Launching

Launching

Jumat, 09 Oktober 2009

TEOLOGI TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT WIYON-WOFLE ANTARA FAKTA DAN MITOS YANG DILUPAKAN

Part 19

TEOLOGI TRADISIONAL

SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT WIYON-WOFLE

ANTARA FAKTA DAN MITOS YANG DILUPAKAN

oleh

Hamah Sagrim



Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, cukup kental dengan nuansa spiritualitas yang berhubungan dengan leluhur. Tidak salah memang, walaupun di dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, sendiri sudah banyak menganut agama-agama yang diakui oleh pemerintah. Melihat kembali beberapa ratus tahun yang lalu, bahwa kehidupan masyarakat tidak lepas dari kepercayaan kepada leluhur. Dari kepercayaan leluhur ini, masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, khususnya secara gamblang membangun kehidupan keagamaan mereka.

Leluhur, bagi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dianggap sebagai yang bercikal bakal. Artinya leluhur dipercayai sebagai wujud dari sebuah komunitas masyarakat yang sedang berkembang sampai terbentuknya sistem di dalamnya. Proses berkembangnya komunitas sampai pada kehidupan masyarakat yang paling mendasar, yaitu kepercayaan. Masyarakat membutuhkan sarana untuk sampai pada yang memberikan hidup dan segala alamnya (sumber realitas tertinggi). Terbangunnya kepercayaan ini, tidak lepas dari peran leluhur yang dipercayai memberikan kenyamanan dan kehidupan yang lebih baik. Agama apapun yang dianut, termasuk yang dianut oleh masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua sekarang ini, tidak akan pernah lepas dari unsur kepercayaan terhadap leluhur.

Kemudian apa hubungannya dengan judul di atas? Di kawasan Maybrat, Imian, Sawiat, kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat, ada sebuah kepercayaan yang berkembang di masyarakat sekitar. Di wilayah ini, ada kepercayaan yang di anut oleh penduduk setempat sebagai Religi, dan juga terdapat lokasi-lokasi tertentu dimana Wiyon-Wofle berdiam diri. Di tempat ini pula para Theolog tradisional suku Maybrat, Imian, Sawait, menjadikannya sebagai sarana pemusatan pemujaan atau disebut maut hdan, mber wiyon, maut shafla. Aktifitas ini berkembang selama bertahun-tahun tanpa terganggu. Setelah memasuki abad kesembilan belas yang mana bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat di anggap sebagai abad transisi iman dan kepercayaan.

Dari cerita atau mitologi ini tentunya bisa ditarik kesimpulan bahwa, sejarah theologi tradisional wiyon-wofle (agama suku) di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, bisa dipercaya, dan merupakan suatu kepercayaan tradisional. Berkembang pula sebuah keyakinan mengenai cikal bakal dari masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua. Memang untuk membuktikan mitos atau cerita yang berkembang di masyarakat ini tidak begitu sulit karena masih bisa dilakukan suatu saat bila diminta (saat ini sedang dilakukan secara tersembunyi di perkampungan terpencil). Dan masyarakat setempat sangat percaya dengan teologi Wiyon-Wofle secara turun temurun. Mereka mendengar dari para leluhur dahulu. Sebuah cerita yang berkembang di masyarakat bisa dipercaya sebagai fakta ataupun hanya mitos, tergantung dari sudut pandang kita menganalisa.

Sebagai contoh faktanya, bahwa cerita ini berkembang dengan sangat kuat dan terpendam cukup lama di tengah masyarakat. Terlepas dari ditambah ataupun dikuranginya cerita mengenai kehadiran agama suku di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Wiyon-Wofle. Kedua cerita ini bisa saling dikaitkan dari latar belakang Agama Kristen moderen dan Tuhan sebagai realitas tertinggi. Pertama, bisa saja sebagai sebuah cerita bahwa masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, adalah Umat Tuhan yang mana Tuhan datang kepada mereka sebagai Wiyon-Wofle. Kedua, cukup banyak masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang beragama Wiyon-Wofle. Masyarakat Wiyon-Wofle ini disebut Raa wiyon-Na wofle, kebanyakan mereka ditemukan di daerah perkampungan-perkampungan terpencil Maybrat, Imian, Sawiat, Papua (kebanyakan terdapat di pedalaman Desa/Kampung)

Dengan bukti konkrit, masyarakat secara luas kiranya bisa memberi persepsi yang berbeda. Dengan adanya bangunan keagamaan seperti k'wiyon-bol wofle dan kepercayaan di Wilayah-Wilayah ini, bolehlah kita memberi penghargaan yang luar biasa. Sebab ada hal yang bisa dipelajari dari sebuah multikulturalisme. Yaitu keterbukaan akan sebuah perbedaan serta menghormati. Namun apapun itu, kiranya kita harus menghargai cerita yang berkembang sebagai wujud penghormatan akan nilai-nilai religiusitas di tengah suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Barat ini.

Tidak ada komentar: