Launching

Launching

Jumat, 09 Oktober 2009

STRATEGI DAN METODE PEMBINAAN KEPADA RAA WIYON –NA WOFLE DALAM K’WIYON – BOL EOFLE

Part 14

STRATEGI DAN METODE PEMBINAAN

KEPADA RAA WIYON –NA WOFLE

DALAM K’WIYON – BOL WOFLE

oleh

Hamah Sagrim

A. Strategi dan Metode pembinaan dalam k’wiyon-bol wofle.

Kebiasaan aktivitas teologi wiyon-wofle, ada beberapa strategi dan metode yang dipakai dalam pembinaan murid wiyon tna di dalam kemah “k’wiyon-bol wofle”. Aktivitas ini kita sebut sebagai “pendidikan teologi wiyon-wofle”.

Aktivitas teologi wiyon-wofle ini banyak mengungkapkan kronologis-kronologis yang berkaitan dengan aturan-aturan dalam mengungkapkan kerelegiusan mereka. Ini tampak pada strategi dan metode yang diterapkan dalam pembinaan para murid (wiyon tna).

Strategi dan metode yang dilakukan oleh Raa wiyon-Na wofle dalam mendidik murid wiyon tna didalam kemah k’wiyon-bol wofle adalah:

  1. Penilaian dan Perburuan Murid

Tujuan daripada strategi dan metode ini adalah untuk mendapatkan murid yang benar-benar memiliki kepribadian sifat yang baik seperti lemah lembut, murah hati, sabar, dan pengasih.

  1. Penangkapan Murid

Secara diam-diam Raa wiyon-Na wofle mendatangi seorang anak yang telah dinilai pantas untuk dibawa sebagai murid yang pantas untuk dididik sebagai wiyon tna dan selanjutnya akan menjadi Raa wiyon-Na wofle, dan mereka memberitahukan tujuan penangkapan anak tersebut biasanya kepada Ayahnya atu Ibunya, atau sanak saudaranya yang pada saat penangkapan dan pengasingannya telah melihatnya ditangkap. Proses penangkapan ini selanjutnya anak tersebut dibawa kedalam kemah k’wiyon-bol wofle dengan wajah anak tersebut dihitami dengan arang, yang mana sebagai simbol keduniawian, kefanaan. Pada sesi ini, anak tersebut belum resmi dikatakan sebagai wiyon tna-murid.

  1. Pembasuhan

Setelah anak tersebut atau yang nasih tergolong sebagai Manusia fana, ditangkap, dan dikotori, selanjutnya ia dibawa masuk kedalam kemah k’wiyon-bol wofle, terlebih dahulu anak tersebut dibawa kedalam ruang pembasuhan untuk dibasuh dengan ia diberi minum waif dan memakan bofit. Setelah meminum waif dan makan bofit baru anak tersebut dikatakan resmi sebagai wiyon tna murid.

  1. Pengajaran

Ketika anak tersebut dibasuh dan resmi disebut sebagai seorang murid wiyon tna, ia akan dibawa kedalam ruang suci atau ruang belajar (kre raa sme) untuk dididik (raa mber).

Alih-alih dalam proses pendidikan tersebut bukanlah suatu proses yang gampang, melainkan suatu proses aktivitas yang begitu menegangkan, sacral, tertutup, penuh tantangan dan memakan waktu yang relative lama diantara 9 bulan, bagi murid yang disiapkan sebagai seorang Rasuli (Raa wiyon-Na wofle), dan 12 bulan, kepada murid yang dipersiapkan sebagai Imam (Raa bam-Na tmah).

Aturan-aturan dalam proses ini dikatakan bahwa setiap aktivitas dalam kemah k’wiyon-bol wofle ditentukan sepenuhnya oleh Raa bam-Na tmah (Imam) serta dijalankan oleh Raa wiyon-Na wofle (Rasul) kepada Wiyon Tna (Murid). Cara makan yang diterapkan dalam k’wiyon-bol wofle adalah dua kali sehari, yaitu pada jam.03.00.WIT (subu) dan jam 19.00.WIT. malam. Jenis makanan yang disiapkan dan hanya memang itu saja yang diperbolehkan untuk makanan para wiyon tna adalah keladi yang umurnya tidak begitu tua (belum mencapai umur panen) dan minumannya adalah Pucuk Tebu yang terasa tawar. Setiap wiyon tna atau murid tidak diperbolehkan untuk keluar dari kemah k’wiyon-bol wofle apalagi bersentuhan dengan lingkungan luar, hal itu merupakan suatu petaka besar baginya, dan ketika seorang murid atau wiyon tna ada yang merasa buang air, maka dia harus digendong atau didukung oleh Raa wiyon-Na wofle untuk dibawa ke tempat yang sudah disiapkan untuk buang air, dilakukan demikian karena merupakan dogma dan aturan yang mengikat didalam kemah k’wiyon-bol wofle. Karena jika seorang wiyon tna berhubungan dengan areal luar tanpa dituntun oleh Raa wiyon-Na wofle maka dia dianggap telah kotor atau fana (ykeir-ytah koon).

Semua proses yang dijalankan ini merupakan metode dan strategi yang dipakai secara rahasia. Hal penting bahwa k’wiyon-bol wofle kemah adalah bait suci yang sifatnya sacral untuk mempertemukan Raa wiyon-Na wofle, Raa bam-Na tmah, Wiyon-Wofle dengan para murid - wiyon tna. Karena itu, semua Raa wiyon-Na wofle, Raa bam-Na tmah, dan wiyon tna, tunduk dan menjalani setiap peraturan kemah k’wiyon-bol wofle sekaligus mempunyai tanggungjawab untuk hidup sesuai dengan panggilan.

B. Penjelasan Umum Tentang Kesatuan Raa wiyon-Na wofle.

Telah kita ketahui bahwa, para teolog tradisional wiyon-wofle, Raa wiyon-Na wofle diharuskan menanggalkan cara hidup mereka yang lama dengan segala hawanafsu yang merusak dan fana. Mereka harus memulai suaut hidup baru atas dasar penyucian dalam kemah k’wiyon-bol wofle. Dengan perkataan lain, Raa wiyon-Na wofle hendaknya menggunakan cara hidup, berpikir secara manusia baru berdasarkan kasih dan melaksanakan kebenaran.

Disamping itu, bagi Raa wiyon-Na wofle dinasehati (raa m’watum) untuk mengasihi, menolong dan mengatakan kebenaran. Karena itu Raa wiyon-Na wofle biasanya tidak memberi kesempatan kepada kabes (iblis) untuk menguasai hidup mereka. Raa wiyon-Na wofle dalam kemah k’wiyon-bol wofle telah dinasehati agar mereka waspada terhadap kesalahan-kesalahan masa lampau, sebab semuanya bertentangan dengan watum (nasehat) dan bosnyuk (keilahian, kesucian) yang diterima didalam kemah (k’wiyon-bol wofle).

Ketika para murid wiyon tna meminum cawan (waef) dan memakan halia (bofit), berarti mereka telah terikat dengan wiyon-wofle “ALLAH”, mereka tidak boleh mendukakan har (roh kudus) yang menghubungkan mereka dengan wiyon-wofle. Karena har telah memateraikan mereka sebagai wiyon tna yang adalah milik wiyon-wofle. Selanjutnya para murid wiyon tna juga diajarkan agar hidup dalam kasih mesra (matmof anya) dan saling mengampuni (mhasu anya).

Para murid wiyon tna dituntut untuk hidup menurut panggilan dalam wiyon-wofle dan menyebut daftar keutamaan yang mereka harus laksanakan, yaitu memiliki sifat-sifat kerendahan hati, lemah lembut (mhaf sneh), kesabaran (mhaf ase) kasih mengasihi (matmof anya dan muum). Para murid wiyon tna juga dinasehati untuk benar-benar memelihara “kesatuan roh – har” oleh ikatan damai sejahtra sebagai orang suci.

Dasar-dasar persekutuan dalam k’wiyon-bol wofle menjelaskan bahwa Raa wiyon-Na wofle hidup dalam satu tubuh (metsu sou), satu roh (har sou), satu pengharapan (bogias sou), satu Tuhan (wiyon sou), satu iman (bonout sou), satu baptisan (mata waef mosou), didalam semua. Rupanya gambaran ini begitu mirib dengan kaum Stoa yang juga dikutip oleh Rasul Paulus. Baca kitab (Efesus, 4:4-6). Pemahaman kaun Stoa diambil oleh orang Kristen yang berbahasa Yunani, khususnya oleh Rasul Paulus sendiri. Paulus percaya bahwa Allah “berada didalam apa saja”. Raa wiyon-Na wofle juga percaya bahwa wiyon-wofle sebagai Allah mereka, Ia juga “berada dalam apasaja”. Oleh Rasul Paulus dan Raa wiyon-Na wofle sama-sama menyepakati bahwa Allah dan Wiyon-Wofle berada dalam apa saja, berarti boleh juga kita katakana bahwa “Allah yang disembah oleh Kristen bisa disebut wiyon-wofle dan wiyon-wofle yang disembah oleh Raa wiyon-Na wofle disebut Allah dan Kristus”. Sebenarnya inti daripada Nama Tuhan adalah bukan sebuah hal yang menghalangi DIA sang realitas tertinggi yang disebut ALLAH itu, akan tetapi yang dipersoalkan disini adalah oknum daripada Allah itu sendiri yang perlu dikenal. Esensi daripada kalimat yang berbeda tersebut didasarkan karena budaya dan bahasa yang berbeda-beda, karena suatu alas an, setiap suku bangsa didunia telah mengenal Allah secara baik dengan menggunakan cara, budaya dan bahasa mereka masing-masing tanpa meninggalkannya, demikian Allah menyatakan dirinya kepada setiap suku bangsa dengan memakai cara, bahasa, budaya, dan pola yang dapat dimengerti oleh setiap suku bangsa masing-masing dengan mudah agar mereka dapat mengenalnya dengan baik. Misalnya Allah menyatakan dirinya kepada orang Yahudi dengan menyebut dirinya YHWH, dalam bahasa Yahudi (aram), disuku Maybrat, Imian, Sawiat, West Papua, Allah menyebut dirinya wiyon-wofle dengan bahasa Maybrat, Imian, Sawiat, dan kepada sukubangsa lainnya yang memiliki agama suku di bumi Allah telah menyatakan dirinya kepada mereka dengan menggunakan bahasa mereka masing-masing.

Kita dapat simpulkan bahwa Allah tetap adalah Allah dalam perbedaan ucapan nama kepadanya sebagaimana yang dikatakannya sendiri dalam bibel “AKU ADALAH AKU” (baca Kitab Keluaran) Dia adalah oknum yang utuh, Dia abadi. Allah terdengar berbeda hanya dalam sebutan namaNya oleh setiap suku bangsa dengan bahasa mereka masing-masing yang mengenalnya, olehkarena itu, jika kita tidak berhati-hati dalam mengenal Allah seutuhnya, kita akan salah memproposisikan Allah sebagai pribadi lain.

Olehkarena itu, saya bependapat bahwa:

Agama boleh dan boleh saja terlihat berbeda, tetapi Allah adalah oknum yang satu. “mungkin agama Kristen menyebutnya Allah dalam bahasa Indonesia, God dalam bahasa Inggris, YHWH dalam bahasa Ibrani, sedangkan agama Buddha menyebutnya Afatar, dan setiap agama suku bangsa menyebutnya dengan nama lain dalam bahasa mereka masing-masing, sebagaimana orang Maybrat, Imian, Sawiat yang menyebutnya wiyon-wofle, walaupun perbedaan itu ada, akan tetapi ingat bahwa Dia adalah Allah yang satu didalam semua perbedaan itu, dan semua perbedaan itu berasal dari Dia dan bermula dari Dia”.

Allah adalah oknum yang satu, Ia berada dimana-mana, walaupun dunia ini penuh dengan beragam suku bangsa dan bahasa, serta budaya bahkan agama, namun Allah tetapi dimengerti dan dikenal oleh suku bangsa, bahasa, dan budaya sebagai Allah sang realitas tertinggi. Dalam kutipan diatas, kita akan menggunakan kalimat “DIA ADALAH ALLAH YANG SATU DIDALAM SEMUA PERBEDAAN ITU’ DAN SEMUA PERBEDAAN ITU BERADA DIDALAM DIA DAN SEMUANYA ITU BERMULA DARI DIA”. Untuk menjelaskan semua ini, sebagaimana dalam (kitab Kolose 1:17, Yohanes 8:58; 6:35; 8:23; 1: 3; Yesaya 1:6; 1 Yohanes 2:29)

“Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu didalam Dia”.

Ketika kita tinjau kembali pada sejarah-sejarah fundamentalis keagamaan dunia, maka setiap agama muncul ketika ada akibat dari Allah menyatakan diri kepada umat manusia. Ketika Allah menyatakan diri kepada Nabi Musa, Ia menggunakan bahasa Ibrani yang merupakan bahasa yang bisa dimengerti oleh Musa, sedangkan di Maybrat, Imian, Sawiat, Ia menampakkan diriNya kepada Mbouk, dengan menggunakan bahasa Maybrat, Imian, Sawit. Akibat dari penyataan Allah kepada Musa yang menyatakan dirinya YHWH, maka berdirilah agama Nasrani mula-mula dengan menggunakan kitab wahyu tertuanya adalah Talmud, sedangkan kepada orang Maybrat, Imian, Sawiat, akibat dari penyataan Allah yang menyatakan dirinya sebagai wiyon-wofle, maka berdirilah agama wiyon-wofle, dengan menggunakan pewahyuan tanpa teks (kitab). Akibat dari penyataan Allah kepada Nabi Muhamad, maka berdirilah agama Muslim, dengan menggunakan kitab tertuanya Quran yang diikhtisarkan oleh kaum Qurazi. Dan akibat dari Allah menyatakan dirinya kepada Afatar, berdirilah agama Buddha dengan kitab Wedha. Dan masih banyak agama-agama diluar sana yang berdiri atas dasar akibat penyataan Allah, dan tidak ada satupun agama didunia yang berdiri tanpa penyataan Allah.

Setiap agama menyatakan bahwa, Allah mereka masing-masing memiliki sifat-sifat keilahian seperti: Allah yang tidak memerlukan waktu, Allah yang kekal, Allah yang tidak terbatasi, Allah yang tidak pernah berubah, Allah yang maha tahu, Allah yang penuh hikmat, Allah yang maha kuasa, Allah yang Maha tinggi, Allah yang maha hadir, Allah yang maha setia, Allah yang Maha baik, Allah yang maha adil, Allah yang maha pengasih, Allah yang maha karunia, Allah yang maha kudus, Allah yang maha daulat.

Sifat-sifat Allah tersebut dimiliki oleh semua agama didunia, baik agama-agama reformer bahkan agama suku. Sifat Allah dalam setiap agama demikian karena semuanya menyembah kepada Allah yang satu itu. Dari uraian ini, saya katakana bahwa “tidak benar kalau kita membatasi Allah dengan mengatakan bahwa Allah yang benar adalah Alla yang disembah oleh agama ini atau agama itu, atau Allah yang disembah oleh suku bangsa ini atau suku bangsa itu, karena hal itu merupakan suatu keberpihakan dari dogma suatu agama tertentu”.

1. Suatu alas an mengapa demikian, karena Allah tidak bisa dibatasi oleh waktu dan ruang, dan tujuan Allah datang bukan untuk agama tertentu, tetapi Ia dating untuk Manusia. Jika kita membatasi Allah seperti demikian, maka kita telah merendahkan kekuasaan Allah, karena Allah tidak bisa dibatasi oleh waktu dan ruang, atau Allah tak pernah mengatakan bahwa dia hanya milik satu suku bangsa, akan tetapi seisi dunia ini berasal dari Dia. Adalah suatu kekeliruan besar yang menimbulkan dosa jika kita membatasi Allah dalam waktu dan ruang tertentu tanpa mengetahui bahwa Allah itu kuasa dan ia tidak seperti itu, dan hal ini merupakan suatu penghinaan terhadap Allah, karena kita membatasinya pada waktu dan ruang”.

C. wiyon tna di panggil untuk menyerahkan diri

Wiyon tna atau seorang Murid yang dibawa kedalam kemah untuk di didik Raa mber, ia diharuskan untuk mengikuti semua yang di ajarkan, dan agar supaya mereka menjadi raa wiyon-na wofle (pengikut wiyon-wofle), maka mereka diharuskan untuk mengikuti semua ajaran dan dogma dalam kemah dengan sepenuh hati, mereka harus benar-benar diajarkan untuk memahami karakter daripada wiyon-wofle. Dalam teologia wiyon-wofle, tidaklah cukup kalau seseorang yang disebut sebagai Raa wiyon-Na wofle hanya merasa cukup dengan hanya mendengar tentang nama wiyon-wofle (Tuhan) tanpa di didik secara ketat dalam tahapan yang ketat itu. Wiyon-wofle bagi Raa wiyon-Na wofle, dia bukan semata-mata seorang pribadi yang datang seperti seorang nabi yang hidup selama beberapa tahun di kalangan manusia yang seenaknya memperlakukan dia sebagai seorang sahabat, seperti juga yang dilakukan terhadap kebanyakan Raa wiyon-Na wofle atau nabi.

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengatakan bahwa Wiyon-wofle adalah pribadi dari yang esa, ia berasal dari kekal sampai kekal, ia berasal dari kekal sampai kekal, tanpa awal dan tanpa akhir. Ia adalah wiyon-wofle (Allah) yang maha tahu, yang maha bijak, yang maha kuasa. Bagi Raa wiyon-Na wofle, didalam kepercayaan mereka akan wiyon-wofle (Tuhan) mereka dapat mengenal sumber realitas tertinggi. Kualitasnya yang unik, yang sama sekali asing bagi mereka sebagai manusia, adalah sifatnya yang betul-betul tidak mementingkan diri sendiri. Dalam wiyon-wofle, orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Raa wiyon-Na wofle melihat inti dari semangat untuk mengorbankan diri. Raa wiyon-Na wofle melihatnya secara nyata walaupun tidak terlalu jelas, apa yang dimaksud dengan saling membagi diri, mengorbankan diri, dan menghilangkan diri demi mencapai jiwa yang kudus melalui penyerahan diri dalam pendidikan didalam k’wiyon-bol wofle.

Pengorbanan diri yang sepenuhnya dan mulia ini merupakan dinamika yang khas dari sistem pengubahan murid dari kefanaan kedalam kekudusannya. Ini merupakan energi utama dari keberadaannya, ini adalah pengaruh yang mahakuasa dari pribadi wiyon-wofle (Tuhan) yang menentang dengan seluruh kejahatan, dosa dan zinah.

Selanjutnya, pada gilirannya ketika para murid atau wiyon tna dipanggil untuk masuk ke dalam persekutuannya bersama wiyon-wofle, mereka diharapkan agar dapat menjadi orang-orang yang mempunyai kemampuan seperti itu. Keinginan wiyon-wofle yang utama adalah agar Raa wiyon-Na wofle atau pengikutnya dapat menunjukkan kualitas karakter yang sama seperti yang diperlihatkan olehnya melalui Imam (Raa bam-Na tmah) dan Rasul (Raa wiyon-Na wofle) yang di ajarkan kepada mereka. Jika seorang murid wiyon tna menyebut diri mereka orang wiyon-wofle (“sama seperti wiyon-wofle”), maka mereka wajib untuk menjadi serupa seperti wiyon-wofle, bukan hanya dalam perilaku harfiah saja, tetapi juga dalam sifat batiniah mereka juga.

Wiyon-wofle banyak menyatakan kemuliaannya, ia ingin membagikannya kepada para pengikutnya. Ia ingin supaya Raa wiyon-Na wofle dan Raa bam-Na tmah harus menyatakan kepada para murid wiyon tna tentang kemuliaannya. Ini tidak lain adalah karakter wiyon-wofle (Tuhan). Sifatnya yang dianggap sempurna oleh Raa wiyon-Na wofle merupakan kemuliaannya yang maha tinggi. Ini merupakan kualitas kehidupan dan perilaku yang unik, yang memisahkan dia jauh diatas tahta kudusnya.

Jadi ketika Raa wiyon-Na wofle membawa seorang murid wiyon tna untuk datang kepada wiyon-wofle dan mengikuti dia, ia memang benar-benar memperhatikan mereka untuk memasuki kehidupan yang sama sekali baru. Cara-cara lama tidak lagi memadai, sikap-sikap lama harus diubah. Sifat murid yang masih fana harus diubah seluruhnya. Mungkin bahasa yang lebih jelas dan tegas bahwa secara tidak langsung, wiyon-wofle (Tuhan) menyatakan bahwa untuk tinggal bersama dia, dan hidup selaras dengan dia, memiliki arah dan tujuan yang sama dengan dia, Raa wiyon-Na wofle diharuskan untuk menanggalkan semua lakunya yang fana (menyangkali semua itu secara total). Kedengarannya begitu sederhana, tetapi ini merupakan hal yang paling sulit dilakukan di dunia moderen yang materialistik ini. Hal ini merupakan risiko berat yang selalu diperhatikan oleh Raa wiyon-Na wofle.

Menurut teologi wiyon-wofle, bagi mereka yang sudah bersekutu dengan wiyon-wofle (Tuhan) yang biasa disebut Raa wiyon-Na wofle, jelaslah bahwa mereka tidak boleh bertentangan dengan dia. Tidak akan ada keserasian apabila sifat-sifat wiyon-wofle yang tidak fana itu menerima sifat Raa wiyon-Na wofle yang fana dan picik. Sifat-sifat kefanaan dari Raa wiyon-Na wofle harus dilenyapkan total. Sifat kefanaan harus dikorbankan kepada kehendak wiyon-wofle yang dianggap suci dan agung. Sifat kefanaan daripada Raa wiyon-Na wofle, diperintahkannya agar di tinggalkan supaya memperoleh suatu cara ekspresi iman yang arif.

Sifat mementingkan diri sendiri pada diri manusia, bagi wiyon-wofle ia memerintahkan hal itu kepada Raa wiyon-Na wofle agar meninggalkannya, guna memperoleh cara ekspresi baru yang ditransformasikan kepada mereka. Sifat-sifat kefanaan yang sering disebut-sebut untuk ditanggalkan seperti; sifat ingin menonjolkan diri sendiri, sifat suka memuji diri sendiri secara berlebihan, sifat mengutamakan kepentingan diri sendiri, sifat suka mengasihani diri sendiri, sifat memanjakan diri sendiri, sifat sifat memuaskan diri sendiri, sifat suka menghukum diri sendiri. Istilah-istilah yang terdenganr halus dan tinggi itu yang sangat dihargai oleh manusia, akan diterjemahkan dengan istilah yang agak mengejutkan ketika berhadapan dengan tuntutan wiyon-wofle. Sifat-sifat ini disebut sebagai “perbuatan daging - fana”, yaitu zinah, percabulan, kebencian, kutukan, amarah, perselisihan, hasutan, iri hati, kecemburuan dan lain-lain, merupakan ketidak benaran bagi wiyon-wofle.

Mungkin saja bagi manusia umum bahwa mereka merasa keberatan terhadap tuntutan seperti itu. Mereka menekankan bahwa mereka hanya “melakukan apa yang alami” ketika menjalaninya seperti itu. Hal itu benar – tetapi bagi wiyon-wofle, hal itu merupakan kebobrokan karakter manusia lama raa iin – fana . kedengarannya asing bagi manusia, yang mana kadang bersikeras mengatakan bahwa mereka dilahirkan dengan keadaan seperti adanya mereka. Ini juga benar! Manusia dilahirkan di dalam kefanaan dan seluruh kepribadiannya dibentuk dalam ketidakadilan. Mereka mengaku bahwa mereka tidak dapat menolong diri sendiri. Mereka tidak dapat! Itulah sebabnya mereka harus mencari penolong. Manusia harus menyerahkan diri kepada sang realitas tertinggi. Raa wiyon-Na wofle dituntut agar harus percaya sepenuhnya kepada wiyon-wofle secara penuh untuk berubah, karena wiyon-wofle akan melakukan suatu perubahan pada mereka jika mereka rela melakukan semua yang diperintahkannya.

Disinilah letak kesulitannya. Raa wiyon-Na wofle harus benar-benar ingin menjadi berbeda, mereka rindu untuk dilahirkan kembali didalam keserupaan wiyon-wofle, mereka selalu bersungguh-sungguh ingin supaya di bebaskan dari karakter lama mereka kefanaan yang dianggap begitu kotor untuk diubahkan menjadi murni seperti wiyon-wofle (Tuhan) mereka.

Bagi manusia awam, ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang sangat menyelidiki jiwa manusia. Pertanyaan-pertanyaan itu menembus batas-batas pengetahuan manusia hingga pada alam kausalitas yang tidak mungkin diketahuinya bahkan akal normalpun tidak memadai dan juga pertanyaan-pertanyaan itu menuntut perubahan-perubahan yang radikal dan drastis dalam diri manusia dan menuntut supaya sifat-sifat manusia dibentuk kembali.

Teologia wiyon-wofle menyatakan bahwa suatu harga yang harus dibayar untuk mencapai Raa wiyon-Na wofle yang sejati adalah menanggalkan kefanaannya yang dilakukan setiap hari. Ongkosnya ialah mereka harus menyerahkan kehendak mereka seutuhnya dan merujuk pada kehendak wiyon-wofle (Tuhan). Prosesnya merupakan peniadaan dari manusia fana menjadi manusia baru “raa wiyon-na wofle” yang kelihatannya begitu rumit dalam proses dan cukup menegangkan dari ketiadaan yang rumit supaya bisa bebas dari keakuan mereka supaya dapat mengikuti wiyon-wofle yang ditransformasi dalam kemah k’wiyon-bol wofle.

Pada permulaan panggilan wiyon-wofle kepada umatnya untuk menanggalkan kefanaan mereka sendiri agar dapat mengikuti dia, merupakan harga yang bagi orang awam tidak mungkin untuk dibayar. Mungkin ini berkaitan dengan kebutuhan akan penyangkalan diri sepenuhnya. Tetapi keputusan yang hati-hati telah dilakukan oleh Raa wiyon-Na wofle yang mana diambil karena mereka telah melihat dengan jelas bahwa mereka adalah budak nafsu dari diri sendiri. Mungkin keseluruhan manusia secara harfiah adalah benar-benar menjadi hamba dari sifat kefanaan, dan ini benar-benar merupakan sumber dari sebagian besar kesedihan, stress, dan kepedihan hati dalam belenggu jahat, yaitu sifat manusia yang mementingkan diri sendiri! Manusia sesungguhnya terkurung oleh egoisme, kesombongan, dan harga diri sendiri yang begitu merujuk pada kefanaan.

Wiyon-wofle telah mengkonfrontasikan dirinya kepada Raa wiyon-wofle di dalam k’wiyon-bol wofle dengan mentransformasikan kekudusannya untuk memerdekakan Raa wiyon-Na wofle dari belenggu diri sendiri. Ia membebaskan Raa wiyon-Na wofle yang terpenjara oleh kefanaan agar mereka dapat mengikuti dia untuk menyangkali diri dengan sukacita. Wiyon-wofle memutuskan tali kefanaan yang mengikat Raa wiyon-Na wofle pada diri mereka sendiri dan ia memungkinkan Raa wiyon-Na wofle untuk menempuh jalan menuju kekudusan bersama dia.

Sisi lain dari tantangan yang diperhadapkan kepada Raa wiyon-Na wofle ialah untuk menemukan kesukaan yang indah dan berlimpah dengan melakkukan apa yang diperintahkan oleh wiyon-wofle. Setahap demi setahap kesadaran rohani Raa wiyon-Na wofle yang tumpul akan mendapat penerangan sehingga mereka tahu bahwa tak satupun dari tuntutan wiyon-wofle bertujuan merendahkan mereka atau membawa mereka kedalam keputusasaan. Bahkan sebaliknya! Setiap perintah itu dirancang demi kebaikan Raa wiyon-Na wofle. Semua itu diberikan untuk memperkaya hidup Raa wiyon-Na wofle, menambah pengalaman Raa wiyon-Na wofle, memperluas wawasan Raa wiyon-Na wofle, dan meningkatkan kesejahteraan Raa wiyon-Na wofle. Semua itu diberikan agar Raa wiyon-Na wofle bisa memperoleh hidup yang terbaik. Konsekuensinya, hal itu menjadi panggilan yang membawa kehormatan dan luhur untuk meuruti kehendaknya. Wiyon-wofle menjadi satu-satunya sumber inspirasi bagi Raa wiyon-Na wofle, terutama bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, secara keseluruhan.

Ketika kesadaran ini menerangi jiwa – jiwa Raa wiyon-Na wofle, hal itu juga menghapuskan kebutaan rohani mereka sehingga mereka dapat melihat maksud-maksud luhur wiyon-wofle bagi mereka. Apa yang menurut pandangan lama Raa wiyon-Na wofle merupakan harga pengorbanan diri yang sangat mahal, kini dapat dipahami sebagai kehormatan istiewa yang dianugerahkan kepada Raa wiyon-Na wofle oleh wiyon-wofle, yang mengundang mereka untuk masuk kedalam persekutuannya yang eksklusif. Kita melihat dengan jelas bahwa wiyon-wofle menantang pengikutnya untuk mendapatkan hidup yang mulia seperti hidupnya sendiri, di mana ia meanggil mereka menjadi sahabatnya, dan bahkan lebih dari itu.

Dari pihak wiyon-wofle sendiri, Ia selalu siap untuk memasuki kehidupan Raa wiyon-Na wofle yang telah terbuka baginya. Ia siap untuk membagikan kemuliaannya kepada jiwa Raa wiyon-Na wofle yang telah menerimanya. Ia dengan senang hati bersedia tinggal di dalam diri Raa wiyon-Na wofle yang dalam kerendahan hati mereka telah bersedia membuka lebar-lebar kehendaknya dan wataknya untuk menerima kehadirannya.

Wiyon-wofle meminta dengan sengaja dan dengan sangat konsisten agar Raa wiyon-Na wofle menyerahkan diri mereka kedalam kendalinya. Sementara hal ini dilakukan setiap hari dalam konsentrasi peniadaan diri, wiyon-wofle sendirilah yang akan memberikan mereka kuasa untuk melaksanakan perintahnya dan untuk menuruti kehendaknya. Kerelaan Raa wiyon-Na wofle sepenuhnya terhadap kehendak wiyon-wofle dimungkinkan karena keyakinan mereka yang nyata kepada karakternya yang hebat. Ia tidak akan memperdayakan atau menipu Raa wiyon-Na wofle. Ia dapat dipercaya sepenuhnya oleh Raa wiyon-Na wofle sehingga segala sesuatu akan berjalan dengan baik.

Iman yang sedrhana terhadap kesetiaannya yang sempurna itu akan membuka suatu pengalaman yang luas bagi Raa wiyon-Na wofle dengan penuh kesucian bersama wiyon-wofle. Raa wiyon-Na wifle mendapati bahwa sementara mereka dengan sengaja tunduk sepenuhnya kepada rencana agung daripada wiyon-wofle, mereka akan terlibat bersama dia dalam pelayanan dan proyek keimanan yang dirasa merupakan sukacita yang jauh lebih indah daripada apa yang Raa wiyon-Na wofle sendiri bisa harapkan. Ia mengambil hidup Raa wiyon-Na wofle yang lemah ini dan menggunakannya demi tujuannya yang agung.

Pengorbanan diri yang dilakukan oleh Raa wiyon-Na wofle, tidak lagi terasa berat dan mahal dalam perhitungan mereka. Sekarang Raa wiyon-Na wofle melihatnya sebagai respons mereka yang paling masuk akal terhadap tawaran kasih dan perhatian wiyon-wofle (Tuhan) kepada mereka. Raa wiyon-Na wofle mulai mengasihi sebagaimana wiyon-wofle mengasihi, karena ia menuntut akan prioritas hal itu. Raa wiyon-Na wofle mulai dapat memahami kebenaran yang kekal bahwa tujuan utama manusia adalah bukanlah melayani dirinya sendiri, tetapi hidup berkenaan dan menjadi soko guru bagi orang lain. Kita mulai melihat disini rahasia hidup tentang kunci menuju kepuasan hidup dan dinamika untuk hidup berkelimpahan yang ada pada Raa wiyon-Na wofle adalah merupakan tuntutan dan tanggung jawab mulia.

Hari demi hari, sementara Raa wiyon-Na wofle dengan kehendak mereka sendiri, mereka di arahkan dengan pilihan untuk menyelaraskan hidup mereka dengan kehendak wiyon-wofle, untuk mempersatukan diri mereka dengan aspirasinya, untuk bertumbuh dalam persekutuan dengan dia, dan untuk menyukai kehadirannya dalam diri mereka. Raa wiyon-Na wofle akan menemukan rahasia besar lainnya; secara serentak, wiyon-wofle juga bekerja dalam diri Raa wiyon-Na wofle, ia menyesuaikan diri mereka dengan karakternya yang sempurna. Suatu perubahan yang menarik untuk dipelajari, karena terjadi di dalam roh mereka, jiwa mereka, dan tubuh mereka. Raa wiyon-Na wofle diciptakan kembali, dibentuk kembali menjadi orang-orang yang tidak fana, tidak mementingkan diri sendiri, ramah, murah hati, dan berjiwa besar. Mereka menjadi lain, berbeda, tidak serupa dengan dunia, dan terpisah dari kefanaan di sekeliling mereka yang hanya mementingkan diri sendiri.

Perbedaan ini tidak terletak pada kepercayaan atau iman istimewa atau pada serangkaian peraturan tertentu. Perbedaan tersebut terletak pada dinamikan kehidupan orang beriman baik bagi orang Kristen, Raa wiyon-Na wofle, dan Biddhist. Kini sang realitas tertinggi itu sendirilah yang menentukan perilaku umatnya. Bagi Raa wiyon-Na wofle, mereka bukanlah milik mereka sendir; mereka adalah milik wiyon-wofle. Perilaku mereka, ucapan mereka, karakter mereka adalah saksi hidup yang dukuasai sepenuhnya dalam diri mereka. Sungguh suatu kehormatan besar! Sungguh suatu panggilan yang tinggi dan agung.

D. Ciri dan Karakter Seorang Murid wiyon tna ketika dibina sebagai Raa wiyon-Na wofle.

Setelah seorang murid wiyon tna dididik secara tertutup selama 9 bulan dan 12 bulan, maka ia menjadi matang dan siap untuk menjalankan titah yang diterimanya dari kemah k’wiyon-bol wofle sesuai dengan kesiapannya, selanjutnya dia diuji (sana wiyon) sebagai akhir kelulusannya.

a. Ciri dan Karakter seorang Murid ketika di tempah sebagai Raa wiyon-Na wofle adalah:

1. Berwibawa

2. Melayani

3. Mengasihi

4. Menolong

5. Berani mengambil keputusan-keputusan secara etis

6. Sabar

7. Hidup dalam kesucian

8. Berkorban demi orang lain

9. Cara hidupnya berbeda dengan manusia biasa

10. Ber Etika

11. Berdiri sebagai Pemimpin

12. Pandai atau Cerdas

b. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh Raa wiyon-Na wofle ketika lulus dalam pendidikan didalam kemah k’wiyon-bol wofle:

2. Kemampuan menyembuhkan orang sakit

3. Kemampuan menghentikan hujan (tomo igit)

4. Kemampuan menghardik gelombang (mbis figim mgnar)

5. Kemampuan memerintahkan air menjadi kering dan banjir (tomo mos)

6. Kemampuan memerintahkan air untuk membunuh orang (hooh)

7. Kemampuan menghentikan angin (tomo fos)

8. Kemampuan memerintahkan angin menjadi ganas (mbis of)

9. Kemampuan mengembalikan nyawa orang mati atau membangkitkan orang mati (mawian boheya)

10. Kemampuan mengusir setan, Tukang sihir, Santet (kabes fane)

11. Kemampuan memanggil hewan liar, seperti Ikan, burung, dan yang lain sebagainya (bereh fre)

12. Kemampuan mengenal setiap pribadi orang, (mhar netsu)

13. Memiliki kemampuan untuk mengetahui masa depan (bonout myio).

14. Lebih pandai (magit maan).

E. Pembentukan Raa wiyon-Na wofle menjadi Sebuah Jemat

Jemat wiyon-wofle atau Raa wiyon-Na wofle, secara resmi dibentuk pada waktu pewahyuan wiyon-wofle kepada Mbouk. Pada saat itu, Mbouk dianggap sebagai seorang Nabi, akan tetapi ia menjalankan tugas sebagai Raa bam-Na tmah (Imam) karena dia secara langsung melakukan perintah dari wiyon-wofle dan para Rasul – adalah Raa wiyon-Na wofle yang mana mendapat tugas untuk menyampaikan berita tentang wiyon-wofle “ber wiyon-wofle”, kepada suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, dan dan keseluruh dunia. Hasilnya, jemaat wiyon-wofle atau Raa wiyon-Na wofle dibentuk dan dibangun pada pelosok Maybrat, Imian, Sawiat.

Melalui uraian diatas, jelaslah bahwa jemaat itu bukan didirikan atas inisiatif MBOUK sebagai manusia yang juga dipandang sebagai Nabi Wiyon-Wofle sendiri, tetapi jemaat itu ada karena dibentuk oleh Tuhan yang disebut sebagai wiyon-wofle oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai Allah mereka. Wiyon-wofle adalah sang ilahi yang menjadi dasar serta kepala dari jemaat Raa wiyon-Na wofle, karena itu setiap jemaatnya disebut Jemaat wiyon-wofle – Allah atau Raa wiyon-Na wofle yang disucikan oleh waif sebagai cawannya. Diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat, hanya ada satu eklesia wiyoh-wofle saja tetapi memiliki beberapa aliran seperti; wiyon-wofle U, wiyon-wofle TOHMI, wiyon-wofle SOHORO, wiyon-wofle BRAT. Dikatakan demikian karena jemaat atau Raa wiyon-Na wofle bersumber dari wiyon-wofle dan kita dapat mengatakan bahwa Raa wiyon-Na wofle jemaat itu adalah tubuh wiyon-wofle. Ungkapan tubuh “wiyon-wofle” hendak ditegas bahwa wiyon-wofle sendiri adalah kepalanya. Dengan katalain, jemaat wiyon-wofle – Raa wiyon-Na wofle tetap ditempatkan dibawah wiyon-wofle sebagai kepalanya. Karena itu, jemaat-jemaat wiyon-wofle yang berada diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat, yang banyak itu diikat menjadi satu dalam pelayanan “mber wiyon”.

Tidak ada komentar: