Kabupaten
Sorong Selaran Curah hujan, Rata – rata hari
Bulan | Curah hujan | Hari hujan | ||||||||||
2001 | 2002 | 2003 | 2004 | 2005 | 2006 | 2001 | 2002 | 2003 | 2004 | 2005 | 2006 | |
Januari | 305 | 248,2 | 77,2 | 201 | 55 | 213,91 | 21 | 15 | 7 | 24 | 17 | 14,91 |
Februari | 216 | 70,6 | 107,4 | 157 | 75 | 287,18 | 15 | 6 | 14 | 18 | 15 | 15,36 |
Maret | 157 | 156,8 | 294,3 | 149 | 132 | 283,27 | 17 | 18 | 24 | 14 | 15 | 18,36 |
April | 111 | 220,3 | 29,9 | 272 | 266 | 268,65 | 15 | 17 | 17 | 20 | 23 | 15,82 |
Mei | 325 | 336,4 | 163,6 | 142 | 239 | 197,73 | 16 | 10 | 12 | 16 | 21 | 13 |
Juni | 418 | 304,4 | 431,3 | 93 | 395 | 157,27 | 22 | 18 | 18 | 19 | 25 | 12,45 |
Juli | 343 | 14,4 | 510,8 | 189 | 228 | 122,18 | 14 | 4 | 27 | 29 | 20 | 11,18 |
Agustus | 26 | 29 | 313,6 | 24 | 136 | 153,09 | 9 | 6 | 16 | 8 | 14 | 10,82 |
September | 476 | 18 | 182,9 | 339 | 113 | 127,36 | 27 | 3 | 18 | 24 | 15 | 10,09 |
Oktober | 134 | 44,7 | 236,6 | 64 | 370 | 122,7 | 13 | 3 | 16 | 9 | 22 | 11,8 |
Nopember | 289 | 126,2 | 74,9 | 161 | 186 | 182,3 | 16 | 12 | 9 | 15 | 20 | 13,3 |
Desember | 111 | 186,2 | 223,9 | 257 | 342 | 330,5 | 16 | 12 | 14 | 24 | 23 | 19,1 |
Jumlah | 2.911 | 1.755,2 | 2.836,4 | 2.048 | 2.537 | 2.446,14 | 201 | 124 | 192 | 220 | 230 | 166,2 |
Rata - rata | 243 | 146 | 236 | 171 | 211 | 204 | 17 | 10 | 16 | 18 | 19 | 14 |
Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 – 2007
Air permukaan
Potensi hidrologi di kabupaten Sorong Selatan terdiri dari potensi air permukaan tanah (fresh water) dan air tanah (groundwter). Potensi aliran air permukaan terdiri dari air rawa, air danau dan air sungai yang mengalir.
Sungai
Terdapat 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) utama di wilayah Sorong Selatan yaitu DAS Seremuk, DAS Kaibus dan DAS Waromge. Masing – masing DAS mempunyai banyak anak sungai. Semua anak sungai umumnya mengalir kea rah Barat daya hingga Barat Laut dan bermuara di sungai utama yaitu sungai Kaibus, Sungai Seremuk dan Sungai Waromge.
Berdasarkan peta Rupa Bumi Digitasi Bakosurtanal terdapat 14 DAS yang teridengtifikasi yaitu DAS Aninmaru, Kaibus, Kais, Kamundan, Karabra, Matemani, Sajem, Sebar, Sekak, Seremuk, Sigeroi, Tarof, Wariagrar dan Waromage. Untuk lebih jelasnya lokasi dan cakupan DAS masing – masing terlihat dalam peta berikut.
DAS kaibus terdiri dari sungai Kohoin, Sungai Wermit, dan Sungai Sayal. Sungai sayal memiliki anak sungai yang relative sedikit, umumnya merupakan sungai – sungai kecil di daerah hulu. Terdapat 6 anak sungai yang cukup besar alirannya yang mengalir ke Sungai Kaibus. DAS Waromge terdiri dari sungai Keyen, Sungai Sungguer, sungai Waigo dan sungai Waren. Cukup banyak anak sungai yang mengalir di DAS Waromge, misalnya sungai keyen yang terdiri dari 12 anak sungai. Sungai – sungai utama dan anak – anak sungai yang cukup besar sebagian aliran dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Sungai – sungai yang berada di kabupaten sorong selatan berfungsi sebagai sumber air sehari – hari bagi penduduk setempat, tempat wisata dan juga sebagai prasarana transportasi. Contoh sungai di kabupaten sorong selatan yang berfungsi sebagai tempat wisata adalah sungai sembra, sungai kohoin, kali Korom, sungai wermit, dan kali framu. Selain itu sungai yang ada di kabupaten sorong selatan juga merupakan sumber air PAM. Sebagai contoh air PAM di distrik Ayamaru bersumber dari sungai Mos dan distrik Ayamaru utara menggunakan sungai Imsun sebagai sumber air PAM. Kerusakan lingkungan telah terjadi di beberapa sungai di kabupaten sorong selatan. Salah satunya adalah sedimentasi yang terjadi di sungai Hilang di distrik Sawiat. Pendangkalan sungai tersebut menyebabkan air menggerus badan jalan di sisi sngai dan juga menyebabkan banjir yang dapat memutus jalur transportasi.
Danau
Danau merupakan salah satu potensi air permukaan yang banyak terdapat di kabupaten Sorong Selatan. Setidaknya ada 5 danau terdapat di Kabupaten Sorong Selatan yaitu : Danau Uter di Distrik Aitinyo, Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru, Danau Sembra di Distrik Teminabuan, Danau Tanimut (makiri) dan Nawewafom di Distrik Aifat timur.
Danau –danau tersebut merupakan sumber air sehari – hari bagi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar danau tersebut. Selain itu danau – danau tersebut menyimpan potensi sebagai obyek wisata di kabupaten sorong selatan seperti Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru, dan danau Uter di Distrik Aitinyo.
Danau Aayamaru merupakan salah satu danau yang ada di kabupaten Sorong Selatan yang terletak di distrik Ayamaru. Luas danau Ayamaru sekitar 2500 ha, termasuk tipe seri seri oligotropik-eutropik yang produktifitasnya tergantung nutrusi yang diterimanya dan pengairan regional pada usia geologis dan kedalaman kelimpahan plankton kurang karena laju sedimentasi yang tinggi mengakibatkan tipisnya penetrasi cahaya. Danau Ayamaru juga merupakan salah satu danau yang dijadikan segagai obyek wisata, oleh sebab itu, di sekitar danau tersebut telah dikembangkan fasilitas – fasilitas pendukung tempat wisata seperti tempat istirahat dan dermaga. Selain digunakan sebagai obyek wisata, danau Ayamaru juga digunakan sebagai tempat pemancingan dan tempat pemijahan ikan sehingga danau tersebut banyak ditemukan keramba ikan milik penduduk. Hanya saat ini, danau tersebut telah mengalami pendangkalan karena penebangan diperbukitan sekitar danau.
Danau Uter di distrik Aitinyo juga merupakan salah satu danau di kabupaten sorong selatan yang dikembangkan menjadi obyek wisata dan juga sebagai sumber air sehari – hari bagi penduduk setempat.
Klimatologi
Letak Kabupaten Sorong Selatan pada posisi normal (khatulistiwa) sehingga tidak langsung mendapat pengaruh udara kering dari Australia ataupun sebaliknya mendapat pengaruh udara basah dari daratan Benua Asia.
Iklim wilayah Kabupaten Sorong Selatan tergolong iklim tropis monsoon. Musim hujan terjadi saat berlaku monsoon tenggara, yaitu pada bulan mei – oktober. Daerah dataran rendah di kabupaten Sorong Selatan mempunyai intensitas hujan yang lebih banyak karena adanya proses hujan orografis dimana angin yang membawa uap air laut terhambat pegunungan yang berada diebelah utara kabupaten Sorong Selatan sehingga terjadilah hujan likal di daerah yang terletak dibawah pegunungan tersebut (dataran rendah).
Suhu udara rata – rata berkisar antara 20°C – 38°C dengan fluktuasi suhu rata – rata pertahun tidak lebih dari 2°C. kecepatan angin berkisar dari lambat hingga sedang mencapai (8 m/dt), dengan frekuensi kejadian kurang dari 2%. Kecepatan angin umumnya bertiup dari arah barat daya (>15 m/dt). Tekanan udara barometric berkisar dari 998,6 mb – 1113 mb dengan tekanan udara rata – rata 1006,1 mb. Kelembaban udara rata – rata 84,7% dan intensitas penyinaran matahari sekitar 54,3%.
Kendala Fisik dan Potensi Bencana
Kendala Fisik
Topografi
Wilayah Kabupaten Sorong Selatan adalah Wilayah dengan topografi yang cukup berfariasi. Wilayah sebelah utara merupakan daerah pegunungan, sedangkan sebelah selatan merupakan daerah datar dan bagian - bagian di bagian tengah merupakan dataran luas yang berada diketinggian yang biasa disebut dengan Plato Ayamaru. Berdasarkan hasil perhitungan kemiringan lereng, lebih dari 30% dari luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan merupakan pegunungan. Kondisi alami tersebut merupakan salah satu kendala fisik yang menghambat perkembangan Kabupaten Sorong Selatan khususnya menghambat perkembangan fisik perkotaan maupun aksesibilitas antar Kabupaten dan distrik, bahkan sampai ke perkampungan.
Ibukota Kabupaten Sorong Selatan yaitu Kota Teminabuan, berada di bagian selatan Kabupaten tersebut atau tepatnya di tepi sungai Seremuk. Secara fisik, letak kota teminabuan mudah untuk diakses bagi distrik – distrik disekitarnya yang relativ mempunyai topografi datar. Sedangkan untuk distrik yang berada di bagian utara yang merupakan daerah pegunungan aksesibiliti untuk menuju ibukota kabupaten sangat sulit karena adanya pegunungan sehingga untuk menuju ibukota kabupaten harus memakai jalan laut yang kadang memakan waktu sangat lama. Saat ini arah perkembangan permukiman maupun sarana – prasarananya lebih dominan berkembang di bagian selatan Kabupaten Sorong Selatan yang merupakan daerah dataran rendah dan di bagian tengah Kabupaten Sorong Selatan yang merupakan Plato.
Cuaca
Cuaca merupakan salah satu kendala fisik yang dihadapi Kabupaten Sorong Selatan. Kabupaten Sorong Selatan terletak di pesisir pantai sehingga kemungkinan terjadinya hujan orografis lebih sering dibandigkan wilayah lainnya. Hujan tersebut di satu pihak membawa keuntungan tapi di pihak lain membawa kerugian. Apabila terjadi hujan maka akan terjadi banjir di jalan yang menghubungkan antar kota Sorong dengan Kabupten Sorong Selatan. Peristiwa tersebut akan menghambat aksesibilitas antara kedua Kabupaten tersebut.
Selain itu kondisi cuaca yang tidak menentu juga dapat menghambat aksesibilitas laut. Apabila kondisi cuaca tidak memungkinkan seperti ombak besar, angin besar, hujan deras, maka perjalanan kapal dari kota Teminabuan ke Kota Sorong atau wilayah lain yang hanya dapat ditempuh degan perjalanan laut akan mengalami kendala.
Potensi Bencana
Berdasarkan peta geologi Kabupaten Sorong Selatan, peta seisomotektonik Indonesia dan peta wilayah bencana gempa bumi Indonesia, maka di Kabupaten Sorong Selatan tepat potensi bencana alam yang berupa gempa tektonik, gerakan tanah/batu – tanah longsor, dan amblesan.
2 komentar:
hai salom, saya senang dengan tulisan yang anda tentang masuknya agama kristen, saya sendiri adalah alberth matatula.
terimakasih saudara albert, karena sudah kunjungi blog saya. kalo ada temuan baru, tulisan, atau ceritera yang menarik tolong hubungi saya di
plato_ayamaru@yahoo.com.
salam hangat.
Posting Komentar