Launching

Launching

Jumat, 09 Oktober 2009

INTI RAHASIA WIYON – WOFLE

Part 12

INTI RAHASIA WIYON – WOFLE

oleh

Hamah Sagrim



A. TABERNAKEL - K’WIYON

K’wiyon – Bol Wofle merupakan tabernakel atau kemah Wiyon-Wofle yang diperintahkan kepada Mbouk ketika menerima taurat dari Wiyon-Wofle. Mbouk diperintahkan oleh Wiyon-Wofle (Allah) bahwa dia harus mendirikan sebuah kemah (k’wiyon-bol wofle) sebagai tempat meletakan tabut perjanjian. Dalam mendirikan k’wiyon-bol wofle, ada beberapa aturan seperti perintah dan larangan. Perintah dan larangan itu tampak pada aturan penggunaan ruang k’wiyon-bol wofle sebagaimana pada bilik-bilik bangunan pada denah berikut:




Gambar : K’Wiyon-Bol Wofle (Kemah – Tabernakel)

Keterangan Gambar:

1. Bohra Mne/Safom – Ruang luar, areal bebas, hutan belantara.

Dalam aturan Ruang bilik tabernakel Wiyon-Wofle (k’wiyon-bol wofle), bagian luar yang berhubungan langsung dengan alam bebas/hutan belantara biasanya tidak sacral atau tertutup. Di bagian areal ini hanya diberi tanda atau kode (morse) sebagai pemberitahuan kepada orang luar (finya – wanita dan orang awam – raâ iin) yang melintas dan mendekati areal kemah k’wiyon-bol wofle. Kode atau tanda pada areal ini tidak ada kekuatan ghaib apa-apa, hanya sebagai rambu bahwa di areal tersebut ada kemah suci (k’wiyon-bol wofle). Warna hijau menunjukkan hutan belantara atau areal bebas.



2. Kre finya & Raâ iin – Ruang Biasa.

Bilik atau Ruang ini bisa dilewati oleh wanita (finya) biasa yang mempunyai anak sedang di didik didalam Kemah. Wanita yang masuk dalam bilik tersebut mengantarkan makanan dan tebu sebagai pengganti air minum dan mereka yang boleh masuk adalah wanita yang tidak sedang mengalami haid atau semalam melakukan hubungan intim. Ruang ini juga dilewati oleh laki-laki biasa yang bukan Raâ Wiyon-Na Wofle.



Ruang ini juga bagi Raâ Wiyon-Na Wofle yang ketika malam sedang tidur dengan isterinya (berintim) atau dengan wanita lain malakukan hal perzinahan, ia diharuskan hanya bisa sampai diruang biasa dan tidak boleh memasuki ruang suci, ini merupakan suatu larangan keras. Kre Finya & Raâ iin tidak memiliki suatu kekuatan atau kedahsyatan ghaib apa-apa sehingga bebas bagi Wanita dan Orang biasa, namun tidak diperbolehkan bagi anak kecil untuk memasukinya. Warna hitam merupakan ketidak kudusan, ketidak muliaan, ketidak kuatan, ketidak ilahian, menggambarkan keduniawian namun sebagai rambu atau ukuran utama fungsi ruang bilik sebelum memasuki ruang suci.

“kre finya, kbe raâ iin msya finya twok, soh kukek ginyah to mtwok fe, tna raâ wiyon-na wofle ro mti mjien suu msya finya wana tna mno bo ro sre to kbe m’twok mama mhre sai mam kree ro finya to sei”.

“Ruang biasa boleh dimasuki oleh wanita dan orang biasa, tetapi kalau seorang Raâ Wiyon-Na wofle (rasul) yang pada hari kemarin atau semalam telah berintim dengan istrinya atau melakukan sesuatu yang zinah dan hina, ia juga hanya bisa masuk di ruang biasa (kre finya) tersebut”.


3. Kre Raâ Sme – Ruang Suci.

Bilik ruang ini tidak boleh dilewati oleh wanita (Finya), orang Biasa (Raâ iin-Na iin) dan rasul (Raâ Wiyon-Na Wofle) yang melakukan zinah atau yang mana sebelumnya sudah tidur dengan istrinya (intim). Ruang/bilik suci ini hanya boleh dimasuki oleh Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul) yang suci, Raâ Bam-Na Tmah (Imam) dan murid-murid (Wiyon Tna). Warna abu-abu merupakan kemuliaan yang telah dipancarkan kepada raâ wiyon-na wofle, kekuatan Wiyon-Wofle yang memberi kekuatan kepada Raâ Wiyon-Na Wofle, Kedahsyatan Wiyon-Wofle yang diberikan kepada Raâ Wiyon-Na Wofle, kesucian Raâ Wiyon-Na Wofle, Kekuatan Raâ Wiyon-Na Wofle, yang diterima dari Wiyon-Wofle (Allah) yang me-Wiyonkan (Meng-Allah-kan) mereka dengan kekuasaannya.




Ketika dalam perjalanan melalui ruang biasa terasa biasa-biasa sebagaimana dalam situasi biasa, namun ketika memasuki zona Ruang suci (Kre Raâ Sme) ada suatu perbedaan. Menurut ungkapan Raâ Wiyon-Na Wofle mengatakan bahwa :

“soh nyio n’truk mam kre raâ sme, n’yio nafibo nhau ma moo rot, masuf reto mti/mamur mase tna nyio nafibo njien smi feto, kbe nawe nros si to nmat komeyan teit ysia raâ wait makah wyak-aken mama met imam aya maam tna anu ro wiyon tna to nsok aken ro anu nut, aken ro anu nut to kbe oron yabi teit Y’hre mama ken mana tna komeyan teit yabo min aken. Kbe Raâ Wiyon-Na Wofle ysia wiyon tna rait to aro yaut aken rait hahayah, ana mberur maut aken sou suu fe, reto mbou toni ”.

“ketika melangkah melewati zona batas ruang suci, kita seperti berada dalam alam lain, sona atau ruang/bilik tersebut gelap gulita dan ketika itu kita akan melihat terang sinar kemuliaan yang membias menerangi ruang suci itu, kita akan merasa seperti kita dalam keadaan mimpi, dan ketika itu akan bermunculan bahtera (perahu) Tuhan yang menghampiri setiap kita yang masuk kedalam ruang tersebut untuk membawa kita ke suatu tempat yang suci, setiap kita yang telah masuk akan dipersiapkan bahtera (perahu) yang sama jumlahnya dengan kita yang ada, dan setiap orang menaiki satu bahtera (Perahu) dan didalam bahtera itu kita hanya duduk dan didampingi oleh Raâ Wiyon-Na Wofle dan yang mendayung bahtera (Perahu) adalah komeyan (Tuhan), dibagian kepala perahu (bahtera) duduklah seorang tua yang putih kemilau rambutnya dan telinganya panjang dengan jubah yang bersinar, ia adalah Allah (Oron Yabi)”.

Ungkapan tersebut diatas tentang rahasia bilik/ruang, bila kita kaji dengan ukuran keseluruhan bangunan atau bait tersebut, merupakan sebuah bangunan yang dibangun langsung diatas tanah kering, akan tetapi bagi Raâ Wiyon-Na Wofle mereka harus berangkat atau bepergian dengan menggunakan perahu, karena perjalanan mereka begitu jauh dan melalui lautan samudera raya. Disini terdapat suatu keajaiban dan pengalaman yang begitu mengherangkan ketika kita mengkaji dari penjelasan tentang perjalanan yang jauh dengan luasan bangunan yang mana tidak begitu jauh antara ruang/bilik yang satu dengan ruang/bilik yang lainnya, akan tetapi karena kita sebagai manusia yang pada saat itu berada dalam hadirat Tuhan, maka waktu itu akan menyeleksi kita. Menurut mereka Raâ Wiyon-Na Wofle dan Wiyon tna, mengatakan bahwa perjalanan mereka begitu lama dan harus menempuh suatu samudera raya, dan menurut mereka, lamanya mereka berpendidikan selama 3 bulan, akan tetapi bagi orang biasa (Raa iin) yang berada diluar kemah mengatakan bahwa lama pendidikan yang ditempuh dalam kemah k’wiyon-bol wofle adalah Enam bulan. Peristiwa-peristiwa ini yang terjadi dalam perjalanan, ada yang boleh dibicarakan namun ada yang tidak boleh untuk diungkapkan (sakral).


4. Mato Ro Mbou Toni (Ruang Maha Suci) – Mato Ro Oron yabi Yhou (Takhta Allah).

Ruang Maha Suci tidak boleh dimasuki oleh Raâ Wiyon – Na Wofle (Rasul), ruang ini sangat sakral dan hanya bisa dimasuki atau yang berhak masuk kedalam ruang maha suci adalah Raâ Bam – Na Tmah (Imam). Isi dalam Ruang Maha suci sangat rahasia, dan yang berhak mengetahuinya hanya Raâ Bam – Na Tmah (Imam), dan tidak mungkin bagi Raâ Wiyon-Na Wofle untuk mengetahuinya.



Berikut adalah ungkapan Raâ Wiyon-Na Wofle dalam bahasa Maybrat sebagai berikut :

“mato ro mbou toni reto kbe Raâ Bam-Na Tmah meseit truk, amu refo (Raâ Wiyon-Na Wofle) truk fe, kta ro mhou kre mato reto mamo bo snyuk ka Raâ Bam-Na Tmah, soh fibo bo snyuk reto Raâ Bam-Na tmah yawe ka’amu fo tabam refo masu marak, Raâ tabam refo mhai beta, aro mhou fe, bo snyuk reto safo meto, tnafo komeyan makan meto”

“Ruang maha suci hanya boleh dimasuki oleh Imam (Raâ Bam-Na Tmah), bagi para Rasul (Raâ Wiyon-Na Wofle) tidak diperkenankan untuk masuk ruang maha suci, sangat sakral, rahasia, segala sesuatu yang ada didalam ruang itu merupakan rahasia khusus bagi para Imam (Raâ Bam-Na Tmah), kalau rahasia ruang maha suci itu diberitahukan kepada Rasul (Raâ Wiyon-Na Wofle), maka dunia ini akan hancur, semua manusia akan mati, tak ada yang bisa hidup. Hal ini merupakan sesuatu yang sakral dan merupakan inti dari Tuhan”.

Dari ungkapan tersebut, dianalisis bahwa dalam ruang maha suci merupakan tempat takhta Allah dan tempat meletakan tabut perjanjian yang merupakan rahasia kerohanian “inti daripada kerohanian” dalam teologi wiyon-wofle.

Dalam perjalanan pendidikan tersebut dan setelah selesai (tamat), setiap Wiyon Tna (Murid) dan Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul-Guru pembimping) serta Raâ Bam-Na Tmah (Imam-Guru Besar/Kepala sekolah), tidak diperbolehkan keluar melalui pintu utama, mereka harus keluar dengan cara membocorkan atap lalu keluar, setelah semuanya telah keluar dari dalam kemah tersebut selanjutnya berbaris mengelilingi kemah itu dan Raâ Bam-Na Tmah (Imam-Guru besar/Kepala Sekolah) beserta Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul-Guru pembimbing) membakar Kemah (K’wiyon-Bol Wofle) dan disaksikan oleh Raâ Bam-Na Tmah, Raâ Wiyon-Na Wofle, Wiyon Tna. Setelah Kemah terbakar, Raâ Bam-Na Tmah, Raâ Wiyon-Na Wofle, Wiyon Tna, menyelidiki lagi dengan seksama isi abu tersebut dengan tujuan bahwa jangan ada sisa-sisa perkakas yang belum terbakar, semuanya harus dibakar tanpa sisa.

Dalam proses membakar K’wiyon-Bol wofle (Kemah -Sekolah), tidak dibiarkan segelintir perkakas atau sepotong kayu dari kemah yang tersisa, semuanya harus dipastikan terbakar lebur menjadi abu. Setelah semuanya itu selesai barulah Raâ Bam-Na Tmah, Raâ Wiyon-Na Wofle, Wiyon Tna, boleh meninggalkan lokasi kemah untuk proses Ujian kepada Murid (Wiyon Tna), setelah diuji (sana Wiyon) baru Murid-murid diteguhkan menjadi Raâ Wiyon-Na Wofle.

Aktivitas Wiyon-Wofle bisa dipersepsikan sebagai pendidikan tradisional orang Maybrat, Imian Sawiat, dan bisa dipersepsikan sebagai teologi tradisional. Alasannya adalah karena aktivitas Wiyon-Wofle memiliki dua karakter dalam satu aktivitas, yaitu dari segi pendidikan, Raâ Wiyon-Na Wofle disebut sebagai Guru, Guru Pembimbing, Dosen, Raâ Bam-Na Tmah disebut sebagai Guru Besar , Guru kepala, Kepala sekolah, Profesor, Senator. Wiyon Tna disebut sebagai Murid . K’wiyon-Bol Wofle disebut sebagai Sekolah, dan Asrama, aktivitas utama adalah Mber Wiyon atau Mendidik (belajar mengajar), dalam proses ini mereka juga mengenal tulisan dan huruf. Dari segi Teologi, Raâ Wiyon-Na Wofle disebut sebagai Rasul, Raâ Bam-Na Tmah disebut sebagai Imam, Rumah disebut sebagai Kemah-Tabernakel dengan ruang-ruang atau bilik yang sakral, Wiyon Tna disebut sebagai Murid, aktivitas utama dalam K’wiyon-Bol Wofle adalah Mber Wiyon (Pendidikan Dogmatik) Pemuridan.

Dalam peneguhan wiyon tna (Murid), biasanya dilakukan dengan cara menguji setiap Murid dengan menyuruhnya menyembuhkan orang sakit (tgif kiyam), menyembuhkan orang yang kena pagut dari ular (tgif aban), menlancarkan persalinan wanita hamil yang terhambat (tgif finya mabe), dan lain sebagainya. Ujian ini merupakan suatu aktivitas terakhir bagi wiyon tna (Murid) barulah diteguhkan sebagai Raâ Wiyon-Na Wofle. Ujian akhir ( sana Wiyon) yang dilakukan oleh Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul-Guru) dan Raâ Bam-Na Tmah (Imam-profesor) dan di ikuti oleh Wiyon tna (Murid) guna mencapai gelar sebagai seorang Raâ Wiyon-Na Wofle. Setiap Murid yang tamat dalam pendidikan Wiyon-Wofle, memiliki dua nama, yaitu nama duniawi dan nama yang diberikan oleh sekolah (nama suci).

Atas dasar pengakuan Wiyon tna itu sendiri, maka Raâ Wiyon-Na Wofle dan Raâ Bam-Na Tmah akan meneguhkan mereka dan mereka akan diterima sebagai anggota yang diperbaharui di dalam persekutuan wiyon-wofle (sebagai Raâ Wiyon-Na Wofle) yang sungguh-sungguh percaya kepada Wiyon-Wofle (Allah) mereka. Dengan demikian Wiyon Tna yang telah diteguhkan sebagai Raâ Wiyon-Na Wofle pun boleh duduk bersama-sama dengan Raâ Wiyon-Na Wofle yang lain bersama-sama dimeja perjamuan kudus, turut bertanggung jawab dalam tugas Wiyon-Wofle, memberitakan Allah yang dipercaya (Wiyon-Wofle) kepada dunia ini, dan turut benrtanggung jawab pula dalam pembangunan Wiyon-Wofle. Raâ Wiyon-Na Wofle dan Raâ Bam-Na Tmah, percaya dan mengaku bahwa dalam dalam Tuhan mereka (Wiyon-Wofle), mereka dikumpulkan sebagai anak-anaknya dari segala bangsa dan mempersatukan mereka menjadi satu tubuh yang Wiyon-Wofle adalah kepalanya dan Raâ Wiyon-Na Wofle adalah anggotanya. Dalam perjamuan suci didalam k’wiyon-bol wofle, Raâ Wiyon-Na Wofle memberi “Bofit” dan “Waif” sebagai tanda dan meterai dari tubuh dan darah, Wiyon-Wofle senangtiasa menghubungkan Raâ Wiyon-Na Wofle kepada persekutuan dengan dia sendiri dan persekutuan antara sesama Raâ Wiyon-Na Wofle sebagai anak-anaknya.

Dalam persekutuan dengan Wiyon-Wofle, Raâ Wiyon-Na Wofle dipanggil untuk mengaku dia sebagai Tuhan dan Juru selamat mereka melalui kata-kata dan perbuatan mereka setiap hari dan memberitahukan tentang dia keseluruh dunia. Jikalau dalam setiap ucapan dan perbuatan mereka tidak sesuai dengan perintah yang telah mereka terima dari Wiyon-Wofle, maka mereka akan menerima sangsi yang berat, yaitu mereka akan meninggal secara tiba-tiba (komeyan biji), ditimpa kelaparan (haisre mama), ditimpa kesakitan yang parah (kiyam mama), banyak persoalan yang menimpa (safo mai).

Tidak ada komentar: