Part 2
OMNISCIENCE — KEMAHA TAHUAN
Teologi wiyon-wofle mengklaim bahwa wiyon-wofle (Tuhan) yang mereka imani mengetahui segala sesuatu. Selanjutnya kita akan memparalelkannya dengan teologi injil Kristiani, sebagaimana ungkapan dalam kitab injili bahwa Tuhan itu maha tahu segala sesuatu, maka diantara sekian jenis kebenaran yang diketahui oleh Tuhan adalah kebenaran-kebenaran apriori yang berkenan dengan iman dan logika. Ungkapan ini melingkupi pengetahuan yang telah kita ketahui dan yang tidak samasekali kita ketahui sehingga Tuhan itu memiliki kuasa kemaha tahuan (omniscience) dan Ia pasti mengetahui segala sesuatu itu hingga akar-akarnya.
Tidak mengherangkan jikalau teologi natural suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat (wiyon-wofle) dan teologi Kristen tidak mengatakan apa-apa tentang pengetahuan ketuhanan mereka seputar kebenaran yang bukan apriori. Teologi wiyon-wofle mengatakan bahwa; kebenaran-kebenaran yang ada dan abadi itu berasal dari wiyon-wofle (Tuhan) yang mereka imani dan bergantung kepadanya secara utuh sebagaimana ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya dalam teologi kristiani. Dengan demikian dikatakan bahwa kebenaran-kebenaran itu independent dari Tuhan (wiyon-wofle), dan sama saja dengan mengatakan bahwa wiyon-wofle seolah-olah adalah Jupiter atau saturnus dan menganggapnya sebagai styx dan fates. Mungkin hal ini sangat bermakna bagi kaum kristiani, dan agama lainnya, olehkarena itu mungkin setiap sukubangsa tidak perlu ragu-ragu untuk mengatakan Tuhan dimanapun mereka berada, bahwa Tuhanlah yang menetapkan hukum-hukum bagi alam sebagaimana seorang raja menetapkan hukum bagi kerajaannya. Tiada sesuatupun yang tidak kita mengerti jika pikiran kita memperhatikan hukum-hukum itu. Namun dalam hal ini, jika segala sesuatu itu diciptakan oleh manusia, maka bagi Tuhan Ia mampu merubahnya, akan tetapi sebaliknya bagi manusia tidak mungkin mengubah suatu ciptaan bila yang menciptakannya adalah Tuhan.
Dalam ungkapan teologi wiyon-wofle, seolah-olah ada “satu penggambaran sifat wiyon-wofle (Tuhan) yang hampir universal, sebagaimana sifat Tuhan injil Kristiani”. Karena konsep teologi wiyon-wofle dan teologi injil Kristen mengatakan demikian, maka disimpulkan bahwa Esensi wiyon-wofle dan Tuhan injili memiliki kesamaan sifat yang membawa kesempurnaan dalam esensi dan sesuatu yang lain dan lebih dari itu, maka wiyon-wofle dan Tuhan injili adalah Tuhan yang mengetahuai segala sesuatu dalam esensinya sendiri dengan kemaha pengetahuannya yang tepat tentang setiap hal.
Para teolog tradisional wiyon-wofle, (Raa wiyon-Na wofle), mereka bersepakat bahwa akal dan kehendak wiyon-wofle adalah suatu hal yang kekal dan abadi, demikian ketika diparalelkan dengan Tuhan injili, termasuk pikiran dan esensi daripada Tuhan itu sendiri. Raa wiyon-Na wofle mangatakan semua itu sebagai sesuatu yang utuh dan mempunyai kuasa. Raa wiyon-Na wofle mengerti bahwa doktrin ini mengimplikasikan bahwa apapun yang diketahui oleh wiyon-wofle (Tuhan) berarti ia mengkehendakinya; doktrin ini tidak begitu menghalangi para teolog wiyon-wofle untuk membuat pembedaan antara beragam tipe pengetahuan dan tipe kehendak wiyon-wofle (Tuhan). Misalnya, Raa wiyon-Na wofle telah membedakan antara pengetahuan wiyon-wofle (Tuhan) tentang esensi (yang memuat segala sesuatu yang aktual dan mungkin) dan kesadaran wiyon-wofle (Tuhan) akan realitas atau scientia Visionis (memperhatikan apa yang aktuil). Teologi wiyon-wofle juga membedakan dua macam kehendak wiyon-wofle; kehendak untuk membiarkan atau kehendak sebagai akibat (dimana wiyon-wofle “Tuhan” menghendaki apapun yang terjadi, Karena apapun yang terjadi itu senangtiasa berada dalam kemaha kuasaannya dan pasti dicegah olehnya), dan kehendak akan kebahagiaan yang baik atau kehendak sebagai sebab (dimana wiyon-wofle itu menghendaki sesuatu sebagai yang bernilai dalam diri sesuatu itu sendiri, seperti pengorbanan dari seorang beriman). Seandainya hal yang sama dapat terjadi dengan semua pengetahuan dan kehendak wiyon-wofle (Tuhan), maka pembedaan yang dilakukan oleh teologia wiyon-wofle memiliki kesamaan dengan yang dilakukan dalam teologia Kristen.
Dengan demikian, kebenaran abadi Tuhan injili dan wiyon-wofle tidak bergantung kepada pengetahuan dan intelektual manusia atau kepada segala sesuatu yang eksis tetapi hanya pada Tuhanlah yang membuatnya dari keabadian sebagai suatu pengatur utama.
Dari diri teologia natural suku Maybrat, Imian, Sawiat, (wiyonn-wofle), setahap demi setahap dalam bagian-bagian penggalan pengetahuan yang mengagumkan ini, kita bisa temukan adanya upaya-upaya mereka untuk memberikan suatu bukti apriori tentang generalisasi-generalisasi empiris, seperti bukti yang menyatakan tentang hukum-hukum gerak keabadian wiyon-wofle dan Tuhan injili.
Mari kita melihat pada kitab injili. Seorang penulis Mazmur mengatakan bahwa, Tuhan memiliki kekuatan akan kemahatahuan sebagaimana tertulis dalam bibel, yang mana menggambarkan wujud Tuhan secara metaforis yang ditarik dari kekuasaannya. Misalnya, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, sehingga ketika dibilang mata Tuhan atau dibilang Telinga Tuhan, itu berarti kekuatan untuk melihat dan mendengar, meskipun penglihatan dan pendengaranNya itu bersifat kemaha kuasaan dan bukan aktifitas sensorik atau indera.
Paling dekat lagi dalam pemberian predikat inderawi bagi Tuhan. Raa wiyon-Na wofle yang mengatakan bahwa jika Esse adalah Percipi, maka objek-objek yang tidak dipahami oleh kekuatan-kekuatan yang terbatas pasti tetap berada dalam eksistensinya oleh pemahaman sang realitas tertinggi terhadapnya. Dengan demikian, Raa wiyon-Na wofle mengatakan bahwa dalam pikiran wiyon-wofle, pasti termuat ide-ide tentang segala sesuatu yang bisa dipahami oleh manusia yang terhisap dalam wiyon-wofle (Raa wiyon-Na wofle) dan sebaliknya tidak bisa dipahami oleh orang awam atau manusia fana (Raa iin-Na iin). Eksistensi sang realitas tertinggi seperti itu memang tidak disangkal, karena Dia memang sempurna dan Dia bisa merasakan ketidak sempurnaan seperti kita. Bahwa Tuhan (wiyon-wofle) tahu atau mengerti apa rasa sakit itu, bahkan tentang segala jenis rasa sakit dan ia mengerti serta turut merasakan sakit dari ciptaannya yang sedang sakit. Memang demikian bahwa Tuhan itu maha tahu, tidak perduli, Dia mau disebut wiyon-wofle, YHWH, atau Afatar, tetapi Dia tetaplah Tuhan dan tentang kemaha tahuan, hal itu merupakan suatu kesempurnaan, karena Tuhan (wiyon-wofle) itu maha tahu dan Ia memiliki ide-ide sempurna dan Esa, tetapi ide-idenya tidak muncul dalam dirinya melalui perangkat inderawi seperti manusia.
Pemikiran dan konsep wiyon-wofle (Tuhan) menurut Raa wiyon-Na wofle tentang konsistensi Ketuhanan menyangkut hal inderawi dan memang sangat berdasar pada epistemology mereka yang mana menyatakan bahwa; semua ide-ide manusia sudah ada dalam pikiran wiyon-wofle (Tuhan). Karena diantara ide-ide itu, manusia menemukan adanya ide-ide panas dan dingin, manis dan asam, maka ide-ide manusia tersebut bagimanapun juga berada dalam pikiran wiyon-wofle (Tuhan). Pemikiran Raa wiyon-Na wofle begitu sama dengan yang diungkapkan dalam pemikiran teologi kristian. Demikian sebaliknya kalau manusia memiliki inderawi yang berbeda dengan Tuhan, maka rasa inderawi manusia itu bersama kepemilikan ide-idenya tidaklah mencukupi. Kalau memang seperti itu, maka pandangan Raa wiyon-Na wofle tentang indera Manusia dan Tuhan benar-benar memadai.
Betapapun kecil kadar kebenaran pemikiran teologi wiyon-wofle orang Maybrat, Imian, Sawiat, dapat disangkal bahwa Tuhan (wiyon-wofle) memiliki mata, telinga dan pengalaman inderawi yang mulia. Demikian, mereka sangat yakin bahwa wiyon-wofle dapat mengetahui secara intelektual kebenaran-kebenaran yang manusia ketahui melalui perangkat inderawi. Dengan melihat bahwa api itu merah, dengan merasakannya aku dapatinya terasa panas; dengan mengecapnya aku tahu gula itu kasar. Menurut Raa wiyon-Na wofle, semua kebenaran tentang hal-hal yang partikular ini diketahui oleh wiyon-wofle (Tuhan) dengan perangkat inderawiNya atau perangkat keesaannya.
Saya berpendapat bahwa untuk memiliki pengetahuan empiris, tidak serta merta membutuhkan pengalaman inderawi. Mengetahui sesuatu kebenaran ilmiah itu tidak mengharuskan memferifikasinya atau mengujinya sendiri. Hanya diketahui bahwa pengetahuan tersebut telah diferifikasi atau dibuktikan berarti itu sudah cukup. Telah jelas bahwa sebagian besar pengetahuan kita tentang fakta-fakta ilmiah, tentang penerimaan kita terhadap teori-teori ilmiah didasarkan pada kesaksian orang lain. Maka secara prinsip tidaklah mustahil bagi Tuhan untuk mengetahui kebenaran empiris itu tanpa Ia harus mengalaminya sendiri. Tetapi tidak ada seorangpun yang dari suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, terutama Raa wiyon-Na wofle berpandangan bahwa Tuhan (wiyon-wofle) mengandalkan kesaksian manusia untuk mengetahui kebenaran-kebenaran empiris tersebut; Tuhan tidak mungkin membuka ensi – clopedia atau menunggu temuan selanjutnya dari para ilmuwan untuk mempelajari apa yang ditemukan. Tuhan sangat mengetahui kebenaran-kebenaran, baik yang alamiah, dan tidak alamiah dan fakta-fakta empiris yang berhubungan dengan pengalaman. Dia tahu kebenaran-kebenaran tersebut dengan mengetahui kehendaknya sendiri. Lebih tepatnya; Dia tahu hipotesis-hipotesis mana yang bersifat mungkin dengan mengetahui esensi dan kekuasaanNya sendiri; Tuhan tahu hipotesis-hipotesis mana yang aktual dengan mengetahui hipotesis yang akan diperlakukanNya.
Dari konsep berpikir teolog tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa “apapun hal yang bisa dihasilkan atau diaplikasikan atau dikatakan oleh makhluk dan juga apapun yang dihasilkan sendiri oleh Tuhan, semuanya diketahui oleh Tuhan (wiyon-wofle), bahkan seandainya semua itu tidak benar-benar ada, dalam hal ini bisa dikatakan bahwa Tuhan (wiyon-wofle) memiliki pengetahuan bahkan tentang hal-hal yang tidak ada dan hal-hal yang ada”.
Dalam pengetahuan praktis, dapat kita tarik kesimpulan antara Tuhan tradisional suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, wiyon-wofle dan Tuhan injili bahwa; hal pengetahuan praktis, dapat dikatakana bahwa Tuhan mengetahui segala sesuatu itu dengan kuasa kemahatahuanNya, hal ini merupakan suatu keyakinan iman Kristen dan iman wiyon-wofle. Demikian dapat dikatakan bahwa segala sesuatu itu seperti adanya, sebab Tuhan memiliki kuasa pengetahuan plus kehendak bahwa sesuatu itu seperti adanya; disisi lain, hal itu juga benar berkenan dengan pengetahuan spekulatif dari kuasa Tuhan dimana Tuhan tahu bahwa segala sesuatu itu, dan merupakan kehendakNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar