Launching

Launching

Jumat, 09 Oktober 2009

TUHAN SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT “WIYON-WOFLE”

Part 22

TUHAN SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT

“WIYON-WOFLE”

oleh

Hamah Sagrim



Buku ini bisa disebut sebagai sebuah kajian tentang beberapa sifat yang secara tradisional dilekatkan pada diri Tuhan dalam teisme suku Maybrat, Imian, Sawiat, merbuan West Papua. Selanjutnya kajian ini akan diparalelkan dengan sifat-sifat Allah injili dalam bibel.

Tujuan daripada kajian ini tampaknya lebih bersifat perbandingan teologis, yakni konsepsi Tuhan dalam wiyon-wofle dan sifat-sifatnya dalam kerangka iman tradisional kepercayaan agama suku orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan selanjutnya diparalelkan dengan Iman moderen dalam kepercayaan agama Kristiani. Konsep Tuhan dalam kerangka iman ini merupakan suatu pendiskusian yang tidak terikat atau tidak menerima suatupun klaim otoritas dari wahyu tertentu, baik wahyu Kristen maupun wahyu wiyon-wofle, akan tetapi inti daripada kajian ini agar memberikan suatu rujukan kepada setiap pencari Tuhan agar lebih cerdas dalam mengenal siapa Tuhan itu. Dengan kata lain, meskipun kajian ini termasuk kedalam suatu disiplin teologi tradisional, yaitu teologi tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, wiyon-wofle, namun ia sebisa mungkin diupayakan menjadi sebuah disiplin teologis yang sifatnya suatu penggabungan antara teologis moderen dan teologis tradisional.

Meskipun secara umum kajian teologi dan iman semacam ini bisa dilakukan oleh kalangan orang beriman, praktik teologi natural wiyon-wofle ini tidak akan serta merta membawa seseorang untuk langsung percaya atau tidak percaya terhadap keeksistensian Tuhan tradisional wiyon-wofle itu. Dapat dikatakan bahwa dengan melihat koherensi dari sejumlah sifat-sifat Tuhan injili dalam bibel, maka kajian ini akan bersifat konseptual muncul pertanyaan awal bahwa “apakah secara logis mungkin ada suatu Entitas yang meiliki sifat-sifat ketuhanan tradisional?”.

Kata natural dalam istilah “teologi Natural” ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya kontra teologi natural dan teologi injili. Teologi tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, wiyon-wofle, bukanlah natural dalam artian sebuah aktivitas yang sederhana atau tidak rumit. Konsep agama wiyon-wofle yang adalah agama natural merupakan produk dari teisme suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang disebut wiyon-wofle dan merupakan suatu teologia yang rumit dan dipastikan terdengar asing bagi sebagian besar telinga pemikir keagamaan. Konsep ini muncul dimana para penginjil lokal suku Maybrat, Imian, Sawiat, di wilayan Meirbuan Papua banyak melakukan refleksi atas apa yang mereka percayai. Yaitu ketika mereka menyebut suatu penyamaan antara untsur-unsur yang tersusun melalui bagian-bagian yang menurut mereka didasarkan kepada wahyu supranatural dari Tuhan dalam bibel, melalui Musa dan Kristus dalam sejarah keimanan Yahudi dan gereja kristiani dengan memparalelkan dengan Tuhan tradisional wiyon-wofle mereka.

Wiyon = Nama Allah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat. Sebutan dalam bahasa Maybrat

Wofle = Nama Allah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat dalam sebutan bahasa; Imian, Sawiat.

Kemungkinan bahwa adanya teologi natural wiyon-wofle telah lama ditolak oleh teologi Kristen. Argumen-argumen atau dasar-dasar teologis dalam catatan bibel yang memiliki makna kontraversi yang mana dikemukakan dalam menentang teologi natural seperti wiyon-wofle. Merupakan suatu hubungan akan dasar iman tradisional wiyon-wofle dan iman Kristen yang mana didasarkan pada alkitab dan dogma masing-masing. Dalam pokok perjanjian lama, sepuluh hukum taurat yang secara tegas mengklaim bahwa Allah satu-satunya yang harus disembah adalah Allah injili “YHWH”. Sebagaimana dalam sepuluh hukum taurat dalam kitab keluaran pasal 20:3-5

Mengungkapkan bahwa;

Ayat: 3. jangan ada padamu Allah lain dihadapanKu

4 jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada diatas, atau yang ada didalam air dibawah bumi.

5 Jangan sujud menyembah kepadanya sebab aku Tuhan Allahmu adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan Bapa kepada anak-anakNya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.

Dalam Sepuluh Taurat Kitab Injil yang terdapat dalam kitab Kejadian pasal: 3-2, merupakan suatu larangan dan sebagai ketegasan dan ancamanNya terurai dalam pasal ; 5. Kitab Injil Kristiani meyakini ketidak bergunaan iman ilmiah sebagai sarana untuk mencapai keselamatan dan ketidakbergunaan spekulasi teisme suku Maybrat, Imian Sawiat ( wyion / wofle ) sebagai suatu jalan untuk menuju sorga. Sementara itu argumen filosofis yang menentang teologi natural seringkali tidak diacuhkan dan dianggap tidak bermakna karena menunjuk kepada suatu entitas yang tidak bisa di amati, transenden, seperti Tuhannya Teisme tradisional. Kedua jenis keberatan ini sebenarnya tidak menyerang kemungkinan adanya teologi natural itu sendiri, tetapi hanya menafsirkan kemungkinan adanya suatu teologi natural itu sendiri, dan akantetapi juga hanya menafsirkan kemungkinan adanya suatu teologi natural yang positif dan berguna. Ini sangat beralasan karena jika kita menganggap teologi natural suku Maybrat , Imian, Sawiat, sebagai suatu analisis kefilosofian tentang konsep-konsep pemikiran menyangkut Tuhan injili, maka adanya suatu pembatalan akan eksistensi Tuhan, atau suatu pembuktian bahwa suatu pembuktian bahwa ide dasar tentang Tuhan itu tidak koheren, dan akan menjadi salah satu ukuran keberhasilan dari teologi natural.

Pada bagian-bagian buku ini, saya akan membahas Teologi Natural suku Maybrat, imian, Sawiat, yang memuat mitos, legenda, dan adat istiadat yang di sebut wyion-wofle yang di paralelkan dengan alkitab tentang sifat-sifat Tuhan ilmiah dan Tuhan injili dengan keimanan Agama Natural dan Agama Injili. Pernyataan-pernyataan tentang Tuhan itu bermakna dan koheren, merupakan keseluruhan tema buku ini. Namun tampaknya akan lebih baik jika dikatakan bahwa buku ini adalah suatu kajian khusus yang dilakukan ketika tantangan terhadap keberadaan Allah yang di pandang terbatas oleh waktu dan ruang tertentu sehingga Dia yang dipercaya semenjak lampau dan merupakan imanen Ilmiah seperti wiyon-wofle yang dipercayai oleh suku Maybrta, Imian, Sawiat ( wyion / wofle ) yang konstuktif berada dalam kehidupan suku Maybrat, Imian, Sawiat, begitu surut namanya.

“Apa yang berada dalam pengalaman kita, seandainya Tuhan ada atau apa yang akan terjadi seandainya Tuhan tidak ada?” demikian itulah pertanyaan yang seringkali di kemukakan mereka yang terpengaruh oleh positivisme logis. Kitapun bisa balik bertanya, “ Apakah ada bedanya antara dunia sebagaimana adanya dengan adanya Tuhan dan dunia sebagaimana adanya tanpa Tuhan? ”. Memang benar, para Teis biasanya merasa malu jika diajukan pertanyaan ini kepada mereka, namun mereka tetap berusaha untuk menemukan jawabannya.

Berusaha menemukan jawaban, pertanyaan ini merukapakan suatua permainan yang tidak akan mungkin di menangkan oleh siapapun ; tetapi hal itu bukan berarti menunjukkan ketidak bermaknaan bahasa agama. Karena, misalnya ada proposisi P, lalu ada pertanyaan ’apakah bedanya antara dunia ini seperti adanya dan ada P?’, orang tidak bisa akan menjawab. Kalau orang menjawab; perbedaannya adalah akan seperti ini, ketika ada P’ dan seperti itu ketika tidak ada P’, maka jawaban ini akan ditolak karena tidak informatif. Hal yang sama terjadi jika seseorang memberikan jawaban suatu proposisi Q yang tidak sinonim dengan P, dan menyatakan bahwa perbedaannya adalah Q, maka , karena Q itu tidak sama dengan P maka orang akan bertanya ; “ lalu apa bedanya antara Q ketika P yang benar-benar ada?” dan permainan ini akan mulai dari awal.

Siasat ini bisa dipakai dengan tidak memperdulikan apa P itu ( sebagaimana kritik dari pendekatan positifis yang mensubtitusikan P dengan proposisi bahwa ada sesuatu diluar pikiran ); demikian juga jika kita bisa menunjukkan bahwa bahasa agama itu tidak bermakna maka bisa juga ditunjukkan bahwa bahasa apapun bahasa yang lain diluar agama pasti lebih tidak bermakna.

Dalam kasus tertentu ternyata sangat keliru jika memahami suatu kalimat injil Tuhan secara utuh dari bagian – bagian maknanya saja, demikian Tuhan teisme dan sifat– sifatnya. Bagi Teolog tradisional suku Maybrat, Imian Swiat, suatu ungkapan kalimat dalam theology Natural suku Maybrat, Imian, Sawiat ( wyion / wofle ) tidak cukup untuk dipahami hanya dari kalimat utuhnya saja, namun dari bagian maknanya. Suatu ungkapan kalimat dalam Teologi natural orang Maybrat, Imian, Sawiat ( Wyion / Wofle ) selalu komplit, memiliki artikulasi dan tentu saja bisa melahirkan suatu ekspresi yang bermakna. Kita perlu tahu bahwa kalimat “ ide-ide hijau yang tidak berwarna itu tidur dengan sangat marah dan penuh berisyarat “ Ide-ide ilmiah sebagaimana pada kitab Injili mengandung 10 ide putih yang tidak berwaarna serta Ia tidur dengan sangat marah dan penuh berisyarat pula. Merupakan pernyataan yang bermakna karena kita tahu makna dari ekspresi yang di milikinya, bukan karena suatu penelitian terhadap kebenaran atau kesalahan kalimat yang di kandung secara keseluruhan.

Untuk itu,dalam ketertarikan terhadap pertanyaan tentang eksistesi Tuhan Injili dan Tuhan Ilmiah ( Wyion / Wofle ) maka dikaji semua sifat-sifat Tuhan Ilmiah suku Maybrat, Imian, Sawiat (wiyon-wofle) yang diparalelkan dengan sifat-sifat Tuhan Injil Kristiani dalam Bibel. Jika dikatakan dalam ungkapan kajian bahwa Teisme orang Maybrat, Imian, Sawiat, itu ada dan mempunyai sifat-sifat ketuhanan yang sesuai dengan Tuhan Injil Kristiani, berarti Tuhan Ilmiah orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah benar-benar tidak bertentangan dengan sifat-sifat Tuhan Injil Kristen moderen dan benar-benar Tuhan ( Wiyon / Wofle ) itu ada. Dan kalau “ Tuhan ilmiah orang Maybrat, Imian, Sawiat, itu ada “ maka itu adalah benar, maka sifat-sifat ketuhanan tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, setidaknya pasti koheren dan sesuai Injil Kristiani dalam Bibel. Koherensi dari ide tentang Tuhan ( Wiyon / Wofle )sebagai pemilik sifat-sifat ketuhanan tradisional. Hal itu merupakan suatu syarat yang wajib bagi keeksistensian Tuhan (Wiyon / Wofle ) itu, meskipun tentu saja tidak cukup hanya dilihat dari sifat saja.

Kita akan mulai dengan mendiskusikan dua sifat tradisional Tuhan; Omniscience ( Kemahatahuan ) dan Omnipotence ( Kemahakuasaan ). Kedua sifat ini diberikan kepada Tuhan oleh sebagian besar Teolog Kristen Yahudi dan Muslim, dua sifat itu juga diberikan oleh Teolog Tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat. Sifat-sifat yang lain seperti keadilan, kasih sayang dan cinta kasih memiliki signifikasi yang lebih jelas bagi kalangan beriman ( iman moderen dan iman tradisional); tetapi sifat-sifat ini juga tidak begitu saja langsung di setujui berdasarkan investigasi dan analisis filosofis.

Pertama : Beberapa Teolog Kristiani dan Teolog Tradisional Maybrat, Imian, Sawiat akan mengatakan bahwa hanya wahyu yang tanpa bantuan akal yang bisa memberi kita dasar untuk berpikir bahwa sifat-sifat seperti keadilan, kasih sayang dan cinta tersebut dapat di aplikasikan kepada Tuhan.

Kedua : Apapun signifikasi dari sifat-sifat tersebut ketika diaplikasikan kepada Tuhan Injili dan Tuhan Ilmiah. Sifat-sifat ini tidak dipahami secara sederhana sebagaimana ketika di aplikasikan pada manusia. Di sisi lain, intelek dan kekuatan disifatkan kepada kedua Tuhan dengan pemahaman yang sangat literal : yaitu, ketidak terbatasan kekuatan yang menjadi pembeda antara pencipta dan ciptaan. Omniscience dan Omnipotence bukan sifat-sifat yang dipakai untuk diaplikasikan pada manusia. Kedua sifat ini hanya digunakan untuk memahami Tuhan secara analogis. Kedua sifat ini mengekspresikan konsep-konsep yang dimaksudkan untuk menunjukkan kekhususan sifat-sifat Tuhan. Setiap konsep adalah hasil dari refleksi para filusuf atau para teolog injili dan tradisional yang berpikiran Filosofis terhadap unsur-unsur dalam tradisi keagamaan Kristiani dan keagamaan teisme Maybrat, Imian, Sawiat.

Para Theolog tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, dalam kepercayaan kepada Allah ilmiah mereka (wiyon-wofle), telah menyatakakan bahwa Tuhan Tradisional mereka secara literal ; pergerakan dan aktifitas theology natural suku Maybrat, Imian, Sawiat, dan kisahnya sudah dikenal pada wilayah kekuasaannya. Bagi orang-orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak merasa aneh dan mengatakan kalau Tuhan injili itu maha tahu tentang segala sesuatu seperti tuhan ilmiah mereka. Semua yang dikatakan dan segala sesuatu yang dipikirkan oleh orang-orang Maybrat, Imian, Sawiat mengenai sifat kemahatahuan Allah injili dan allah ilmiah, menurut mereka tidak beda dan memiliki kesamaan-kesamaan yang signifikan. Dapat diakui bahwa kepercayaan akan theisme orang Maybrat, Imian, Sawiat, adalah sesuatu yang pantas, karena memiliki kesamaan-kesamaan yang signifikan dengan injil Kristen.

Dalam perjanjian lama, Tuhan dikatakan mengetahui masa depan, baik yang tersembunyi dalam Kausalitas natural ataupun yang terbebas dari tujuan dan rancangan manusia. Dapat dikatakan bahwa adanya pengetahuan Tuhan antara segala misteri alam, dan mazmur 139 menjelaskan bagaimana pikiran-pikiran manusia yang paling tersembunyi sekalipun tidak akan pernah disembunyikan dari pandangan Tuhan. Demikian dalam konsep theology natural suku Maybrat, Imian, Sawiat, mengungkapkan bahwa segala bentuk apapun perlakuan daripada pemikiran manusia yang ada, dapat diketahui oleh Allah ilmiah mereka (wiyon-wofle). Berdasarkan penulis Isaiah pengetahuan Yahweh tentang masa depan,menjadikan Tuhan injili berbeda dengan tuhan-tuhan palsu para penyembah berhala. Ajaran-ajaran perjanjian lama ini kemudian diulangi oleh Yesus Kristus ( Matt 11: 21 ) dan oleh para penyusun Risalas Yahudi ( Heb 4 : 13 ).

Bagian-bagian perjanjian lama dan baru yang menggambarkan pengetahuan Tuhan, ternyata sangat puitis dan teoritis untuk menentukan apa sebenarnya maksud para penulis akan kemahatahuan Tuhan atas segala sesuatu itu. Konsep pemikiran yang menyetujui tentang kemahatahuan Tuhan Injili dan tuhan ilmiah menurut orang Maybrat, Imian, Sawiat, berbeda dengan beberapa pemikir stoik yang mana agaknya percaya bahwa ; “ Banyak hal yang sangat tidak signifikan bagi Tuhan untuk mengetahuinya dan ada banyak hal yang akan merendahkan keagungan Tuhan kalau dia ikut campur untuk mengurusi. Dikalangan para pendeta gereja pandangan ini pernah dikatakan oleh St.Jerome yang suatu ketika pernah menyatakan bahwa ; merupakan sesuatu yang absurd untuk menganggap bahwa Tuhan tahu secara detail berapa banyak kutu yang lahir atau mati, beberapa banyak lalat di dunia ini dan berapa banyak ikan di laut. Namun ditekankan lagi bahwa Tuhan itu secara literal adalah omniscience .

Sejak zaman mula-mula, orang-orang Maybrat, Imian, Sawiat telah mengantisipasi dan menjaga secara rahasia terhadap problem-problem yang akan muncul dalam doktrin-doktrin kepercayaan lain tentang Tuhan ilmiah mereka. Bagi para Theolog tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, (Raa wiyon-Na wofle) menampilkan sebuah pengertian bahwa Tuhan ilmiah mereka dapat dengan mampu mengetahui segala sesuatu dan Tuhan mereka tidak bisa keliru. Hal ini bila diparalelkan dengan Tuha injil kristiani maka merupakan suatu kesamaan yang telah dipercaya. Dengan demikian, kalau sejak zaman keabadian, Tuhan telah tahu sebelumnya tidak hanya tentang perilaku manusia, tetapi juga rencana dan keinginan mereka, maka bagi manusia, tidak ada kebebasan ( free weel ) kehendak yang bebas. Oleh karena itu, dapat diutarakan bahwa dari sudut pandang orang Maybrat, Imian, Sawiat, suatu tindakan tertentu mungkin terasa bisa sendiri, termasuk masa depan; tetapi tidak demikian dari sudut pandang Tuhan; demikian juga tindakan yang bagi penganut Agama Kristiani, masa depan itu tidak ditentukan oleh pengetahuan manusia sendiri tetapi segala sesuatu itu ditentukan oleh Tuhan dan manusia hanya mampu menjalani saja.

Demikian, disimpulkan bahwa kepercayaan teologi natural orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan kepercayaan injil Kristen bersepakat dan menyetujui bahwa, Tuhan memiliki pengetahuan yang sangat detail dan tidak mungkin salah tentang masa depan, dan bahwa tindakan manusia itu tidak bebas dari Tuhan dan tidak ditentukan sebelumnya berdasarkan kemanusiaan sendiri. Doktrin Teologis orang Maybrat, Imian, Sawiat (wiyon-wofle) dan Theologis injili tentang omnipotence ( kemahakuasaan ). Sebagaimana tentang omniscience didasarkan pada materi-materi injil kristiani dan injil natural orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Yunani. Salah satu nama Tuhan dalam perjanjian lama adalah EL-SHADDAY yang diterjemahkan menjadi ORON dalam bahasa Maybrat, Imian, Sawiat, dan dalam bahasa Yunani diterjemahkan menjadi PANTOKRATOR dan dalam injil bahasa latin OMNIPOTENCE. Kekuatan Tuhan yang luar biasa itu tampak pada sejarah Israel dalam keteraturan langit dan bumi, sebagaimana juga orang Maybrta, Imian, Sawiat. Setelah mendengar pembacaan Yahweh tentang keajaiban penciptaan maka diakui “ saya tahu bahwa engkau maha kuat; apa yang Engkau bayangakan, dapat Engkau lakukan, merupakan suatu pengakuan yang signifies oleh penganut Injil Kristiani Israel dan penganut injil natural Maybrat, Imian, Sawiat, (wiyon-wofle) dan mempunyai suatu kesamaan pengakuan. ( Job 42:2 ). Yesus mengejutkan murid-muridNya dengan berkata bahwa lebih mudah bagi seekor unta untuk melewati lubang jarum dibandingkan bagi seorang berdosa untuk masuk surga, sehingga murid-muridNya bertanya, “ lalu siapa yang bias selamat ? “ lalu Yesus menjawab kepada mereka “ Bagi Tuhan, segala sesuatu itu mungkin “ ( Matt 19:25-26 ). Dalam kasus ini, murid-murid Yesus diberi suatu doktrin oleh Yesus agar mereka lebih jauh mengagumi Tuhan. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, pernyataan-pernyataan serupa dapat ditemukan dalam ungkapan teisme mereka.

Diantara kepercayaan injil Kristiani dan injil natural Maybrat, Imian, Sawiat, menunjukkan suatu ekspresi kepercayaan mereka terhadap omnipotence Tuhan. Hal ini merupakan Kredo Kepercayaan, yang dimulai dengan sutu ekspresi keimanan terhadap Tuhan sebagai maha besar; kata-kata dalam bahasa Maybrat, Imian, Sawiat, dan Yunani serta Latin, lebih berkonotasi kekuasaan Tuhan atas segala sesuatu dibandingkan kemampuan manusia untuk melakukan segala sesuatu. Omnipotence bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat yang dipandang secara terbatas, hal ini berkaitan dengan perkembangan hidup mereka, namun secara berkesinambungan dengan mengikuti pergeseran pola berpikir mereka yang semakin berkembang sesuai zaman, sehingga akan memberikan suatu pemahaman yang lebih luas.

Theolog tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, berpandangan bahwa wiyon-wofle (Tuhan) mampu melakukan segala sesuatu yang bertentangan dengan keinginan manusia, dalam arti kalau-perimpossible-Dia menghendaki untuk melakukannya, dan tidak ada sesuatu yang bisa menghalanginya. Orang-orang Maybrat, Imian, Sawiat memberi batasan yang besar kepada kekuatan Tuhan, ( baik wiyon-wofle “Tuhan ilmiah”) dan Tuhan injili : Bagi orang Maybtar, Imian, Sawiat, beranggapan bahwa mereka tidak meragukan lagi, mereka menganggap Tuhan injili dan wiyon-wofle memiliki segala sesuatu yang Esa yang tidak dimiliki oleh manusia. Dia bisa membuat dunia lain yang lebih baik dan orang-orang Maybrat, Imian, Sawiat, bersepakat bahwa Tuhan tidak berdosa atau melakukan sesuatu yang jahat.

Meskipun demikian, selanjutnya menurut Para Theolog tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, (Raa wiyon-Na wofle) berpandangan bahwa Tuhan mereka sebagaimana Tuhan injili dalam pengertian tertentu bisa menjadikan yang salah menjadi benar dan bisa memerintahkan manusia untuk membenci dirinya sendiri, dan Tuhan bisa melakukan apapun bahkan apa yang kelihatannya tidak mungkin secara logis bagi kita manusia. Dapat disimpulakan bahwa terhadap sejumlah dunia yang mungkin secara absolut, Tuhan hanya melakukan hal yang terbaik karena itu merupakan keharusan dari kebijaksanaanNya dan memang benar bahwa dalam dunia yang aktual, segala sesuatu itu dapat terjadi secara niscaya karena keharusan daripada kuasa Tuhan.

Dalam mendiskusikan Omniscience dan Omnipotence tentang Tuhan ilmiah suku Maybrat, Imian, Sawiat, (wiyon-wofle) yang diparalelkan dengan Omniscience dan Omnipotence dari Tuhan injili. Dalam buku ini, saya tetap akan mengikuti urutan historis dimana doktrin-doktrin kedua theology ini berkembang, yang mana akan memuat beberapa kesamaan dan kontroversial pengakuan tentang keeksistensian antara Tuhan ilmiah wiyon-wofle dan Tuhan Injili serta modifikasi penyamanan pada kedua Tuhan yang diparalelkan.

Tidak ada komentar: