Launching

Launching

Sabtu, 01 Maret 2008

BAB IV NILAI BANGUNAN


Nilai – nilai yang termuat dalam bangunan rumah tradisional suku Maybrat Imian dan Sawiat sangat berfariasi, yang mana di bedakan atas dua jenis utama yaitu nilai – nilai yang terkandung dalam bangunan rumah hunian prolog dan nilai – nilai sacral yang termuat dalam bangunan sekolah tradisional / bangunan gereja tradisional (kwin – bol wofle) yang mana merupakan pembanding.


  1. NILAI RUMAH HUNIAN

Telah diungkapkan pada bab sebelumnya bahwa bentuk bangunan rumah hunian Suku Maybrat Imian Sawiat memiliki satu ruang serbaguna dan teras, maka dapat disimpulkan bahwa rumah hunian Masyarakat Maybrat Imian Sawiat merupakan bangunan rumah hunian yang sederhana, namun memuat beberapa nilai tertentu sebagai mana terruarai.


A. 1. Keakraban

Dilihat dari pembagian fungsi ruangnya maka dapat dikatakan bahwa manusia Maybrat Imian dan Sawiat memiliki ikatan emosional keluarga yang sangat akrab, yang mana menonjol dalam fungsi ruang.

Dikatakan rumah hunian tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat terlihat sangat akrab karena segala sesuatu yang dilakukan dalam rumah hunian tidak tersembunyi / terpisahkan, seperti untuk salah satu keluarga melakukan aktifitas yang menyangkut kekeluargaan pribadi harus dalam ruang keluarga yang tidak boleh diketahui orang lain, atau makan di ruang makan, tidur di ruang tidur, masak di ruang dapur, menerima tamu di ruang tamu. Rumah hunian tradisional suku Maybrat Imian Sawiat memiliki teras dan satu ruang yang multi fungsi, yang mana difungsikan sebagai ruang untuk menerima tamu, ruang makan, ruang bermain anak, ruang keluarga, ruang masak, ruang tidur bahkan ruang yang digunakan untuk melakukan berbagai aktifitas yang berkaitan dengan kebutuhan penghuni.

Pembinaan akan keakraban yang diikatkan pada rumah hunian tradisional tersebut tidak hanya terbatas dalam ruangan rumah belaka, namun kebiasaan tersebut dapat terbawa dalam tali pergaulan hari-hari mereka. Yang mana seperti seseorang yang pernah datang baik itu sekedar berkunjung sebagai sahabat ataupun sebagai seorang famili/ikatan keluarga dekat, akan tetap dianggap sebagai saudara/i. hal itu akan terasa dan tetap terbawa dalam keberlangsungan pergaulan mereka, karena misalnya ketika seorang sahabat yang dikenal dalam kesulitan dan hendak meminta pertolongan ataupun perlindungan pasti akan diberi perlindungan dan pertolongan sesuai dengan kemampuan mereka.

Hingga kini masyarakat Suku Maybrat Imian Sawiat sangat menjujung tinggi persaudaraan tersebut, baik yang di bangun dari turun temurun (old familiars) bahkan pergaulan baru (new familiars). Untuk ikatan turun temurun old familiars diperhitungkan dari keturunan keluarga, yaitu diperhitungkan dari keturunan ayah kandung dan ibu kandung, misalkan keturunan dari ayah: Ibu dari ayah (marga karet) mempunyai berapa saudara/i, berapa anak yang di lahirkan oleh masing – masing saudara/I ibu dari ayah tersebut, siapa saja suami/istri mereka dan apa marga dari masing – masing suami/istri mereka, berapa saudara/I mereka, dan marga apa, siapa nama ayah dan ibu dari suami/istri mereka, apa marga mereka dan seterusnya, begitupula dari silsilah seorang ibu kandung.

Bukan hanya ikatan tersebut sebatas mengenal sebagai saudara atau family, namun sebagai ikatan emosional yang mana mampu menghimpun pergaulan mereka dalam menanggulangi segala persoalan yang dihadapi dalam ikatan keluarga mereka. Misalkan anak dari marga Sagrim bertunangan dengan anak dari Marga Nauw, maka mereka yang ikut serta dalam pembayaran harta adalah mereka yang memiliki struktur keturunan dari ayah ibu dari anak laki – laki (sagrim) yang diperhitungkan mulai dari turun temurun seorang ayah dan ibu kandung hingga moyang mereka akan ikut serta mengambil bagian dalam pembayaran harta/minang tersebut. Begitupula dari pihak perempuan yang dipinangi.

Tidak hanya sebatas pergaulan familiar internal di wilayah maybrat imian sawiat saja, namun pergaulan tersebut dijadikan sebagai salah satu system pergaulan moderen yang mana kini diterapkan dalam system birokrasi dan relasi kerja mereka. Hal tersebut terlihat begitu kental dalam system birokrasi dan relasi kerja, bisa dikatakan system keluarga, kerabat dan teman.

A. 2. Sederhana

Dilihat dari bentuknya, maka arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian Sawiat merupakan bangunan arsitektur hunian yang sederhana, namun memiliki nilai dan norma yang sangat tinggi.

Arsitektur hunian Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan bangunan sederhana yang mana terlihat tidak begitu rumit dalam proses membangun. Suatu bangunan dikatakan rumit karena memiliki ukiran dan motif yang berfariatif, yang mana menjadi sorotan dalam pembentukkan estetika bangunan.

Disadari bahwa arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian sawiat tidak begitu memuat ukiran atau ornament – ornament tertentu, namun memiliki fungsi dan nilai tersendiri. Hal inilah yang membedakan antara arsitektur hunian maybrat imian sawiat dengan arsitektur lainnya.

Kesederhanaan arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian Sawiat tidak hanya dilihat pada wajahnya saja, namun dari pembagian ruangnya yang mana terdiri dari teras dan ruang serbaguna, tidak seperti bangunan hunian moderen yang memiliki ruang tamu, ruang tidur, dapur serta teras. Walau begitu sederhana, namun dalam ungkapan pemiliknya bahwa rumah hinian tersebut memberikan kenyamanan kepada mereka dalam mempertahankan hidup mereka hingga turun – temurun saat ini.

Disimpulkan bahwa arsitektur hunian Suku Maybrat Imian Sawiat dibangun hanya memperhatikan fungsinya tanpa memperhatikan ke-Estetikaan, sehingga terlihat begitu sederhana dalam meramu nilai – nilai arsitektural yang dikandungnya.


A. 3. Terbuka

Untuk bangunan rumah hunian orang maybrat imian sawiat umumnya tidak tersembunyi seperti rumah persembunyian (benteng pertahanan-- snek) dan rumah sekolah/rumah gereja (kwin – bol wofle). Secara dekat, bangunan rumah hunian orang maybrat imian sawiat memberikan kesan akrab dan terbuka. Hal ini terlihat pada penataan bentuk bangunan yang terlihat polos dengan pembagian ruang yang multifungsi sehingga terkesan akan segala sesuatu yang dilakukan tidak tersembunyi (transparan) atau terbuka untuk dilihat orang sekitar dalam rumah.

  1. NILAI RUMAH SUCI / RUMAH SEKOLAH

Pada umumnya bangunan rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat tampak sederhana, terbuka, dan memiliki satu ruang yang multi fungsi serta teras, namun untuk bangunan sekolah tradisional/bangunan rumah suci atau gereja tradisional (kwin – bol wofle), memiliki perbedaan yang sangat mencolok yaitu :

B. 1. Sakral

Bangunan rumah suci / rumah sekolah, merupakan salah satu bangunan khas orang Maybrat Imian Sawiat yang mana dipercaya sebagai bangunan suci (rumah pamali), yang mana hanya diperbolehkan bagi orang – orang tertentu yang dapat menapakan kakinya didalam ruangan– ruangnya.

Rumah suci dianggap sebagai bangunan yang sacral, karena didalamnya memuat berbagai macam makna, merupakan areal pendidikan atau tempat pelatihan dan tempat dimana Allah bertahta serta tempat pertemuan antara manusia dan Allah. Tidak diperkenangkan kepada orang – orang yang belum dibaptis atau tidak pernah disekolahkan untuk masuk dan kaum perempuan dilarang melintas disekitarnya.


B. 2. Tersembunyi

Untuk rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat berada pada areal terbuka, namun untuk bangunan rumah suci/rumah sekolah sangat bertentangan. Dalam mendirikan bangunan rumah sekolah ada beberapa aturan – aturan tertentu yang harus diikuti dalam membangun rumah suci / rumah sekolah antara lain adalah; waktu pelaksanaan, jumlah orang dengan criteria – criteria yang dapat mendukung agar boleh untuk membangunnya, bahan – bahan yang digunakan dalam membangun, jenis kayu yang dipakai dalam membangunnya, jenis rotan yang digunakan, upacara dan persembahan – persemabahan.


B. 3. Tertutup dan Khusus

Rumah suci / rumah sekolah selain dianggap sebagai bangunan yang sacral, tersembunyi, juga tertutup atau merupakan bangunan yang dipagari sedemikian rapih hingga tak bercela, dengan tujuan agar tidak kelihatan aktifitas pendidikan dan pengajaran dalam rumah suci tersebut.

Dalam pembagian ruang dan fungsinya, rumah suci / rumah sekolah memiliki aturan – aturan yang sangat mengikat dan sangat tegas, yaitu antara lain : ruang luar merupakan ruang dimana bisa dilintasi oleh orang awam (raa iin), untuk ruang suci tidak bisa di lintasi oleh orang awam (raa iin), yang berhak masuk adalah mereka yang sudah terdidik dalam pendidikan itu (raa win), namun untuk ruang maha suci, tidak diperbolehkan kepada seorang guru biasa dan murid untuk memasukinya namun yang berhak memasuki ruang tersebut adalah guru besar (raa bam), karena pada ruang tersebut dianggap sebagai tempat bertahtanya Allah yang maha kuasa yang mana dianggap sebagai ruang maha suci dan sangat sacral.

Utnuk rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat tidak begitu rumit untuk dibangun, namun bila dibandingkan dengan rumah suci / rumah sekolah, sangat rumit dan memakan waktu yang begitu lama dengan tukang yang membangunnya adalah orang – orang khusus yang sudah diajarkan khusus untuk membangun rumah tersebut.


Tidak ada komentar: